Gulma

Herbisida Pertanian Sebagai Pengendali Gulma

Herbisida adalah salah satu bahan yang digunakan untuk mencegah dan mengendalikan gulma. Herbisida dikenal dengan penyiang tanaman yang menjadi senyawa aktif yang disebarkan ke lahan pertanian untuk memberantas gulma. Gulma ini sangat menggangu proses pertumbuhan tanaman, terkadang tanaman di sekitar lahan pertanian mati akibat kemunculan gulma. 

 

Oleh karena itu, tak jarang bila para petani melakukan berbagai cara untuk bisa mengendalikan gulma tersebut agar tidak mencemari tumbuhan padi mereka. Herbisida disebut sebagai bahan kimia yang sering digunakan untuk mengendalikan gulma tersebut. 

 

Proses kerja herbisida yaitu mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi senyawa yang normal dalam proses. Herbisida dapat mengganggu keseimbangan produksi gulma dengan bahan-bahan kimia yang diperlukan seperti: 

 

  • Glifosat merupakan herbisida sistemik non selektif yang diaplikasikan melalui daun. Bahan kimia ini mempunyai spektrum translokatif yang kuat di dalam tanah. Mampu terdegradasi dalam mengendalikan gulma annual, biennial, dan perennial dari jenis rumput, teki, dan daun lebar. Bahan kimia ini akan bereaksi pada 2 – 4 minggu setelah di aplikasikan (Lamid et al. 1998). 

 

  • Paraquat merupakan herbisida pasca tumbuh yang bersifat kontak. Herbisida ini tidak dapat diserap oleh bagian tumbuhan hijau seperti batang dan akar. Herbisida ini hanya mematikan bagian tumbuhan yang terkena butir semprot saja, sedangkan bagian yang tidak terkena semprot akan tetap normal saja (Moenandir 1990). 

 

  • Penoksulam merupakan herbisida golongan sulfonilurea yang digunakan sebagai pasca tumbuh untuk mematikan tumbuhan sembarang. Keitka sudah ada 3 – 4 daun, maka herbisida ini akan menjadi spektrum kuat yang mematikan. Sifat selektif terhadap beberapa jenis daun (Mobreg dan Cross 1990). 

 

  • Oksifluorfen merupakan herbisida pra tumbuh yang bersifat efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar atau rerumputan. pada kedelai. Herbisida oksifluorfen bisa membunuh biji gulma yang kemungkinan berkecambah, sehingga biji-biji tersebut tidak bisa tumbuh kembali (Moenandir 1990).

 

Jika dilihat dari habitatnya, gulma bisa dibedakan menjadi 2, yaitu gulma darat dan gulma air. Gulma darat dapat hidup selama setahun, dua tahun, bahkan beberapa tahun. Sedangkan gulma air hidup terapung di atas permukaan air. Untuk mengendalikan gulma tersebut, diperlukan suatu bahan kimia berupa herbisida pertanian

 

Jenis–Jenis Herbisida Pertanian! 

1. Pertama, herbisida berdasarkan selektivitas 

Herbisida berdasarkan selektivitasnya terbagi menjadi 2 yaitu selektif dan non-selektif. Herbisida selektif merupakan herbisida yang hanya beracun untuk gulma dan tidak ada pengaruhnya terhadap tanaman. Sehingga herbisida selektif ini biasa digunakan untuk mengendalikan gulma yang tumbuh pada area penanaman seperti gulma pada tanaman padi, gulma pada tanaman jagung dan gulma pada tanaman pokok lainnya. Nah contoh dari herbisida selektif sendiri di antaranya yaitu Avatar 400 SC digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman padi, dan Venator/Gandewa 550 SC yang digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung.

 

Sedangkan herbisida non selektif merupakan herbisida yang beracun untuk seluruh tumbuhan sehingga apabila herbisida ini digunakan dan mengenai tanaman pokok maka tanaman pokok akan terpengaruh dari herbisida tersebut. Salah satu contoh dari herbisida non selektif diantaranya adalah Supremo 480 SL atau Supretox 276 SL. Nah sobat tani bisa gunakan herbisida non selektif Ketika tidak ada tanaman yaa, bisa saat pengelolaan lahan, mengendaikan gulma di pinggir bedengan yang tidak terkena tanaman utama.

 

venator-new.png botol-avatar.png

 

SUPRETOX.png

 

2. Kedua, herbisida berdasarkan pergerakan dalam tanaman 

Nah selanjutnya ada jenis herbisida berdasarkan pergerakan dalam tanamannya, herbisida ini terbagi menjadi dua yaitu herbisida sistemik dan juga herbisida non sistemik atau biasa dikenal sebagai herbisida kontak. Herbisida sistemik merupakan herbisida yang diserap oleh tanaman dan disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Herbisida jenis sistemik sangat cocok dipilih oleh sobat tani untuk mengendalikan gulma hingga ke akar-akarnya, contohnya Supremo 480 SL.

