Cara Mengendalikan Gulma Pada Tanaman Padi
Posted On 25 Januari, 2021 by Product Development Team
Cara Mengendalikan Gulma? Salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang sering muncul di lahan petanian yaitu gulma. Tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan ini dapat menurunkan hasil panen sekitar 50-70%. Gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara seperti air, sinar matahari, udara, dan fosfor.
Gulma dapat menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium hingga tiga kali pada tanaman. Nitrogen dan fosfor ini sangat penting sebagai penyerapan utama tumbuhan. Biasanya tanaman yang kekurangan nitrogen dan fosfor bisa diketahui dengan warna daun yang pucat. Oleh karena itu, perlu memastikan apakah daun pada tumbuhan yang dimiliki sudah memucat atau belum.
Penyebaran gulma memang sangat sulit ditebak, karena bisa muncul begitu saja. Gulma biasa hadir dari sisah pembuaian tanaman, dimana hasil pembuaian tersebut mengendap di dalam tanah dan berkembang menjadi gulma. Gulma ini paling banyak ditemukan pada lahan pertanian, seperti tanaman padi atau sejenisnya.
Gulma ini biasa dikendalikan oleh para petani untuk mencegah tanaman terserang penyakit. Caranya dengan melakukan pengolahan tanah, mengatur air dipetakan sawah, menggunakan benih yang bersertifikat, dan menggunakan kompos sisa tanaman. Banyak petani melakukan cara ini untuk mengendalikan gulma. Namun ada baiknya bila kita mengenal gulma terlebih dahulu.
Contoh Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi
Untuk lebih jelas tentang gulma, beirikut ini contoh gulma pada lahan pertanian, yaitu:
- Echinocloa crus-galli
- Nama Ilmiah : Echinocloa crus-galli Nama Umum : Jajagoan (sunda); Jawan (jawa); Beteng (bugis)
Morfologi
Echinocloa crus-galli termasuk ke dalam golongan gulma berdaun sempit. Secara morfologi bentuknya sangat mirip dengan tanaman padi pada saat masih muda. E.crus-galli memiliki penampilan tegak, memiliki tinggi sekitar 20-150 cm, bahkan bisa mencapai 200 cm (Galinato et al. 1999 dalam Guntoro, 2012).
Penyebaran
Jenis gulma yang memperbanyak dirinya secara generatif melalu biji yang tercampur dengan benih padi (Galinato et al. 1999). Gulma ini tumbuh dengan cara penyerbukan sendiri, yaitu lewat bantuan mikro oganisme seperti E. crus-galli. Penyerbukan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan angin, burung, dan lain sebaginya. Dengan menggunakan mesin pertanian untuk melakukan pengangkutan biji padi (Itoh, 1991 dalam Guntoro, 2012).
Kompetisi
Gulma E. crus-galli merupakan kompetitor yang sangat kuat terhadap tanaman padi sehingga menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi (Chin 2003). Banyaknya populasi E. Crus-galli sangat berpengaruh terhadap penurunan hasil produksi padi. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, maka jumlah anakan produktif semakin menurun. Penurunan bobot gabah akibat adanya gulma ini dapat mencapai 48% (Guntoro, 2012).
Pengendalian
Banyaknya populasi gulma E. crus-galli dapat ditekan sejak awal yaitu dengan melakukan pembersihan lahan sawah yang akan digarap sebelum dibajak. Penanaman bibit padi secara jajar legowo juga dapat menekan populasi gulma ini. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida dapat dilakukan jika masih ditemukan gulma pada pertanaman padi ketika padi mulai tumbuh.
