Hama

Cara Mencampur Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi

Posted On 25 Januari, 2021 by Product Development Team

Pencampuran-Pestisida.jpg

Pestisida merupakan zat kimia beracun yang digunakan untuk membasmi hama, gulma dan penyakit tanaman. Dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), biasanya petani menggunakan pestisida sebagai pengaplikasiannya. Hal ini karena, pestisida lebih efektif untuk menjaga lahan pertanian ketimbang cara alami atau manual yang memakan waktu banyak. 

 

Dalam penggunaan pestisida juga tidak boleh sembarangan, karena pestisida mememiliki formulasi yang berbeda-beda pada setiap campurannya. Pengetahuan tentang formulasi sebagai bahan aktif perlu diketahui, agar penggunannya tidak salah. Oleh karena itu, sebelum mengetahui cara mencampur pestisida ada baiknya kita mengenal formulasi pestisida tersebut. 

 

7 Bentuk Formulasi Untuk Campuran Pestisida

Berikut 7 bentuk formulasi untuk campuran pestisida, diantaranya: 

 

1. Granule (GR) 

 

Formulasi GR merupakan formulasi berbentuk butiran padat dengan berbagai bentuk ukuran yang siap pakai. Formulasi ini tidak larut dalam air dan bisa diaplikasikan langsung tanpa perlu dicampur dengan air. Formulasi GR memiliki beberapa kelebihan seperti: 

 

- Siap digunakan tanpa perlu pencampuran 

 

- Bahaya bagi aplikator (orang yang mengaplikasian pestisida) tergolong rendah 

 

- Dapat diaplikasikan dengan mudah dan dapat diaplikasikan bersamaan dengan pupuk 

 

Namun formulasi GR juga memiliki kekurangan seperti: 

 

- Butiran tidak menempel pada dedaunan atau permukaan tidak rata lainnya sehingga umumnya digunaan untuk pestisida yang bersifat sistemik 

 

- Aplikasi secara seragam sulit dilakukan dan dibutuhkan kalibrasi yang cukup sering 

 

 

2. Water Dispersible Granule (WG) 

 

Formulasi WG merupakan formulasi berbentuk padatan yang dapat diencerkan dengan air dan dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Formulasi WG memiliki beberapa kelebihan seperti: 

 

- Mudah dalam penyimpanan, dan pengaplikasikan - Resiko fitotoksik (gejala keracunan pada tanaman) rendah 

 

- Tidak menimbulkan debu ketika dibuka Namun fomulasi WG memiliki kekurangan seperti: - Perlu pengadukan agak lama ketika diencerkan dengan air 

 

- Harus digunakan secara cepat setelah dicampur air agar tidak terjadi penggumpalan. Salah satu pestisida dengan formulasi WG yaitu Trendy 20 WG (Metil Metsulfuron 20%). 

 

 

3. Wettable Powder (WP) 

 

Formulasi WP merupakan bentuk formulasi yang cukup populer dalam pestisida, baik insektisida, fungisida, herbisida maupun jenis pestisida lainnya. Formulasi WP biasanya berbentuk tepung yang dapat diaplikasikan dalam bentuk suspensi setelah dicampur dengan air. Formulasi WP memiliki beberapa kelebihan diantaranya: 

 

- Resiko fitotoksik atau gejala keracunan pada tanaman lebih rendah dibandungkan dengan bentuk formulasi lain 

 

- Kurang diserap oleh air 

 

Namun formulasi WP juga memiliki kelemahan seperti: 

 

- Menimbulkan debu ketika dituangkan 

 

- Bersifat abrasif 

 

- Dapat meninggalkan residu yang tampak pada bidang sasaran 

 

Petisida dalam bentuk formulasi WP diantaranya: 

 

- Dangke 40 WP (Metomil 40%) 

 

- Delouse 25 WP (Imidakloprid 25%) 

 

- Dense 70 WP (Metil Tiofanat 70%) 

 

- Benlox 50 WP (Benomil 50%)

 

- Cozeb 80 WP (Mankozeb 80%) 

 

- Procure 20 WP (Simoksanil 20%) 

 

- Ventra 75 WP (Klorotalonil 75%) 

 

- Bestnoid 60 WP (Fentin Asetat 60%) 

 

 

4. Soluble Powder (SP) 

 

Formulasi SP merupakan formulasi yang dapat diaplikasikan dalam bentuk larutan setelah dicampur dengan air. Larutan yang terbentuk bisa dikatakan sebagai larutan bahan aktif ‘sejati’ namun biasanya ada bahan campuran yang tidak dapat larut dalam air. Dimana formulasi SP memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir sama dengan formulasi WP yaitu: 

 

- Kurang diserap oleh air 

 

- Bersifat abrasif 

 

- Menimbulkan debu ketika dituangkan 

 

- Resiko fitotoksik atau gejala keracunan pada tanaman lebih rendah 

 

Pestisida yang menggunakan bentuk formulasi SP yaitu Manthene 75 SP (Asefat 75%). 