 

Sedangkan herbisida non sistemik atau kontak adalah bahan kimia yang bekerja secara langsung untuk mematikan jaringan tumbuhan yang bandel. Herbisida ini cocok dipilih sobat tani apabila sobat tani ingin cepat dalam mengendalikan gulma tersebut. Contoh herbisida non-sistemik yaitu Supretox 276 SL 

 

3. Ketiga, herbisida berdasarkan waktu aplikasi 

Jenis herbisida besarkan waktu aplikasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu herbisida pra tumbuh dan juga herbisida pasca tumbuh. Herbisida pra tumbuh merupakan herbisida yang digunakan ketika gulma belum tumbuh biasanya masih dalam bentuk biji. Jadi ketika sobat tani ingin mencegah pertumbuhan gulma pada lahan sobat tani maka sobat tani bisa memilih herbisida jenis ini yaa. Contoh herbisida pra tumbuh yaitu Trendy 20 WG atau Salvatore 12/18 WP. 

 

Sedangkan herbisida pasca tumbuh merupakan herbisida yang digunakan atau diaplikasikan setelah gulma sudah mulai tumbuh contoh dari herbisida pasca tumbuh sendiri diantaranya adalah Digita 150 SL, Supremo 480 SL, Triester 480 EC dan herbisida lainnya. 

 

Adapun susunan herbisida anorganik, meliputi: 

  • Ammonium sulfanat: Susunan herbisida anorganik ini memperpanjang masa dormansi hingga cadangan karbohidrat dan gulma menjadi habis dan mati. 

 

  • Ammonium sulfat: Susunan herbisida ini mampu meningkatkan nilai PH pada cairan tumbuhan. Ammonium sangat beracun dan yang membuat tumbuhan mati. 

 

  • Ammonium tiosianat: Pada susunan herbisida tiosianat bisa membuat racun pada sel tumbuhan, sehingga dapat menghambat enzim katalase protein. 

 

Dampak Buruk Penggunaan Herbisida?

Herbisida merupakan bahan kimia yang sering dijumpai di dunia pertanian. Tidak sedikit kasus keracunan herbisida terjadi pada kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Keracunan dapat terjadi karena sengaja terhisap (inhalasi), menelan, atau terkena kulit. Berikut beberapa kejadian keracunan herbisida, baik hewan maupun manusia: 

 

1. Keracunan Paraquat menyebabkan kematian setidaknya tujuh anjing di Portland, Amerika Serikat. Keracunan ini telah menjadi epidemi di mana terjadi dalam skala cukup besar. Paraquat adalah senyawa beracun _dipyridilium_ (herbisida non selektif) yang masih banyak digunakan di Amerika Serikat karena efektif dalam lingkungan yang basah dan memiliki keterbatasan potensi pencemaran lingkungan. Tingkat resistensi gulma pun rendah, sehingga banyak digunakan dalam sistem tanaman produksi. Namun, paraquat sangat beracun pada hewan domestik jika tertelan. 

 

2. Keracunan akibat herbisida juga pernah terjadi pada lima kuda. Perubahan signifikan diamati pada dua kuda setelah pengobatan awal dengan dekstrosa salin 5%, anti-bloat, pheneramine maleat dan tonik hati. Sedangkan tiga kuda lainnya merespon setelah terapi kedua. Gejala hipersalivasi dan timpani menghilang dan hewan kembali normal (sembuh) pada hari ke-3 pengobatan. Anamnese dari kejadian ini memberi petunjuk bahwa kuda-kuda tersebut memperlihatkan gejala-gejala klinis setelah meminum air di sawah yang terpapar dengan herbisida. 

 

3. Kejadian yang sering terjadi pada manusia yaitu menyebabkan _dermatitis exfoliative, jaundice, peningkatan enzim hati, dan eosinofilia. Gejala ini timbul satu hari setelah kulit terpapar toksin butachlor. Gejala yang ditimbulkan setelah terpapar herbisida secara oral yaitu muntah, depresi sistem saraf pusat, gangguan saraf dan kardiovaskuler parah dan bahkan kematian.

 

Masuknya bahan-bahan herbisida ke dalam tubuh manusia dapat melalui beberapa cara yaitu, mulut (terminum/diminum), hidung (terhirup/menghirup), kulit (pori-pori), dan rambut ataupun mata. Misalnya petani menyemprot dengan tidak benar tanpa menggunakan alat pelindung diri, hal ini dapat terkena herbisida tersebut. 

 

Kontak dengan herbisida dapat memberikan efek bakar yang terlihat dalam hitungan menit, karena kandungan asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat 40%, dan paraquat. Keracunan herbisida akan menyebabkan rusaknya lapisan selaput lendir saluran pencernaan, rasa terbakar di saluran pencernaan, dehidrasi, terganggunya sistem pernapasan. Pada akhirnya menyebabkan korban kejang, muntah, koma akibat kekurangan oksigen, dan kematian mendadak jika tidak segera mendapatkan pertolongan. 

 

Terdapat pula pembagian herbisida menurut mekanisme kerjanya, yaitu:

  • Herbisida yang menghambat fotosintesis tumbuhan. 

 

  • Herbisida yang menghambat kecambahan tumbuhan. 

 

  • Herbisida yang menghambat pertumbuhan tumbuhan. 

 

  • Herbisida yang menghambat respirasi/oksidasi tumbuhan. 

