Hama

4 Cara Memilih Pestisida Pertanian yang Tepat

Pestisida adalah zat kimia berbahaya yang digunakan untuk membasmi hama. Maksud hama disini yaitu tungau, jamur, bakteria, virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan pertanian. 

 

Dalam pengertiannya, pestisida ini sudah tertuang dalam peraturan pemerintah tahun 1973 yaitu: 

 

  • Mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman. 

 

  • Memberantas semua jenis rerumputan liar. 

 

  • Mematikan daun atau bagia-bagian tanaman lain yang tidak termasuk pupuk. 

 

  • Memberantas dan mencegah hama penggangu yang berbahaya. 

 

  • Mencegah binatang penggangu bahkan binatang yang dilindungi sekalipun. 

 

Pestisida sering sekali digunakan pada bidang pertanian (crop protection products). Pestisida pertanian dipilih untuk mencegah binatang-binatang penganggu yang dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Caranya dengan melakukan pengelolaan pestisida seperti pembuatan zat kimia, pengangkutan hama, penyimpanan tanaman, peragaan tanaman, penggunaan atau pemusnahan pestisida. 

 

Cara Memilih Pestisida Pertanian yang Tepat

Berikut cara memilih pestisida pertanian yang tepat, diantaranya: 

 

1. MENGENAL JENIS SASARAN 

 

Sebelum sobat tani membeli pestisida, terlebih dahulu kita harus mengenal sasaran yang akan sobat tani kendalikan. Caranya amati gejala dan tanda serangan yang ada pada tanaman. Kemudian tentukan sasaran yang akan sobat tani kendalikan. Sasaran yang akan dikendalikan bisa berupa gulma, serangga, akarina atau tungau, dan juga penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus, jamur, nematoda ataupun bakteri. Sobat tani bisa mengamati gejala dan tanda serangan di pagi ataupun sore hari agar terhindar dari panasnya trik matahari. 

 

2. MENENTUKAN JENIS PESTISIDA

 

Setelah mengetahui gejala dan tanda serangan kita bisa menentukan sasaran apa yang akan kita kendalikan. Setelah itu hal yang harus kita lakukan yaitu menentukan jenis pestisida yang akan kita gunakan sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Berikut 10 jenis pestisida umum berdasarkan sasarannya: 

 

JENIS PESTISIDA

TARGET SASARAN

NAMA PESTISIDA

BAKTERISIDA

Mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BENLOX 50 WP

AKARISIDA

Mengendalikan Akarina

DEMOLISH 18 EC

FUNGISIDA

Mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh cendawan/jamur

CORONA 325 EC, DENSE 520 SC

HERBISIDA

Mengendalikan Gulma

SUPREMO 480 SL, SUPRETOX 276 SL

INSEKTISIDA

Mengendalikan Serangga

CHLORMITE 400 EC, BALISTIC 50 SC

MOLUSKISIDA

Mengendalikan keong / siput

BESTNOID 60 WP, ANILO 60 WP

ANTRAKTAN

Mengundang / Menarik Hama

METIL EUGENOL

REPELENT

Menolak / mengusir hama

KLENSECT 200 EC

RODENTISIDA

Mengendalikan tikus    

XILAW RMB

TERMITISIDA

Mengendalikan Rayap

CHLORMITE 400 EC, PENALTY 50 SC

 

 

3. MEMAHAMI CARA KERJA PESTISIDA 

 

Selanjutnya sobat tani juga harus memahami cara kerja dari pestisida tersebut. Jika lihat memang pestisida pertanian memiliki beberapa sifat yang sangat mematikan, contohnya: 

 

  • Racun Kontak, jenis pestisida yang bekerja dengan cara masuk ke dalam tubuh serangga dengan sasaran kulit (kutikula) dan ke bagian tubuh secara aktif. 

 

  • Racun Pernafasan, jenis pestisida yang dapat membunuh serangga dengan cepat lewat sistem pernapasan serangga tersebut.

 

  • Racun Lambung, jenis pestisida yang membunuh serangga lewat organ pencernaan. Dapat membunuh serangga dengan cepat. 

 

  • Racun Metabolisme, jenis pestisida yang dapat membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.

 

  • Racun Protoplasma, jenis pestisida yang akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak. 

 

  • Racun Sistemik, jenis pestisida yang disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman melalui akar dan daun. Pestisida ini dapat membunuh hama seperti jamur dan bakteri. 

 

 

4. KUALITAS PESTISIDA 

 

Setelah mengetahui cara kerja pestisida pada tanaman sobat tani sudah punya bekal 75% untuk memilih pestisida yang tepat untuk tanaman sobat tani. Selanjutnya hal yang terpenting dalam menentukan suatu pestisida yaitu kualitas pestisida itu sendiri loh. Terkadang kita sering menemukan suatu pestisida yang memiliki bahan aktif yang sama tetapi memiliki kemampuan yang berbeda. Nah berikut ciri-ciri pestisida yang memiliki kualitas baik di antaranya 

 

1. Terdapat nomor pendaftaran pestisida yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian 

 

2. Terdapat tanggal produksi dan juga kadaluwarsa pestisida yang tercantum dalam kemasan 

 

3. Terdapat label petunjuk penggunaan pada kemasan 

 

4. Terdapat petugas lapangan yang akan membina dan juga bertanggung jawab terhadap produk tersebut

 

Dampak dan Fungsi Penggunaan Pestisida Pertanian 

 

Berikut adalah dampak positif dari penggunaan pestisida, yaitu: 

 

  • Bisa diaplikasikan secara mudah. 