 

5. Suspension Concentrate (SC) 

 

Formulasi SC merupakan salah satu bentuk formulasi pestisida cair yang banyak digunakan oleh petani. Formulasi SC merupakan formulasi yang berbentuk suspensi bahan aktif yang stabil dengan air sebagai cairan. Formulasi SC harus diencerkan dengan air sebelum digunakan, lalu perlu dikocok terlebih dahulu sebelum ditakar dan dicampur dengan air. 

 

Jenis pestisida yang menggunakan bentuk formulasi SC diantaranya: 

 

- Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

 

- Provide-X 21/45 SC (Emamektin Benzoat 21 g/l + Beta Sipermetrin 45 g/l) 

 

- Corona 325 SC (Azoksistrobin 200 g/l + Difenokonazol 125 g/l)

 

- Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l)

 

- Venator 550 SC (Mesotrion 50 g/l + Atrazin 500 g/l)

 

- Avatar 400 SC (Sodium Bispiribak 400 g/l)

 

 

6. Soluble Liquid (SL) 

 

Formulasi SL merupakan formulasi yang berbentuk cairan yang dapat diaplikasikan dalam bentuk larutan bahan aktif setelah diencerkan dengan air. Cairan tersebut mungkin mengandung bahan formulasi yang tidak larut dalam air. Hal ini karena sifatnya yang terlalu padat. 

 

Beberapa jenis pestisida yang menggunakan bentuk formulasi ini diantaranya: 

 

- Supremo 480 SL (IPA Glifosat 480 g/l)

 

- Supretox 276 SL (Paraquat Diklorida 276 g/l)

 

- Abolisi 865 SL (2,4-D Dimetil Amina 865 g/l)

 

- Inteam 150 SL (Amonium Glufosinat 150 g/l) 

 

 

7. Emulsifiable Concentrate (EC) 

 

Formulasi EC merupakan bentuk formulasi yang paling banyak digunakan untuk insektisida. Formulasi EC berbentuk cairan homogen yang dapat diaplikasikan dalam bentuk emulsi, setelah dicampur dengan air. Formulasi EC memiliki beberapa kelebihan diantaranya: 

 

- Dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan, kocor, fogging, dan pencelupan 

 

- Memerlukan sedikit pengadukan ketika akan diaplikasikan 

 

- Tidak meninggalkan residu yang tampak pada bidang sasaran 

 

Namun formulasi EC memiliki kelemahan seperti: 

 

- Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan overdosis sehingga dapat menimbulkan gejara toksik (keracunan) pada tanaman 

 

- Mudah diserap kulit manusia 

 

- Dapat menyebabkan korosif pada tangki sprayer jika penggunaan kurang tepat 

 

Pestisida yang menggunakan formulasi EC yaitu: 

- Chlormite 400 EC (Klorpirifos 400 g/l) 

 

- Demolish 18 EC (Abamektin 18 g/l) 

 

- Klensect 200 EC (Permetrin 200 g/l) 

 

- Rahwana 500 EC (BPMC 500 g/l) 

 

- Capture 100 EC (Sipermetrin 100 g/l)

 

Cara Mencampur Pestisida Dengan Urutan WALES 

 

Dalam mencampur pestisida, salah cara yang sering digunakan yaitu WALES. Urutan ini dipakai untuk mencampur pestisida dalam 1 kali aplikasi. Urutan ini sesuai dengan formulasi yang disebutkan di atas yaitu WP, Agitaion (aduk), (WG), SL / SC / EC, dan nutrisi atau perekat. 

 

W – pestisida berformula WP atau sejenisnya 

A – agitation (aduk-aduk rata) 

L – salah satu pestisida berformula seperti (WG) Water Dispersible Granule

E – salah satu pestisida berformula SL / SC / EC 

S – nutrisi atau perekat 

 

Campuran ini sebaiknya diurutkan dari bentuk formulasi yang paling susah larut seperti Water Dispersible Granule (WG), Wettable Powder (WP) / Soluble Powder (SP), Soluble Liquid (SL), Suspension Concentrate (SC), Emulsifiable Concentrate(EC), Nutrisi atau Perekat. Kemudian uji kompatibilitas terlebih dahulu dengan cara mencampurkan antara formulasi dengan masing-masing 2 – 5 ml dan 5 – 10 ml air. Apabila saat campuran pestisida tersebut tidak ada perubahan, maka formulasi tersebut sudah sempurna. 

 

Itulah cara mencampur pestisida. Perlu diperhatikan, jika Anda ingin menambahkan nutrisi serta perekat pada campuran pestisida tersebut, Anda bisa menambahkannya setelah semua pestisida tercampur dengan baik. Hal ini untuk mencegah berkurangnya kualitas daripada kandungan pestisida tersebut. Kemudian untuk hasilnya Anda bisa mencoba terlebih dahulu untuk beberapa jenis tanaman.

 

Demikian Cara Mencampur Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.