 

Herbisida merupakan penemuan yang bagus bagi industri pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa zat kimia dapat membunuh gulma dengan tujuan produksi tanaman utama yang sesuai harapan. Herbisida tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan, jika masih dalam dosis kecil, karena ukurannya yang jauh lebih besar dari hama pengganggu. Namun, apabila dosis kecil itu terakumulasi dalam jumlah tertentu, tentunya akan sangat membahayakan.

 

Itulah penjelasan herbisida pertanian berdasarkan jenisnya, mulai dari kegunaan hingga dampaknya. Semoga sobat tani bijak dalam menggunakan herbisida untuk mengatasi gulma pada lahan pertanian. Sehingga hasil panen bisa meningkat dan tumbuhan bebas dari serangan gulma.

 

Demikian Herbisida Pertanian Sebagai Pengendali Gulma. 

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Gulma

Cara Mengendalikan Gulma Pada Tanaman Padi

Cara Mengendalikan Gulma? Salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang sering muncul di lahan petanian yaitu gulma. Tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan ini dapat menurunkan hasil panen sekitar 50-70%. Gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara seperti air, sinar matahari, udara, dan fosfor.

 

Gulma dapat menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium hingga tiga kali pada tanaman. Nitrogen dan fosfor ini sangat penting sebagai penyerapan utama tumbuhan. Biasanya tanaman yang kekurangan nitrogen dan fosfor bisa diketahui dengan warna daun yang pucat. Oleh karena itu, perlu memastikan apakah daun pada tumbuhan yang dimiliki sudah memucat atau belum. 

 

Penyebaran gulma memang sangat sulit ditebak, karena bisa muncul begitu saja. Gulma biasa hadir dari sisah pembuaian tanaman, dimana hasil pembuaian tersebut mengendap di dalam tanah dan berkembang menjadi gulma. Gulma ini paling banyak ditemukan pada lahan pertanian, seperti tanaman padi atau sejenisnya. 

 

Gulma ini biasa dikendalikan oleh para petani untuk mencegah tanaman terserang penyakit. Caranya dengan melakukan pengolahan tanah, mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih yang bersertifikat, dan menggunakan kompos sisa tanaman. Banyak petani melakukan cara ini untuk mengendalikan gulma. Namun ada baiknya bila kita mengenal gulma terlebih dahulu. 

 

 

Contoh Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi 

Untuk lebih jelas tentang gulma, beirikut ini contoh gulma pada lahan pertanian, yaitu:

 

  • Echinocloa crus-galli 

 

Jawan.png

 

  • Nama Ilmiah : Echinocloa crus-galli Nama Umum : Jajagoan (sunda); Jawan (jawa); Beteng (bugis) 

 

Morfologi 

 

Echinocloa crus-galli termasuk ke dalam golongan gulma berdaun sempit. Secara morfologi bentuknya sangat mirip dengan tanaman padi pada saat masih muda. E.crus-galli memiliki penampilan tegak, memiliki tinggi sekitar 20-150 cm, bahkan bisa mencapai 200 cm (Galinato et al. 1999 dalam Guntoro, 2012). 

 

Penyebaran

 

Jenis gulma yang memperbanyak dirinya secara generatif melalu biji yang tercampur dengan benih padi (Galinato et al. 1999). Gulma ini tumbuh dengan cara penyerbukan sendiri, yaitu lewat bantuan mikro oganisme seperti E. crus-galli. Penyerbukan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan angin, burung, dan lain sebaginya. Dengan menggunakan mesin pertanian untuk melakukan pengangkutan biji padi (Itoh, 1991 dalam Guntoro, 2012). 

 

Kompetisi

 

Gulma E. crus-galli merupakan kompetitor yang sangat kuat terhadap tanaman padi sehingga menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Chin 2003). Banyaknya populasi E. Crus-galli sangat berpengaruh terhadap penurunan hasil produksi padi. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, maka jumlah anakan produktif semakin menurun. Penurunan bobot gabah akibat adanya gulma ini dapat mencapai 48% (Guntoro, 2012).

 

Pengendalian 

 

Banyaknya populasi gulma E. crus-galli dapat ditekan sejak awal yaitu dengan melakukan pembersihan lahan sawah yang akan digarap sebelum dibajak. Penanaman bibit padi secara jajar legowo juga dapat menekan populasi gulma ini. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida dapat dilakukan jika masih ditemukan gulma pada pertanaman padi ketika padi mulai tumbuh.

 

Pestisida yang efektif untuk mengendalikan gulma E. Crus-galli yaitu herbisida berbahan aktif sodium bispiribak (AVATAR 400 SC, SALVATORE 12/18 WP) dan 2-4 D (ABOLISI 865 SL). AVATAR 400 SC dan SALVATORE 12/18 WP diaplikasikan ketika padi berumur 7-10 HST atau daun gulma tidak lebih dari 3 daun dengan konsentrasi 1-2 ml/l untuk AVATAR dan 80-100 gr/ha untuk SALVATORE 12/18 WP. ABOLISI 865 SL diaplikasikan ketika padi berumur 20-30 HST atau sebelum pemupukan kedua dengan konsentrasi 2-3 ml/l. 