 

  • Bisa digunakan dalam area yang luas dalam waktu singkat. 

 

  • Memberikan keuntungan ekonomi secara jangka pendek. 

 

  • Efektif hampir di setiap waktu dan setiap tempat. 

 

  • Menghasilkan dampak yang baik terhadap pembasmi hama. 

 

Berikut adalah dampak negatif dari penggunaan pestisida, yaitu: 

 

  • Kematian alami organisme pengganggu. 

 

  • Menyebabkan timbulnya resistensi. 

 

  • Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan. 

 

  • Keracunan terhadap makanan dan manusia. 

 

  • Terjadinya residu atau pencemaran lingkungan sekitar. 

 

Berdasarkan fungsinya, pestisida menurut Diding Rachmawati dan Eli Karlina (2009): 

 

1. Menolak kehadiran serangga kembali. 

 

2. Mencegah serangga memakan tanaman kembali. 

 

3. Merusak perkembangan hama seperti telur, larva, dan pupa. 

 

4. Menghambat reproduksi hama. 

 

5. Mengacaukan sistem hormon pada hama. 

 

6. Sebagai racun syaraf terhadap hama dan gulma. 

 

7. Mengendalikan pertumbuhan jamur atau bakteri. 

 

Pestisida memang sangat diperlukan sebagai bahan aktif pertanian, karena membantu petani dalam mengendalikan hama. Oleh karena itu, berdasarkan bahan aktifnya pestisida dapat digolongkan menjadi 4 yaitu: 

Sintetik Anorganik : Merkuri, flourida, dan tembaga sulfat. 

 

  • Organik Organo Khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin. 

 

  • Heterosiklik : Kepone dan mirex. 

 

  • Organofosfat : klorpirifos dan prefonofos. 

 

  • Karbamat : Karbofuran dan SPMC. 

 

  • Dinitrofenol : Dinex dan lainnya. 

 

Berdasarkan contohnya, jenis pestisida tanaman sebagai berikut: 

 

Tanaman : Berenuk 

Kandungan : Buah mengandung alkoloid 

Cara kerja : Bersifat pengusir hama serangga 

Sasaran : Tikus, Kutu daun dan Wereng 

 

Tanaman : Brotowali 

Kandungan : Buah mengandung alkaloid 

Cara kerja : Sebagai pengusir dan penghambat perkembangan serangga 

Sasaran : Hama gudang, Walang sangit, Ulat daun dan Wereng 

 

Tanaman : Kunyit 

Kandungan : Umbi mengandung racun dioskorin dan diosconin 

Cara kerja : Mempengaruhi system syaraf anti reproduksi 

Sasaran : Kutu daun, Nyamuk, Wereng, Tikus. 

 

Tanaman : Mindi 

Kandungan : Mengandung margosin, glikosdida flafonoid 

Cara kerja : Menolak, menghambat pertumbuhan, dan mempengaruhi system syaraf 

Sasaran : Ulat grayak, Kutu daun, Anjing tanah, Belalang, Wereng, dan Gudang 

 

Tanaman : Srikaya 

Kandungan : Daun dan buah mengandung minyak anonain dan resin 

Cara kerja : Sebagai racun perut dan racun kontak untuk menolak pekembangan telur 

Sasaran : Kumbang, Kutu daun, Nyamuk Rorongo, Wereng coklat dan Walang sangit 

 

Tanaman : Surian 

Kandungan : Daun dan kulit batang mengandung surenon, surenin dan surenolakton 

Cara kerja : Penghambat pertumbuhan dan menolak perkembangan hama 

Sasaran : Tungau, Walang sangit, Kutu kebul, dan Ulat Daun 

 

Tanaman : Sembung 

Kandungan : Mengandung borneol, sineol, limonene dan dimetil etrer floroasetofenon. 

Cara kerja : Mempengaruhi metabolisme syaraf 

Sasaran : Keong mas dan Limus sakeureut 

 

Tanaman : Picung 

Kandungan : Buah dan daun mengandung alkaloid dan asam biru (HCN) 

Cara kerja : Racun kontak yang mempengaruhi system syaraf 

Sasaran : Wereng coklat, Lembing batu, Belalang, Walang sangit, Kutu daun, Ulat grayak 

 

Tanaman : Selasih 

Kandungan : Daun dan bunga mengandung minyak atsiri metilegenol, eugenol, geraniol, sineol. 

Cara kerja : Membasmi pernapasan pada hama Hama 

Sasaran : Lalat buah/Entod longong jantan dari golongan Bactrocera sp 

 

Itulah cara memilih pestisida pertanian yang tepat. Perlu diingat, bahwa dalam penggunaan pestisida harus memperhatikan batas ambang populasi sekitar. Hal ini dilakukan agar tidak menyebar kepada orang-orang sekitar. PT. Dharma Guna Wibawa sebagai perusahaan Agrochemical di Indonesia, menjamin kualitas produk pestisida yang akan digunakan oleh petani di Indonesia. Anda bisa menggunakan BENLOX 50 WP, DEMOLISH 18 EC, CORONA 325 EC, SUPREMO 480 SL, CHLORMITE 400 EC, BESTNOID 60 WP, KLENSECT 200 EC, PENALTY 50 SC. 