Pestisida yang efektif untuk mengendalikan gulma E. Crus-galli yaitu herbisida berbahan aktif sodium bispiribak (AVATAR 400 SC, SALVATORE 12/18 WP) dan 2-4 D (ABOLISI 865 SL). AVATAR 400 SC dan SALVATORE 12/18 WP diaplikasikan ketika padi berumur 7-10 HST atau daun gulma tidak lebih dari 3 daun dengan konsentrasi 1-2 ml/l untuk AVATAR dan 80-100 gr/ha untuk SALVATORE 12/18 WP. ABOLISI 865 SL diaplikasikan ketika padi berumur 20-30 HST atau sebelum pemupukan kedua dengan konsentrasi 2-3 ml/l.
- Cyperus iria
Nama Ilmiah : Cyperus iria
Nama Umum : Teki sawah, Jekeng
Morfologi
Cyperus iria termasuk ke dalam golongan gulma teki-tekian. Secara morfologi ketinggian cyperus iria sangat bervariasi dari 8 cm hingga 60 cm, memiliki banyak akar pendek berwarna merah kekuningan. Daunnya berbentuk garis lurus, biasanya lebih pendek dari batang, lebar 1-8 mm, datar, dan berkerut di tepi dan rusuk utama; pelepah daun berwarna hijau sampai coklat kemerahan dan membungkus batang di pangkalan (CABI International).
Penyebaran
Cyperus iria merupakan gulma tahunan yang memperbanyak diri secara generatif melalui biji. Satu gulma ini dapat menghasilkan biji hingga 5000 biji. 40% dari biji segar tersebut dapat berkecambah dengan segera. Biji gulma ini berkecambah dengan baik di permukaan tanah tetapi kurang mampu berkecambah di genangan air (CABI International).
Kompetisi
Cyperus iria seperti halnya dengan gulma teki-tekian lain merupakan gulma yang mendominasi di lahan tanaman padi khususnya padi gogo. Gulma ini berbahaya karena memiliki kemampuan memperbanyak diri secara cepat dan juga dapat mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Penurunan hasil akibat adanya kompetisi dengan gulma ini dapat mencapai 29-61 % (Setyowati dkk., 2001).
Pengendalian
Sama halnya dengan gulma lain yang menyerang padi sawah, gulma Cyperus iria juga dapat ditekan sejak awal yaitu dengan melakukan pembersihan lahan sawah yang akan digarap sebelum dibajak. Penggenangan lahan sawah dan pengaturan air yang tepat dapat menekan jumlah populasi gulma ini. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida dapat dilakukan jika masih ditemukan gulma pada pertanaman padi ketika padi mulai tumbuh.
Pestisida yang efektif untuk mengendalikan gulma Cyperus iria yaitu herbisida berbahan aktif sodium bispiribak (AVATAR 400 SC, SALVATORE 12/18 WP) dan 2-4 D (ABOLISI 865 SL). AVATAR 400 SC dan SALVATORE 12/18 WP diaplikasikan ketika padi berumur 7-10 HST atau daun gulma tidak lebih dari 3 daun dengan konsentrasi 1-2 ml/l untuk AVATAR dan 80-100 gr/ha untuk SALVATORE 12/18 WP. ABOLISI 865 SL diaplikasikan ketika padi berumur 20-30 HST atau sebelum pemupukan kedua dengan konsentrasi 2-3 ml/l.
- Monochoria vaginalis
Nama Ilmiah : Monochoria vaginalis Burm. F. Presi
Nama Umum : Wewehan (jawa), Eceng padi, Pico-Pico (bugis)
Morfologi
Monochoria vaginalis merupakan salah satu gulma utama di pertanaman padi yang termasuk ke dalam golongan gulma berdaun lebar. Gulma ini mempunyai rimpang pendek dan menyebar dengan stolon. Tingginya 10-50 cm dan tanpa batang. Tanaman yang lebih tua biasanya membentuk rumpun besar, tetapi tidak terhubung. Pada tumbuhan yang agak tua, daunnya mengambang, linier atau lanset dan pada tumbuhan yang lebih tua, daunnya berbentuk bulat, berakumulasi tajam dengan dasar berbentuk hati atau bulat, berkilau, dan berwarna hijau tua (CABI International).