 

  • Cyperus iria

 

Teki-Iria.png

 

Nama Ilmiah : Cyperus iria

 

Nama Umum : Teki sawah, Jekeng

 

Morfologi

 

Cyperus iria termasuk ke dalam golongan gulma teki-tekian. Secara morfologi ketinggian cyperus iria sangat bervariasi dari 8 cm hingga 60 cm, memiliki banyak akar pendek berwarna merah kekuningan. Daunnya berbentuk garis lurus, biasanya lebih pendek dari batang, lebar 1-8 mm, datar, dan berkerut di tepi dan rusuk utama; pelepah daun berwarna hijau sampai coklat kemerahan dan membungkus batang di pangkalan (CABI International).

 

Penyebaran

 

Cyperus iria merupakan gulma tahunan yang memperbanyak diri secara generatif melalui biji. Satu gulma ini dapat menghasilkan biji hingga 5000 biji. 40% dari biji segar tersebut dapat berkecambah dengan segera. Biji gulma ini berkecambah dengan baik di permukaan tanah tetapi kurang mampu berkecambah di genangan air (CABI International).

 

Kompetisi

 

Cyperus iria seperti halnya dengan gulma teki-tekian lain merupakan gulma yang mendominasi di lahan tanaman padi khususnya padi gogo. Gulma ini berbahaya karena memiliki kemampuan memperbanyak diri secara cepat dan juga dapat mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Penurunan hasil akibat adanya kompetisi dengan gulma ini dapat mencapai 29-61 % (Setyowati dkk., 2001).

 

Pengendalian 

 

Sama halnya dengan gulma lain yang menyerang padi sawah, gulma Cyperus iria juga dapat ditekan sejak awal yaitu dengan melakukan pembersihan lahan sawah yang akan digarap sebelum dibajak. Penggenangan lahan sawah dan pengaturan air yang tepat dapat menekan jumlah populasi gulma ini. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida dapat dilakukan jika masih ditemukan gulma pada pertanaman padi ketika padi mulai tumbuh.

 

Pestisida yang efektif untuk mengendalikan gulma Cyperus iria yaitu herbisida berbahan aktif sodium bispiribak (AVATAR 400 SC, SALVATORE 12/18 WP) dan 2-4 D (ABOLISI 865 SL). AVATAR 400 SC dan SALVATORE 12/18 WP diaplikasikan ketika padi berumur 7-10 HST atau daun gulma tidak lebih dari 3 daun dengan konsentrasi 1-2 ml/l untuk AVATAR dan 80-100 gr/ha untuk SALVATORE 12/18 WP. ABOLISI 865 SL diaplikasikan ketika padi berumur 20-30 HST atau sebelum pemupukan kedua dengan konsentrasi 2-3 ml/l. 

 

  • Monochoria vaginalis 

 

Vaginalis.png

 

Nama Ilmiah : Monochoria vaginalis Burm. F. Presi 

 

Nama Umum : Wewehan (jawa), Eceng padi, Pico-Pico (bugis)

 

Morfologi

 

Monochoria vaginalis merupakan salah satu gulma utama di pertanaman padi yang termasuk ke dalam golongan gulma berdaun lebar. Gulma ini mempunyai rimpang pendek dan menyebar dengan stolon. Tingginya 10-50 cm dan tanpa batang. Tanaman yang lebih tua biasanya membentuk rumpun besar, tetapi tidak terhubung. Pada tumbuhan yang agak tua, daunnya mengambang, linier atau lanset dan pada tumbuhan yang lebih tua, daunnya berbentuk bulat, berakumulasi tajam dengan dasar berbentuk hati atau bulat, berkilau, dan berwarna hijau tua (CABI International).

 

Penyebaran

 

M. vaginalis tergolong gulma air (akuatik) semusim di sawah yang tergenang, tetapi juga bisa tumbuh sebagai gulma tahunan (perenial) dalam kondisi banjir yang terus-menerus. Perbanyakan gulma ini kebanyakan dari biji dan sesekali dari umbi-umbian. Pembungaan dapat terjadi sepanjang tahun. Perbanyakan dan perkembangan gulma ini lebih besar pada masa awal tanam padi. Pertumbuhan gulma ini lebih tinggi pada tanah jenuh air daripada di tanah kering (CABI International).

 

Kompetisi

 

Wewehan (Monochoria vaginalis Burm.F. Presi) merupakan salah satu gulma penting yang tumbuh di pertanaman padi. Keberadaan gulma ini sangat merugikan karena dapat menurunkan hasil produksi padi sebesar 17% sampai 40% (Widhikinasih, 2014).

 

Pengendalian 

 

Pengendalian gulma M. vaginalis salah satunya dapat dilakukan dengan penyiangan manual ataupun dengan alat untuk menekan populasi gulma tersebut. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida dapat dilakukan jika populasi gulma ini sudah tinggi dan tidak bisa ditekan melalui pengendalian secara manual.

 

Pestisida yang efektif untuk mengendalikan gulma M. vaginalis yaitu herbisida berbahan aktif metil metsulfuron (TRENDY 20 WP/WG) dan 2-4 D (ABOLISI 865 SL). TRENDY dapat diaplikasikan melalui penyemprotan dan juga ditebar bersamaan dengan pemupukan dengan dosis 15-20 gr/ha. ABOLISI 865 SL diaplikasikan ketika padi berumur 20-30 HST atau sebelum pemupukan kedua dengan konsentrasi 2-3 ml/l.