 

Demikian 4 Cara Memilih Pestisida Pertanian yang Tepat.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Hama

Insektisida Pertanian Sebagai Pengendali Hama

Insektisida merupakan zat kimia berbahaya yang mempunyai sifat beracun, bisa membunuh sekaligus mencegah hama dalam satu kali aplikasi. Insektisida banyak dipilih oleh kalangan petani, karena dirasa cukup akurat dalam membasmi hama secara cepat. Insektisida pertanian menjadi solusi utama para petani, karena membuat hasil panen meningkat. Penggunaan insektisida pertanian dinilai efektif untuk mengendalikan hama, baik secara efikasi (daya bunuh terhadap hama) maupun secara waktu dan biaya.

 

Meskipun beresiko untuk masyarakat sekitar, insektisida pertanian nyatanya banyak di pakai untuk mengusir hama tersebut. Bisa dilihat dalam pengendalian hama, biasanya petani menggunakan lebih dari satu jenis insektisida. Dengan harapan efikasinya akan semakin baik terhadap hasil panen nanti. 

 

Namun tidak semua petani melakukan hal serupa, karena kurangnya perhatian. Agar dapat melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman secara cepat, tentunya harus mengetahui golongan dan bahan aktif insektisida terlebih dahulu. Tujuannya agar dapat memilih mana insektisida yang berkualitas dan mana yang tidak. 

 

6 Golongan Insektisida Pertanian 

Berikut 6 golongan insektisida pertanian yang wajib diketahui, diataranya:

 

  • Insektisida Golongan Piretroid

 

Piretroid merupakan insektisida yang senyawa induknya berasal dari bunga Tanacetum cinerariifolium (Chrysanthemum cinerariaefolium) atau lebih dikenal dengan nama piretrum. Senyawa ini berasal dari tumbuhan piretrum, dimana mempunyai efek knockdown yang cepat terhadap serangga. Senyawa piretroid dirancang menyerupai senyawa piretrin dengan versi yang lebih stabil di lingkungan pertanian. 

 

Penggunaan piretroid meyerang sistem saraf pusat, dimana serangga yang terkena piretroid akan menunjukan gejala seperti gemetaran, kejang- kejang, kelumpuhan dan akhirnya kematian. Insektisida yang termasuk kedalam golongan senyawa piretroid antara lain permetrin, sipermetrin, deltametrin, fenvalerat dll. 

 

 

Insektisida komersil yang termasuk kedalam kelompok ini yaitu:  

- Klensect 200 EC / Klensect Extra 200 EC (bahan aktif permetrin 200 g/l) 

 

- Capture 50 EC (bahan aktif sipermetrin 50 g/l) 

 

- Capture 100 EC (bahan aktif sipermetrin 100 g/l) 

 

Klensect-200-EC-400-ml.png

Klensect-Extra-200-EC-400-ml.png

 

 

  • Insektisida Golongan Organofosfat

 

Organofosfat merupakan insektisida senyawa yang paling beracun dan paling banyak digunakan di dunia. Organofosfat menyerang enzim asetilkolinesterase pada sistem saraf. Gejala keracunan pada serangga yang terkena organofosfat yaitu gelisah, perangsangan berlebihan, gemetaran, kejang, lumpuh dan mati. Gejala kematiannya sekitar 24 jam, serta umumnya tidak dapat pulih kembali. 

 

Penggunaan organofosfat sangat berbahaya jika terkena pada manusia, oleh karena itu insektisida yang termasuk golongan organofosfat antara lain klorpirifos, asefat dll. 

 

Insektisida komersil yang termasuk kedalam kelompok ini yaitu: 

 

- Chlormite 400 EC (bahan aktif klorpirifos 400 g/l) 

 

- Chlormite Plus 505 EC (bahan aktif klorpirifos 459 g/l + sipermetrin 45,9 g/l) 

 

- Manthene 75 SP(bahan aktif aseat 75%) 

 

 

  • Insektisida Golongan Karbamat

 

Karbamat merupakan insektisida yang pada awalnya berasal dari tanaman kacang Calabar (Physotigma venenosum). Serpihan pada biji kacang Calabar dikenal dengan senyawa fisotigmin, senyawa tersebut dibuat dengan versi sintetik yaitu metil karbamat toksik dan karbamat beracun. 

 

Karbamat bekerja dengan menghambat enzim asetilkolinesterase sama seperti organofosfat. Insektisida karbamat umumnya tidak berspektrum luas tapi ada beberapa yang berspektrum luas. Gejala keracunan pada serangga dimulai dengan aktivitas berlebihan, gerakan tidak terkoordinasi, kejang, lumpuh dan mati. Insektisida yang termasuk golongan karbamat antara lain metomil, karbofuran, karbaril dll. 

 

Insektisida komersil yang termasuk kedalam kelompok ini yaitu:  

 

- Dangke 40 WP (bahan aktif metomil 40%

Dangke-Turbo-40-WP-250-g.png

 

- Dangke Turbo 40 WP (bahan aktif metomil 40%

DANGKE TURBO.jpg

 

  • Insektisida Golongan Fenilpirazol 

 

Fenilpirazol merupakan insektisida bersifat racun saraf yang menghambat saluran klorida aktif GABA. Gejala serangga yang keracunan hama ini yaitu aktivitas berlebihan, kejang- kejang, lumpuh dan akhirnya mati. Insektisida yang termasuk golongan fenilpirazol antara lain fipronil dan etiprol. Biasanya Insektisida ini digunakan untuk membunuh hama yang bergelumbul seperti burung.