Penyebaran
M. vaginalis tergolong gulma air (akuatik) semusim di sawah yang tergenang, tetapi juga bisa tumbuh sebagai gulma tahunan (perenial) dalam kondisi banjir yang terus-menerus. Perbanyakan gulma ini kebanyakan dari biji dan sesekali dari umbi-umbian. Pembungaan dapat terjadi sepanjang tahun. Perbanyakan dan perkembangan gulma ini lebih besar pada masa awal tanam padi. Pertumbuhan gulma ini lebih tinggi pada tanah jenuh air daripada di tanah kering (CABI International).
Kompetisi
Wewehan (Monochoria vaginalis Burm.F. Presi) merupakan salah satu gulma penting yang tumbuh di pertanaman padi. Keberadaan gulma ini sangat merugikan karena dapat menurunkan hasil produksi padi sebesar 17% sampai 40% (Widhikinasih, 2014).
Pengendalian
Pengendalian gulma M. vaginalis salah satunya dapat dilakukan dengan penyiangan manual ataupun dengan alat untuk menekan populasi gulma tersebut. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida dapat dilakukan jika populasi gulma ini sudah tinggi dan tidak bisa ditekan melalui pengendalian secara manual.
Pestisida yang efektif untuk mengendalikan gulma M. vaginalis yaitu herbisida berbahan aktif metil metsulfuron (TRENDY 20 WP/WG) dan 2-4 D (ABOLISI 865 SL). TRENDY dapat diaplikasikan melalui penyemprotan dan juga ditebar bersamaan dengan pemupukan dengan dosis 15-20 gr/ha. ABOLISI 865 SL diaplikasikan ketika padi berumur 20-30 HST atau sebelum pemupukan kedua dengan konsentrasi 2-3 ml/l.
Contoh-Contoh Gulma Lainnya..
Apa Kerugian yang Ditimbulkan Oleh Gulma?
Gulma dapat menyebabkan kerugian pada bidang pertanian, dimana gulma ini dapat menggangu pertumbuhan tanaman. Hal tersebut karena terjadinya persaingan antara gulma dengan tanaman untuk memperebutkan air, hara, dan cahaya matahari. Di Indonesia sendiri penurunan hasil panen akibat gulma mencapai 10-20%. Dimana gulma ini berperan sebagai inang yang bergantung kepada beberapa tanaman utama.
Selain sebagai inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi parasit bagi tanaman budidaya padi. Sebagai contoh, gulma rumput setan dapat menjadi parasit pada tanaman jagung dan padi ladang, gulma orobanche terjadi pada padi, jagung, tebu, gandum, dan tembakau. Gulma alelopati menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman.
Berikut kerugian-kerugian yang ditimbukan oleh gulma, diantaranya:
1. Terjadi persaingan antara tanaman, sehingga mengurangi produksi, air, hara, dan cahaya matahari.
2. Tidak adanya pengontrolan kualitas produksi tanaman di pertanian.
3. Senyawa kimiawi pada gulma sangat beracun terhadap tanaman yang tumbuh.
4. Sering menggangu para petani, seperti banyaknya duri Amaranthus spinosus di sekitaran tanaman.
5. Menjadi perantara sumber penyakit oleh hama dan tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon.
6. Terjadi gangguan pada kesehatan manusia, misalnya gulma tepung sarinya menyebabkan alergi.
7. Terjadi pemborosan air karena kehadiran gulma, sehingga mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air.
8. Kehadiran gulma menggangu sistem irigasi, sehingga mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air.
Bagaimana Cara Mengendalikan Gulma?
Pengendalian gulma merupakan cara terbaik untuk menekan laju perkembangbiakan gulma agar tidak mengganggu budidaya tanaman. Cara mengendalikan gulma bisa dilakukan pada waktu yang tepat, seperti kritis tanaman, yaitu periode dimana tanaman peka terhadap faktor lingkungan. Periode ini biasanya terjadi skitar umur 1/4 – 1/2 umur tanaman. Oleh karena itu, ketahui cara mengendalikan gulma secara umum.