 

Contoh-Contoh Gulma Lainnya..

 

Frimbis.png

 

Krokot.png

 

Semanggi.png

 

Timunan.png

 

 

Apa Kerugian yang Ditimbulkan Oleh Gulma?

 

Gulma dapat menyebabkan kerugian pada bidang pertanian, dimana gulma ini dapat menggangu pertumbuhan tanaman. Hal tersebut karena terjadinya persaingan antara gulma dengan tanaman untuk memperebutkan air, hara, dan cahaya matahari. Di Indonesia sendiri penurunan hasil panen akibat gulma mencapai 10-20%. Dimana gulma ini berperan sebagai inang yang bergantung kepada beberapa tanaman utama.

 

Selain sebagai inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi parasit bagi tanaman budidaya padi. Sebagai contoh, gulma rumput setan dapat menjadi parasit pada tanaman jagung dan padi ladang, gulma orobanche terjadi pada padi, jagung, tebu, gandum, dan tembakau. Gulma alelopati menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman.

 

Berikut kerugian-kerugian yang ditimbukan oleh gulma, diantaranya:

 

1. Terjadi persaingan antara tanaman, sehingga mengurangi produksi, air, hara, dan cahaya matahari.

 

2. Tidak adanya pengontrolan kualitas produksi tanaman di pertanian. 

 

3. Senyawa kimiawi pada gulma sangat beracun terhadap tanaman yang tumbuh. 

 

4. Sering menggangu para petani, seperti banyaknya duri Amaranthus spinosus di sekitaran tanaman. 

 

5. Menjadi perantara sumber penyakit oleh hama dan tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon

 

6. Terjadi gangguan pada kesehatan manusia, misalnya gulma tepung sarinya menyebabkan alergi. 

 

7. Terjadi pemborosan air karena kehadiran gulma, sehingga mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air. 

 

8. Kehadiran gulma menggangu sistem irigasi, sehingga mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. 

 

Bagaimana Cara Mengendalikan Gulma?

 

Pengendalian gulma merupakan cara terbaik untuk menekan laju perkembangbiakan gulma agar tidak mengganggu budidaya tanaman. Cara mengendalikan gulma bisa dilakukan pada waktu yang tepat, seperti kritis tanaman, yaitu periode dimana tanaman peka terhadap faktor lingkungan. Periode ini biasanya terjadi skitar umur 1/4 – 1/2 umur tanaman. Oleh karena itu, ketahui cara mengendalikan gulma secara umum. 

 

  • Secara mekanis (Fisik)

Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan alat-alat pertanian melalui kegiatan pengolahan tanah, pembabatan (pemangkas), penggenangan, pembakaran dan penggunaan mulsa. Pengendalian ini dilakukan dengan cara membajak, menyisir, dan meratakan tanah. 

 

Petani menggunakan tenaga ternak atau mesin untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Lahan disiapkan dengan mematikan gulma terlebih dahulu menggunakan herbisida. Pembajakan dapat dilakukan secara berangsur, tergantung ketersediaan lahan marjinal dan lahan miring yang bersifat rapuh terhadap tanah. 

 

Cara mekanis lebih mengedepankan kepedulian lingkungan dalam pengelolaan sistem tanam agar terhindar dari gulma. Cara ini terlbilang efektif, karena mengedukasi petani agar lebih terpadu dalam mengelola lahan pertanian. Hasilnya bisa membuat hasil panen lebih meningkat dan lebih banyak.

 

Secara biologi (Preventif)

 

Pengendalian biologi dilakukan dengan menekan populasi gulma dengan musuh alami seperti insekta, fungi, ternak, ikan, dan sebagainya sehingga keberadaan gulma sudah tidak lagi merugikan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mempelajari interaksi antara tanaman dan gulma. Terutama persaingan relatif dari tanaman selama fase perkembangan gulma. Berikut upaya-upaya yang dilakukan untuk pencegahan preventif yaitu: 

 

1. Melakukan pembersihan lahan agar gulma tidak menyebar kembali 

 

2. Melakukan pemisahan atau seleksi biji yang mungkin gulma ikut tercampur di dalamnya. 

 

3. Menggunakan pupuk kandang yang sudah matang untuk mencegah kontaminasi benih gulma. 

 

4. Mencegah pengangkutan tanaman seperti tanah maupun benda yang berpotensi mengandung gulma. 

 

 

  • Secara kimiawi (Herbisida)

 

Pengendalian gulma cara kimiawi biasa menggunakan herbisida. Cara ini efektif dilakukan karena dapat mengemat waktu dan tenaga. Herbisida memiliki efektivitas yang beragam, seperti herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena dan herbisida sistemik mematikan setelah diserap oleh unsur gulma. 

 

Pengaplikasian herbisida sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 08.00 WIB, lalu sesuaikan dengan kondisi angin dan curah hujan. Penggunaan herbisida secara terus menerus juga dapat merugikan lahan pertanian, seperti keracunan tanaman dan hewan pembajak sawah. 

 

Herbisida berbahan aktif seperti glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan oleh petani. Bahan aktif yang disemprotkan ke daun dapat mengendalikan gulma rumputan dan gulma daun lebar. Senyawa glifosat sangat mematikan, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman yang terurai ke dalam tanah. 