 

Insektisida komersil yang termasuk kedalam kelompok ini yaitu: 

 

- Balistic 50 SC (bahan aktif fipronil 50 g/l

balistic.png

 

- Penalty 50 SC (bahan aktif fipronil 50 g/l

Penalty-50-SC-400-ml.png

 

 

  • Insektisida Golongan Neonikotinoid 

 

Neonikotinoid merupakan insektisida yang bersifat racun saraf dengan menghambat reseptor asetilkolin. DImana dapat menyebabkan aktivitas berlebihan, kejang- kejang, lumpuh dan akhirnya mati. Insektisida yang termasuk golongan neonikotinoid antara lain asetamiprid, dinotefuron, imidakloprid, nitenpiram, tiametoksam dll. 

 

Insektisida komersil yang termasuk kedalam kelompok ini yaitu: 

 

- Delouse 25 WP (bahan aktif imidakloprid 25%) 

delouse-25-wp.png

 

-Delouse 200 SL (bahan aktif imidakloprid 200 g/l) 

delouse200SL.png

 

  • Insektisida Golongan Avermektin

 

Avermektin adalah insektisida yang berasal dari aktinomiset Streptomyces avermitilis. Insektisida golongan ini bekerja sebagai racun saraf dan racun otot yang mengaktifkan saluran klorida, sehingga menyebabkan serangga mengalami kelumpuhan dan kemudian mengalami kematian. Insektisida yang termasuk golongan avermektin yaitu abamektin dan emamektin benzoat. 

 

Insektisida komersil yang termasuk kedalam kelompok ini yaitu:

 

- Demolish 18 EC (bahan aktif abamektin 18 g/l) 

DEMOLISH.png

 

- Provide-X 21/45 SC (bahan aktif emamektin + beta sipermetrin 45 g/l)  

Provide-X-21-45-SC-100-ml (1).png

 

Selain golongan insektisida tersebut, masih banyak golongan insektisida lainya seperti golongan nikotin, sulfoksimina, butenolida, formamidina, analog hormon juvenil, piriproksifen, tetrazin, oksazol, benzoilurea, tiadiazin, triazin, diasilhidrazin, tiourea, organotin, organosulfur, amidinohidrazon, naftokuinon, metoksiakrilat, fosfin, sianida dan masih banyak lagi. 

 

Itulah insektisida pertanian sebagai pengendali hama. Perlu diingat, dalam mengaplikasikan insektisida pertanian jangan sesekali mencampurkan dua bahan aktif dengan golongan yang sama. Hal ini akan membuat tanaman menjadi mati, lebih baik mencampurkan bahan aktif dengan golongan yang berbeda. Bila dilihat, memang masih banyak petani yang menggunakan cara manual untuk mengendalikan hama. Tetapi dengan menggunakan insektisida pertanian dirasa bisa menghemat waktu dan biaya. 

 

Demikian Insektisida Pertanian Sebagai Pengendali Hama. 

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Hama

Cara Mencampur Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi

Pestisida merupakan zat kimia beracun yang digunakan untuk membasmi hama, gulma dan penyakit tanaman. Dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), biasanya petani menggunakan pestisida sebagai pengaplikasiannya. Hal ini karena, pestisida lebih efektif untuk menjaga lahan pertanian ketimbang cara alami atau manual yang memakan waktu banyak. 

 

Dalam penggunaan pestisida juga tidak boleh sembarangan, karena pestisida mememiliki formulasi yang berbeda-beda pada setiap campurannya. Pengetahuan tentang formulasi sebagai bahan aktif perlu diketahui, agar penggunannya tidak salah. Oleh karena itu, sebelum mengetahui cara mencampur pestisida ada baiknya kita mengenal formulasi pestisida tersebut. 

 

7 Bentuk Formulasi Untuk Campuran Pestisida

Berikut 7 bentuk formulasi untuk campuran pestisida, diantaranya: 

 

1. Granule (GR) 

 

Formulasi GR merupakan formulasi berbentuk butiran padat dengan berbagai bentuk ukuran yang siap pakai. Formulasi ini tidak larut dalam air dan bisa diaplikasikan langsung tanpa perlu dicampur dengan air. Formulasi GR memiliki beberapa kelebihan seperti: 

 

- Siap digunakan tanpa perlu pencampuran 

 

- Bahaya bagi aplikator (orang yang mengaplikasian pestisida) tergolong rendah 

 

- Dapat diaplikasikan dengan mudah dan dapat diaplikasikan bersamaan dengan pupuk 

 

Namun formulasi GR juga memiliki kekurangan seperti: 

 

- Butiran tidak menempel pada dedaunan atau permukaan tidak rata lainnya sehingga umumnya digunaan untuk pestisida yang bersifat sistemik 

 

- Aplikasi secara seragam sulit dilakukan dan dibutuhkan kalibrasi yang cukup sering 

 

 

2. Water Dispersible Granule (WG) 

 

Formulasi WG merupakan formulasi berbentuk padatan yang dapat diencerkan dengan air dan dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Formulasi WG memiliki beberapa kelebihan seperti: 

 

- Mudah dalam penyimpanan, dan pengaplikasikan - Resiko fitotoksik (gejala keracunan pada tanaman) rendah 

 

- Tidak menimbulkan debu ketika dibuka Namun fomulasi WG memiliki kekurangan seperti: - Perlu pengadukan agak lama ketika diencerkan dengan air 

 

- Harus digunakan secara cepat setelah dicampur air agar tidak terjadi penggumpalan. Salah satu pestisida dengan formulasi WG yaitu Trendy 20 WG (Metil Metsulfuron 20%). 