- Secara mekanis (Fisik)
Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan alat-alat pertanian melalui kegiatan pengolahan tanah, pembabatan (pemangkas), penggenangan, pembakaran dan penggunaan mulsa. Pengendalian ini dilakukan dengan cara membajak, menyisir, dan meratakan tanah.
Petani menggunakan tenaga ternak atau mesin untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Lahan disiapkan dengan mematikan gulma terlebih dahulu menggunakan herbisida. Pembajakan dapat dilakukan secara berangsur, tergantung ketersediaan lahan marjinal dan lahan miring yang bersifat rapuh terhadap tanah.
Cara mekanis lebih mengedepankan kepedulian lingkungan dalam pengelolaan sistem tanam agar terhindar dari gulma. Cara ini terlbilang efektif, karena mengedukasi petani agar lebih terpadu dalam mengelola lahan pertanian. Hasilnya bisa membuat hasil panen lebih meningkat dan lebih banyak.
Secara biologi (Preventif)
Pengendalian biologi dilakukan dengan menekan populasi gulma dengan musuh alami seperti insekta, fungi, ternak, ikan, dan sebagainya sehingga keberadaan gulma sudah tidak lagi merugikan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mempelajari interaksi antara tanaman dan gulma. Terutama persaingan relatif dari tanaman selama fase perkembangan gulma. Berikut upaya-upaya yang dilakukan untuk pencegahan preventif yaitu:
1. Melakukan pembersihan lahan agar gulma tidak menyebar kembali
2. Melakukan pemisahan atau seleksi biji yang mungkin gulma ikut tercampur di dalamnya.
3. Menggunakan pupuk kandang yang sudah matang untuk mencegah kontaminasi benih gulma.
4. Mencegah pengangkutan tanaman seperti tanah maupun benda yang berpotensi mengandung gulma.
- Secara kimiawi (Herbisida)
Pengendalian gulma cara kimiawi biasa menggunakan herbisida. Cara ini efektif dilakukan karena dapat mengemat waktu dan tenaga. Herbisida memiliki efektivitas yang beragam, seperti herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena dan herbisida sistemik mematikan setelah diserap oleh unsur gulma.
Pengaplikasian herbisida sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 08.00 WIB, lalu sesuaikan dengan kondisi angin dan curah hujan. Penggunaan herbisida secara terus menerus juga dapat merugikan lahan pertanian, seperti keracunan tanaman dan hewan pembajak sawah.
Herbisida berbahan aktif seperti glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan oleh petani. Bahan aktif yang disemprotkan ke daun dapat mengendalikan gulma rumputan dan gulma daun lebar. Senyawa glifosat sangat mematikan, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman yang terurai ke dalam tanah.
Penggolongan Herbisida terdiri atas 2 yaitu Selektif dan Non Selektif. Pada herbisida aktif berfungsi untuk mematikan gulma tertentu saja contohnya Ametrin, Diuron, Oksifluorfen, Klomazon dan Karfentrazon. Berikut produk herbisida selektif dari PT. DGW yang dapat digunakan pada lahan pertanian:
Cara mengendalikan gulma harus dilakukan agar gulma tidak bisa muncul lagi. Cara ini bisa dilakukan dengan menggunakan teknik mekanis, biologis, dan kimiawi (Herbisida). Kita bisa menggunakan produk herbisida berkualitas dari DGW seperti Abolisi, Salvatore 12/18 WP, Avatar 400 SC, dan Trendy 20. Herbisida ini sangat ampuh dalam membasmi gulma.
Demikian Cara Mengendalikan Gulma Pada Tanaman Padi.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.
Artikel Terbaru
DGW ROADSHOW ON JAVA
2024-09-18DGW 21th ANNIVERSARY GOES TO THAILAND
2022-11-14