 

Penggolongan Herbisida terdiri atas 2 yaitu Selektif dan Non Selektif. Pada herbisida aktif berfungsi untuk mematikan gulma tertentu saja contohnya Ametrin, Diuron, Oksifluorfen, Klomazon dan Karfentrazon. Berikut produk herbisida selektif dari PT. DGW yang dapat digunakan pada lahan pertanian: 

 

abolisi 400ml.png

 

salvator-25.png

 

botol-avatar.png

 

trendy-5gr.png

 

Cara mengendalikan gulma harus dilakukan agar gulma tidak bisa muncul lagi. Cara ini bisa dilakukan dengan menggunakan teknik mekanis, biologis, dan kimiawi (Herbisida). Kita bisa menggunakan produk herbisida berkualitas dari DGW seperti Abolisi, Salvatore 12/18 WP, Avatar 400 SC, dan Trendy 20. Herbisida ini sangat ampuh dalam membasmi gulma. 

 

Demikian Cara Mengendalikan Gulma Pada Tanaman Padi.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Gulma

Mengenal Gulma Tanaman Pada Lahan Pertanian

Gulma merupakan tanaman yang keberadaannya dapat mengganggu proses budidaya pertanian. Gulma menjadi tumbuhan yang tidak diinginkan kehandiarannya, karena dapat menurunkan hasil panen suatu pertanian. Biasanya gulma menyaingi tanaman dalam memperoleh unsur hara dan cahaya matahari. Gulma mampu menyerap fosfor hingga dua kali lipat dari tanaman inti, serta kalium hingga tiga kali lipat dalam daya serap tanaman.

 

Gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman lain untuk memenuhi kebutuhan unsur hara berupa air, sinar matahari, udara, dan fosfor. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma pada tanaman dapat membuat tanaman mati, sehingga dapat menurunkan hasil panen sekitar 20-80%. 

 

Gulma Tanaman Berdasarkan Golongannya!

 

Jika dilihat dari morfologi dan biotaninya, gulma dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu: 

 

1.Gulma Rerumputan (Grasses) 

 

Gulma rerumputan berasal dari gramineae. Ciri-ciri dari gulma ini yaitu memiliki daun sempit seperti teki-tekian. Pada dalam tanah gulma ini membentuk jaringan yang sulit diatasi secara mekanik, karena batangnya yang berbentuk bulat pipih berongga. Terdapat daun soliter yang tersusun pada dua deret. Biasanya daun pada gulma ini berbentuk tulang sejajar yang terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. 

 

Contoh: Cynodon dactylon, Imperata cylindrica, Panicum repens, Echinochloa crusgalli. 

 

2. Gulma Teki-Tekian (Sedges) 

 

Gulma teki-tekian termasuk dalam Cyperaceae yang memiliki daya tahan tinggi. Memiliki umbi akar dan batang di dalam tanah yang bertahan selama berbulan-bulan. Ciri dari gulma ini yaitu batang berbentuk segitiga bulat tidak berongga. Bentuk daunnya tersusun dalam tiga deretan, yaitu tidak memiliki lidah daun. Ibu tangkainya tidak berbuku-buku, lalu pada bagian bunga sering bulir. Sehingga dilindungi oleh daun lainnya yang menjadi pelindung terhadap buahnya. 

 

Contoh: Scripus juncoides, Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis. 

 

3. Gulma Pakisan (Fern) 

 

Gulma pakisan hampir mirip dengan gulma jenis rerumputan, namun yang membedakannya adalah mempunyai umbi yang mampu bertahan berbulan-bulan untuk kembali tumbuh diwaktu musim penghujan. Biasanya gulma ini akan tumbu berdasarkan tumbuhan lainnya yang sudah di panen. Pada gulma pakisan terdapat banyak jenis yaitu, pakis kadal (Dryopteris Aridus), pakis Kinca (Neprolepsis Biserata), paku pedang (Neprolepsis Exaltata)

 

Contoh: Rumput teki (Cyperus rotundus) 

 

4. Gulma Daun Lebar (Broadleaves)

 

Gulma daun lebar termasuk kedalam Pteridophyta atau Dicotyledoneae. Gulma ini tumbuh pada akhir masa budidaya tanaman yang terjadi pada musin hujan. Gulma jenis ini terbagi 2 (dua) jenis yaitu gulma jenis darat dan gulma jenis air. Gulma jenis darat mempunyai ciri hidup didarat, sehingga dapat tumbuh dengan cara generatif ataupun vegetatif. 

 

Contoh: Babadotan (Agerathum conyzoides), alang-alang (Imperata cylindrica)

 

Sedangkan pada gulma jenis air memunculkan tangkai atau daun permukaan air seperto Teratai atau Lili air. Kompetisi yang terjadi pada gulma jenis air yaitu cahaya matahari. Ciri gulma ini daunnya lebar dan tulang daun berbentuk jala. Serta batang yang tinggi menjulung ke atas atau kedalam air.

 

Contoh: Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes.