 

 

3. Wettable Powder (WP) 

 

Formulasi WP merupakan bentuk formulasi yang cukup populer dalam pestisida, baik insektisida, fungisida, herbisida maupun jenis pestisida lainnya. Formulasi WP biasanya berbentuk tepung yang dapat diaplikasikan dalam bentuk suspensi setelah dicampur dengan air. Formulasi WP memiliki beberapa kelebihan diantaranya: 

 

- Resiko fitotoksik atau gejala keracunan pada tanaman lebih rendah dibandungkan dengan bentuk formulasi lain 

 

- Kurang diserap oleh air 

 

Namun formulasi WP juga memiliki kelemahan seperti: 

 

- Menimbulkan debu ketika dituangkan 

 

- Bersifat abrasif 

 

- Dapat meninggalkan residu yang tampak pada bidang sasaran 

 

Petisida dalam bentuk formulasi WP diantaranya: 

 

- Dangke 40 WP (Metomil 40%) 

 

- Delouse 25 WP (Imidakloprid 25%) 

 

- Dense 70 WP (Metil Tiofanat 70%) 

 

- Benlox 50 WP (Benomil 50%)

 

- Cozeb 80 WP (Mankozeb 80%) 

 

- Procure 20 WP (Simoksanil 20%) 

 

- Ventra 75 WP (Klorotalonil 75%) 

 

- Bestnoid 60 WP (Fentin Asetat 60%) 

 

 

4. Soluble Powder (SP) 

 

Formulasi SP merupakan formulasi yang dapat diaplikasikan dalam bentuk larutan setelah dicampur dengan air. Larutan yang terbentuk bisa dikatakan sebagai larutan bahan aktif ‘sejati’ namun biasanya ada bahan campuran yang tidak dapat larut dalam air. Dimana formulasi SP memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir sama dengan formulasi WP yaitu: 

 

- Kurang diserap oleh air 

 

- Bersifat abrasif 

 

- Menimbulkan debu ketika dituangkan 

 

- Resiko fitotoksik atau gejala keracunan pada tanaman lebih rendah 

 

Pestisida yang menggunakan bentuk formulasi SP yaitu Manthene 75 SP (Asefat 75%). 

 

5. Suspension Concentrate (SC) 

 

Formulasi SC merupakan salah satu bentuk formulasi pestisida cair yang banyak digunakan oleh petani. Formulasi SC merupakan formulasi yang berbentuk suspensi bahan aktif yang stabil dengan air sebagai cairan. Formulasi SC harus diencerkan dengan air sebelum digunakan, lalu perlu dikocok terlebih dahulu sebelum ditakar dan dicampur dengan air. 

 

Jenis pestisida yang menggunakan bentuk formulasi SC diantaranya: 

 

- Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

 

- Provide-X 21/45 SC (Emamektin Benzoat 21 g/l + Beta Sipermetrin 45 g/l) 

 

- Corona 325 SC (Azoksistrobin 200 g/l + Difenokonazol 125 g/l)

 

- Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l)

 

- Venator 550 SC (Mesotrion 50 g/l + Atrazin 500 g/l)

 

- Avatar 400 SC (Sodium Bispiribak 400 g/l)

 

 

6. Soluble Liquid (SL) 

 

Formulasi SL merupakan formulasi yang berbentuk cairan yang dapat diaplikasikan dalam bentuk larutan bahan aktif setelah diencerkan dengan air. Cairan tersebut mungkin mengandung bahan formulasi yang tidak larut dalam air. Hal ini karena sifatnya yang terlalu padat. 

 

Beberapa jenis pestisida yang menggunakan bentuk formulasi ini diantaranya: 

 

- Supremo 480 SL (IPA Glifosat 480 g/l)

 

- Supretox 276 SL (Paraquat Diklorida 276 g/l)

 

- Abolisi 865 SL (2,4-D Dimetil Amina 865 g/l)

 

- Inteam 150 SL (Amonium Glufosinat 150 g/l) 

 

 

7. Emulsifiable Concentrate (EC) 

 

Formulasi EC merupakan bentuk formulasi yang paling banyak digunakan untuk insektisida. Formulasi EC berbentuk cairan homogen yang dapat diaplikasikan dalam bentuk emulsi, setelah dicampur dengan air. Formulasi EC memiliki beberapa kelebihan diantaranya: 

 

- Dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan, kocor, fogging, dan pencelupan 

 

- Memerlukan sedikit pengadukan ketika akan diaplikasikan 

 

- Tidak meninggalkan residu yang tampak pada bidang sasaran 

 

Namun formulasi EC memiliki kelemahan seperti: 

 

- Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan overdosis sehingga dapat menimbulkan gejara toksik (keracunan) pada tanaman 

 

- Mudah diserap kulit manusia 

 

- Dapat menyebabkan korosif pada tangki sprayer jika penggunaan kurang tepat 

 

Pestisida yang menggunakan formulasi EC yaitu: 

- Chlormite 400 EC (Klorpirifos 400 g/l) 

 

- Demolish 18 EC (Abamektin 18 g/l) 

 

- Klensect 200 EC (Permetrin 200 g/l) 

 

- Rahwana 500 EC (BPMC 500 g/l) 

 

- Capture 100 EC (Sipermetrin 100 g/l)

 

Cara Mencampur Pestisida Dengan Urutan WALES 

 

Dalam mencampur pestisida, salah cara yang sering digunakan yaitu WALES. Urutan ini dipakai untuk mencampur pestisida dalam 1 kali aplikasi. Urutan ini sesuai dengan formulasi yang disebutkan di atas yaitu WP, Agitaion (aduk), (WG), SL / SC / EC, dan nutrisi atau perekat. 

 

W – pestisida berformula WP atau sejenisnya 

A – agitation (aduk-aduk rata) 

L – salah satu pestisida berformula seperti (WG) Water Dispersible Granule

E – salah satu pestisida berformula SL / SC / EC 

S – nutrisi atau perekat 

 

Campuran ini sebaiknya diurutkan dari bentuk formulasi yang paling susah larut seperti Water Dispersible Granule (WG), Wettable Powder (WP) / Soluble Powder (SP), Soluble Liquid (SL), Suspension Concentrate (SC), Emulsifiable Concentrate(EC), Nutrisi atau Perekat. Kemudian uji kompatibilitas terlebih dahulu dengan cara mencampurkan antara formulasi dengan masing-masing 2 – 5 ml dan 5 – 10 ml air. Apabila saat campuran pestisida tersebut tidak ada perubahan, maka formulasi tersebut sudah sempurna. 

 

Itulah cara mencampur pestisida. Perlu diperhatikan, jika Anda ingin menambahkan nutrisi serta perekat pada campuran pestisida tersebut, Anda bisa menambahkannya setelah semua pestisida tercampur dengan baik. Hal ini untuk mencegah berkurangnya kualitas daripada kandungan pestisida tersebut. Kemudian untuk hasilnya Anda bisa mencoba terlebih dahulu untuk beberapa jenis tanaman.

 

Demikian Cara Mencampur Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Hama

Ulat Grayak Jagung, Mengancam Produksi Jagung Nasional

Jagung merupakan komoditas yang sangat populer dan hampir seluruh masyarakat mengenal tanaman jagung. Jagung adalah salah satu tanaman pangan terpenting di dunia setelah padi dan gandum. Berbagai negara di dunia menjadikan jagung sebagai sumber karbodidrat utama seperti di Amerika Tengah dan Selatan. Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif. Begitu juga di Indonesia, jagung menjadi salah satu alternatif sumber pangan dalam upaya mendorong diversifikasi pangan serta sebagai bahan baku pakan ternak.

 

Di Indonesia, jagung menjadi salah satu komoditas yang cukup strategis. Jagung banyak digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dipenuhi dari produksi nasional dan impor jagung karena kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi jagung nasional (Kementan 2016).

 

Peningkatan produksi jagung nasional terus diupayakan oleh pemerintah tiap tahunnya. Namun, upaya peningkatan produksi jagung nasional tersebut bukan tanpa hambatan. Banyak hambatan dalam upaya meningkatkan produksi jagung nasional. Selain keterabatasan dalam peningkatan luas lahan dan peningkatan produktivitas jagung. Salah satu hal yang dapat menurunkan produktivitas tanaman jagung yaiitu adanya kendala dalam budidaya tanaman seperti adanya serangan hama dan penyakit yang setiap tahun selalu menjadi kekhawatiran petani. Bahkan pada tahun 2019 ditemukan hama baru di Indonesia yang sangat berpotensi dalam menurunkan produksi padi nasional.

 

jagung.jpg

 

Hama Baru Tanaman Jagung di Indonesia

Awal tahun 2019, beberapa peneliti melaporkan ditemukannya hama baru tanaman jagung di daerah Pasaman Barat, Sumatera Barat. Hama baru tersebut adalah ulat grayak jagung Spodoptera frugiperda atau biasa disebut dengan Fall Army Worm (FAW). Hama FAW bisa dikategorikan sebagai invasive alien spesies karena merupakan spesies baru yang berasal dari luar Indonesia dan menyebar dengan cepat dan luas sehingga menimbulkan kerugian yang cukup serius.

 

FAW merupakan hama yang diduga berasal dari daerah Amerika Selatan dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia. FAW kemudian ditemukan menginvasi daerah Afrika pada tahun 2016 dan outbreak di daerah India pada tahun 2018. Tahun 2019 FAW ditemukan di Bangladesh, China, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Hama ini pertama kali dilaporkan menyerang tanaman jagung di Indonesia pada bulan Maret 2019 di daerah Pasaman Barat, Sumatera Barat. Tidak lama setelah hama ini pertama kali dilaporkan, FAW sudah banyak menginvasi sentra produksi jagung di Indonesia dan pada tahun 2020 sudah ditemukan di hampir seluruh sentra produksi jagung nasional.