 

3 Jenis Gulma Berdasarkan Siklus Hidupnya

Lalu jika dilihat secara siklus hidupnya, gulma memiliki 3 jenis, yaitu: 

 

  •  Gulma Musiman (annual weeds) 

Gulma annual weeds menyelesaikan siklus hidupnya dalam kurun waktu kurang dari setahun. Kebanyakan gulma jenis ini hanya bertahan selama satu musim (musim hujan). Walaupun mudah dikendalikan, gulma jenis ini mempunyai beberapa kelebihan seperti umurnya yang pendek, masa dormansi biji yang panjang, serta menghasilkan biji dalam jumlah banyak. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma musiman, contohnya Fimbristylis littoralis, Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava.

 

  • Gulma dua tahun (biennial weeds) 

 

Gulma biennial weeds tidak bisa hidup lebih dari 2 tahun, karena tidak mampu bertahan lama. Pada tahun pertama gulma ini melakukan pertumbuhan vegetatif dan menghasilkan roset. Sedangkan pada tahun kedua memunculkan bunga dan menghasilkan biji, lalu mati. Pada proses roset, gulma tersebut sensitif terhadap penggunaan herbisida. Contoh gulma dua tahun yaitu, Circium vulgare, Dipsacus sylvestris, Artemisia biennis, Echium vulgare dan Circium altissimum. 

 

  • Gulma tahunan (perennial weeds) 

 

Gulma perennial weeds salah satu gulma yang bisa hidup lebih dari dua tahun atau lebih. Gulma jenis ini muncul setiap tahun dan tidak akan mati, sekalinya mati dia akan muncul kembali. Gulma jenis ini berkembang biak dengan biji-bijian dan berkembang biak secara vegetatif. Saat kekurangan air di musim kemarau, gulma ini seolah-olah mati karena bagian atas tanah mengering. Akan tetapi jika ada air yang mengalir untuk proses pertumbuhannya, gulma ini akan bersemi kembali sediakala.

 

Contoh Gulma Pada Tanaman Tembakau 

 

Pada tahun 2008, diidentifikasi bahwa terdapat 17 jenis gulma baru yang ditemukan dari golongan rerumputan, teki-tekian, pakisan, dan daun lebar. Gulma ini ditemukan pada daerah dengan ketinggian 0-1200 mdpl, memiliki curah hujan 1.300-1.500 mm/tahun, serta suhu 180 -320C. Berikut contoh tumbuhan gulma pada tanaman tembakau: 

  • Ageratum conyzoides 

 

Nama daerah: Bandotan, babandotan (Sunda), badotan, wedusan (Jawa), rumput bulu (Dayak) 

 

Deskripsi : Gulma bandotan merupakan gulma berdaun lebar yang memiliki bentuk daun seperti telur dengan tepi bergerigi, tinggi tanaman berkisar antara 30 cm hingga 90 cm dan memiliki siklus hidup semusim 

 

  • Asystasia gangetica 

 

Nama daerah: Ganda rusa 

 

Deskripsi : Gulma ganda rusa merupakan gulma berdaun lebar yang memiliki bentuk daun bulat panjang dengan ujung daun runcing, tumbuh tegak hingga 0,5 m atau merayap menutupi tanaman lain, berkembang biak secara vegetative dan juga generatif

 

  • Axonopus compressus 

 

Nama daerah: Jukut Pait, Papaitan 

 

Deskripsi : Gulma jukut pahit merupakan gulma berdaun sempit yang memiliki bentuk daun lansat, berkembang biak secara vegetative dan juga generative. Gulma ini memiliki siklus hidup tahunan sehingga mampu bertahan hidup lebih dari 2 tahun 

 

  • Chromolaena odorata 

 

Nama daerah: Krinyu 

 

Deskripsi : Gulma Krinyu merupakan jenis gulma berdaun lebar yang memiliki bentuk daun oval dengan ujung runcing, memiliki tinggi 1-2 m dan gulma ini memiliki siklus hidup tahunan sehingga mampu bertahan hidup lebih dari 2 tahun 

 

  • Clidemia hirta 

 

Nama daerah: Harendong Bulu 

 

Deskripsi : Gulma harendong bulu merupakan jenis gulma berdaun lebar yang memiliki bentuk daun bulat telur dengan tepi rata berbulu, memiliki tinggi 0,5-2 m dan gulma ini memiliki siklus hidup tahunan sehingga mampu bertahan hidup lebih dari 2 tahun 

 

  • Cyperus kyllingia

 

Nama daerah: Rumput Kenop 

 

Deskripsi : Rumput kenop merupakan jenis gulma dari golongan teki, memiliki bentuk batang segitiga dengan daun berbentuk garis, bunga berupa bongkol semu berbentuk bola telur atau bulat memanjang, berwarna putih dengan anak bulir yang tersusun spiral, gulma ini memiliki siklus hidup tahunan sehingga mampu bertahan hidup lebih dari 2 tahun 

 

  • Digitaria ciliaris 

 

Nama daerah: Rumput Kebo 

 

Deskripsi : Rumput kebo merupakan gulma berdaun sempit, yang memiliki daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah atau helaian daun. Panjang tanaman bisa mencapai 1-1,2 m. 