 

Morfologi dan Siklus Hidup

FAW adalah serangga yang termasuk golongan Lepidoptera atau ngengat yang memiliki beberapa ciri khusus yang membedakan dari golongan Lepidoptera lainnya. FAW memiliki morfologi yang hampir menyerupai Spodoptera litura tetapi memiliki beberapa perbedaan seperti:

1. Huruf “Y” terbalik di bagian kepala.

2. Memiliki empat titik membentuk segiempat dibagian ekor.

3. Garis tebal seperti pita dibagian samping tubuh.

4. Garis berwarna pucat di bagian badan atas.

 

armyworm-1-650x488-1.jpg

Ulat grayak jagung,

Spodoptera frigiperda (Fall Army Worm)

 

Siklus Hidup

FAW merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna (holometabola) yang terdiri dari telur, larva, pupa dan imago. Imago FAW berupa ngengat yang memiliki bagian depan sayap berwarna coklat atau keperakan dan sayap belakang berwarna keputihan. Ngengat biasanya aktif terbang pada sore – malam hari. Telur FAW diletakkan secara berkelompok dan diselimuti rambut- rambut halus. Telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah kurang lebih 3 hari. Larva yang baru menetas akan bersembunyi di pucuk tanaman dan sangat aktif makan. Stadia larva berlangsung kurang lebih 14 hari dan setelah itu larva akan menjadi pupa. Stadia pupa berlangsung selama kurang lebih 10 hari dan kemudian akan kembali menjadi imago. Seluruh siklus hidup FAW berlangsung kurang lebih selama 30 hari. 

 

Gejala Serangan dan Kerugian

FAW merupakan hama yang sangat merugikan bagi tanaman jagung karena dapat menyerang pucuk, daun dan tongkol. Larva instar 1-4 akan menyerang titik tumbuh tanaman dan akan menyebabkan pucuk tanaman terpotong dan daun berlubang. Larva instar 5-6 dapat menyerang tongkol jagung karena memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Serangan FAW dapat menyebabkan penurunan produksi jagung 21-51% dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen.

 

penggorok jagung.jpg

Daun berlubang terserang FAW

 

Pengendalian

Ulat grayak jagung dapat dikendalikan dengan memadukan beberapa pengendalian seperti pengendalian secara kultur teknis, fisik-mekanis, biologis dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pergiliran tanam, penggunaan tanaman penghalang, sanitasi lahan dan tanaman terserang. Pengendalian secara fisik-mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap cahaya. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yang ada di lapangan. Beberapa musuh alami yang ditemukan di lapangan dan dapat mengendalikan FAW yaitu parasitoid telur Telenomus sp. dan Trichogramma sp., serta parasitoid larva Glyptapanteles creatonoti dan Campoletis chlorideae.

 

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan memanfaatkan insektisida Provide-X 21/45 SC yang berbahan aktif Emmamektin Benzoat + Beta Sipermetrin dengan konsentrasi 1 ml/l. Pengendalian FAW akan lebih efektif jika aplikasi insektisida dilakukan di pucuk tanaman jagung dengan butiran semprot yang kecil dan berkabut karena akan lebih mudah menjangkau hama yang bersembunyi di dalam pucuk tanaman jagung.

 

Provide-X-21-45-SC-100-ml (1).png

Provide-X 21/45 SC

(Emamektin Benzoat 21 g/l + Beta Sipermetrin 45 g/l)

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung. Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian.

 

De Groote H, Kimenju SC, Munyua B, Palmas S, Kassie M, Bruce A. 2020. Spread and impact of fall armyworm (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) in maize production areas of Kenya. Agriculture, Ecosystems and Environment. 292(2020):1-10. doi:10.1016/j.agee.2019.106804.

 

Shylesha AN, Jalali SK, Gupta A, Varshney R, Venkatesan T, Shetty P, Ojha R, Ganiger PC, Navik O, Subaharan K, Bakthavatsalam N, Ballal CR. 2018. Studies on new invasive pest Spodoptera frugiperda (Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) and its natural enemies. Journal of Biological Control. 32(3). doi:10.18311/jbc/2018/21707.

 

Demikian Ulat Grayak Jagung, Mengancam Produksi Jagung Nasional. 

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

 

 Salam DGW (Sukses Bersama Petani)

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

17 September, 2020

Hama

Fakta - Fakta Keong Mas, Hama Tanaman Padi dan Cara Pengendaliannya

Keong mas tentunya sudah sangat familiar di masyarakat Indonesia apalagi bagi petani padi. Keong mas atau dibeberapa daerah disebut keong murbei atau siput murbai merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada pertanaman padi. Hama ini banyak menyerang tanaman padi di Asia seperti Malaysia, Filipina, Jepang, Vietnam dan Indonesia. Di Indonesia sendiri hama keong mas sudah menyebar di banyak sentra produksi padi nasional. Kerugian yang dapat disebakan oleh keong mas bisa sangat tinggi. Terutama jika serangan terjadi pada tanaman muda. Jika tanaman padi terserang keong mas perlu dilakukan replanting (penanaman kembali). Tentunya hal tersebut akan sangat merugikan karena selain perlu biaya tambahan untuk penanaman kembali juga petani dirugikan dari segi waktu. Oleh karena itu perlu pemahaman lebih mengenai keong mas sehingga pengendalian yang dilakukan tepat dan kerugian dapat diminimalisir. 