 

  • Echinochloa colonum 

 

Nama daerah: Rumput Bebek, Jajagoan Letik, Tuton 

 

Deskripsi : Rumput bebek merupakan gulma berdaun sempit yang tumbuh berumpun, tinggi kira-kira 10 – 100 cm. Batangnya ramping, tumbuh tegak dan menyebar. Daun berbentuk garis, agak lebar di bagian pangkal dan meruncing ke arah ujung. Gulma termasuk ke dalam gulma semusim 

 

  • Eleusina indica 

 

Nama daerah: Rumput Belulang 

 

Deskripsi : Rumput belulang merupakan gulma berdaun sempit. Daunnya tumbuh dalam dua helai, helaian daunnya panjang seperti garis, dengan tepi daun yang kasar pada ujungnya. Batangnya berbentuk pipih dengan tinggi antara 10-90 cm. Gulma ini termasuk gulma tahunan 

 

  • Erechtites valerianifolia 

 

Nama daerah: Ulam-ulam 

 

Deskripsi : Ulam-ulam merupakan gulma berdaun lebar yang memiliki daun berbentuk jorong memanjang atau bundar telur terbalik, ukuran daun 20 x36 cm, pangkal daun menyempit di sepanjang tangkai daun, ujung daun runcing, berlekuk hingga menyirip, bergerigi kasar runcing, permukaan daun berbulu halus dan rapat. 

 

  • Imperata cylindrica 

 

Nama daerah: Alang-alang 

 

Deskripsi : Alang-alang merupakan gulma berdaun sempit dengan bentuk tulang-tulang daun sejajar atau lurus , dan permukaan daun rata, gulma ini memiliki batang yang tumbuh pendek bercabang dan memanjang di dalam tanah, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas baru. Gulma ini termasuk gulma tahunan. 

 

  • Melastoma affine

 

Nama daerah: Senduduk, Senggani, Harendong, Sanduduk 

 

Deskripsi : Senduduk merupakan gulma berdaun lebar yang memiliki helai daun berbentuk bulat panjang atau bulat telur, ujungnya runcing, pangkalnya bulat, tiga tulang daun nyata, gulma ini memiliki tinggi 0,5-2 m. 

 

  • Mikania micrantha 

 

Nama daerah: Sembung rambat, Siroppaspara, Caputuheun 

 

Deskripsi : Sambung rambat merupakan gulma berdaun lebar memiliki daun berbentuk segitiga menyerupai hati, permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi. Batang tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6 m. Gulma ini termasuk gulma tahunan yang berkembang biak melalui potongan batang dan biji. 

 

  • Paspalum conjugatum 

 

Nama daerah: Jukut Pahit 

 

Deskripsi : Jukut Pahit merupakan gulma berdaun sempit yang memiliki helai daun berbentuk pita dengan ujung daun runcing. Serta berbulu di sepanjang tepinya dan pada permukaannya. Pangkal daun membulat, dengan panjang daun berkisar 2,5-37,5 cm dan lebar 6-16 mm. Selain itu, tepi daun tampak berombak. 

 

  • Stenochlaena palustris 

 

Nama daerah: Kelakai 

 

Deskripsi : Kelakai merupakan gulma berdaun lebar dari golongan paku pakuan yang memiliki panjang 5-10 m dengan akar rimpang yang memanjat tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau bersisik kerap kali dengan tunas yang merayap. Daun kelakai menyirip berpasangan. Tangkai daun kelakai berukuran 10-20 cm dan cukup kuat. 

 

  • Synedrella nodiflora 

 

Nama daerah: Legetan, Gletang Warak (Jawa), Jotang kuda (Sunda) 

 

Deskripsi : Legetan merupakan gulma berdaun lebar. Memiliki daun tumbuh berhadapan dengan panjang 4-9 cm, berbentuk elips sampai bulat dengan tiga tulang daun yang tampak jelas dan dengan tepi beringgit, berambut dengan tangkai daun yang pendek dan menempel pada batang secara selang-seling. Gulma ini memiliki tinggi berkisar antara 30-80 cm. 

 

  • Euphorbia hirta 

 

Nama daerah : Patikan Kebo 

 

Deskripsi : Patikan Kebo merupakan daerah yang banyak sekali jenis gulma ini, karena sering hadir di setiap jalanan, ilir sungai, dan rerumputan. Gulma ini mempunyai sifat anti inflamasi (anti radang), diuretic (peluruh kencing) dan anti pruritic (menghilangkan gatal). Mempunyai tinggi sekitar 20cm, sehingga membuat gulma ini serupa dengan tanaman lainnya. 

 

Dengan mengenal gulma pada tanaman, kita bisa megantisipasi kehadiran gulma di setiap tanaman. Lakukan pemeriksaan secara berkala untuk memastikan, bahwa tanaman Anda bebas daripada gulma. Salah satu bentuk pengendalian gulma yang bisa dilakukan yaitu, menggunakan senyawa kimia berupa herbisida. 

 

Penggunaan herbisida sering dilakukan oleh petani untuk mengendalikan pertumbuhan gulma pada areal penanaman. Herbisida yang umum digunakan dalam mengendalikan gulma pada lahan pertanian yaitu SUPREMO 480 SL atau SUPREMO GOLD 490 SL atau SUPRETOX 276 SL. Herbisida ini dapat mengendalikan gulma hingga ke akarnya, sehingga bisa mendapatkan hasil tanaman yang cukup baik. 

 

Demikian Mengenal Gulma Tanaman Pada Lahan Pertanian.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021