 

map keong

Peta persebaran keong mas di seluruh dunia (Sumber: CABI 2014)

 

Asal Muasal Keong Mas

Keong mas merupakan hewan asli Amerika Selatan yang pada awalnya didatangkan ke Indonesia secara sengaja. Keong mas memang didatangkan dengan sengaja namun tentunya bukan dengan niatan untuk merusak pertanian bangsa ini. Sekitar tahun 1984 - 1986 keong mas didatangkan dari Filipina, Cina, dan Singapura oleh penggemar ikan hias sebagai hiasan akuarium. Kemudian orang – orang tertarik untuk membudidayakan keong mas tanpa tahu potensinya sebagai hama. Telur dan keong mas yang menetas dapat terbawa aliran air atau menempel pada tumbuhan air dan terbawa ke daerah persawahan dan perairan tawar lainnya seperti sungai, rawa, dan danau. Kegiatan manusia yang memanfaatkan keong sebagai pakan ternak (lele, itik) dan sebagai penghias dalam akuarium, membuat keong mas diperdagangkan secara bebas dan berdampak pada sebarannya yang meluas. Sekarang setelah 34-36 tahun didatangan ke Indonesia, keong mas sudah tersebar secara meluas di berbagai habitat seperti rawa-rawa, kolam, saluran irigasi, danau dan sawah. 

 

IMG_6512-1.jpg

Sumber: Dokumentasi Tim Marketing DGW

 

Kemampuan Reprouksi (Berkembang Biak) Yang Tinggi

Keong mas memiliki kemampuan reproduksi yang sangat tinggi. Keong mas betina dapat meletakkan telur sehari setelah kawin. Biasanya keong mas kawin pada malam hari. Seekor keong mas betina dewasa dapat menghasilkan 200-300 butir telur per minggu dan dapat mencapai 8000 butir telur per tahun. Telur keong mas berwarna merah muda dan diletakkan secara berkelompok sekitar 20 cm di atas permukaan air pada batang padi, gulma, dinding beton saluran air atau benda- benda lain yang dapat ditemui di sekitar tempat keong mas berkembang biak. Satu kelompok telur biasanya berisi ratusan telur keong mas. Telur tersebut akan menetas setelah 12-18 hari tergantung kondisi cuaca tempat meletakkan telur. Persentase telur yang menetas juga cukup tinggi yaitu sekitar 80-95%. Siklus hidup dari telur diletakkan, menetas dan kemudian bertelur kembali berlangsung sekitar 60 hari. Selain itu keong mas juga memiliki masa hidup yag cukup lama yaitu dapat bertahan hidup hingga 3 tahun dan dapat melakukan dormansi ketika kondisi kurang menguntungkan.

 

Habitat Dan Pola Distribusi Keong Mas

Keberadaan keong mas di suatu daerah sangat dipengaruhi karakter habitatnya seperti faktor fisik, kimia, dan ketersediaan makanan bagi keong mas di tempat tersebut. Keong mas biasanya ditemukan di lapangan secara berkelompok. Keong mas menyukai tempat yang berlumpur dengan suhu perairan sekitar 24oC sampai 27oC dan pH air sekitar 6.0 – 6.8. Keong mas juga banyak ditemukan di daerah perairan yang didominasi tumbuhan seperti teratai, telepok, eceng gondok dan kangkung air karena keong mas menyukai tempat teduh dengan banyak naungan.

 

Kemampuan Makan Keong Mas

Keong mas merupakan hewan yang sangat polifag atau menyerang banyak jenis tanaman. Keong mas lebih menyukai tumbuhan yang masih muda karena memiliki tekstur yang lebih lunak. Kemampuan makan keong mas juga sangat tinggi. Satu individu keong emas dewasa dapat menghabiskan bibit padi (1 HST) dalam 3-5 menit. Bibit padi yang baru berusia 2 minggu merupakan bibit yang rentan terhadap serangan keong emas dengan kerugian bisa mencapai 73% dalam waktu 48 jam.

 

Pengendalian Keong Mas

Pengendalian keong mas dapat dilakukan dengan memadukan beberapa teknik pengendalian yang biasanya disebut pengendalian hama terpadu. Berikut pengendalian yang keong mas yang dapat diterapkan di lapangan: 

- Pengendalian manual dengan cara mengumpulkan keong satu persatuan

- Pengendalian dengan menggunakan daun sebagai atraktan keong mas seperti daun pepaya. Ketika keong sudah terkumpul pengendalian secara manual akan lebih mudah dilakukan

- Pemasangan batang/ ajir bambu di daerah persawahan dengan tujuan untuk menarik keong meletakkan telur di bambu tersebut. Telur yang diletakkan di ajir bambu tersebut akan lebih mudah dikendalikan

- Menjaga kedalaman air (2-3 cm) setelah tanam untuk mencegah/ mengurangi pergerakan keong mas - Melepasan itik / bebek ke sawah karena merupakan musuh alami bsgi keong mas

- Pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan moluskisida cenderung banyak dilakukan karena lebih efektif dan efeknya akan lebih cepat terlihat sehingga dapat mencegah kerugian yang semakin besar.

 

Anilo-Bestnoid.png

 

Bahan aktif yang dapat dilakukan untuk mengendalikan keong mas yaitu fentin asetat, niklosamida, metaldehida dan saponin. Moluskisida yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan keong mas dilapangan memiliki bahan aktif fentin asetat. Salah satu moluskisida tersebut yaitu BESTNOID 60 WP / ANILO 60 WP dari DGW. 

BESTNOID 60 WP / ANILO 60 WP RAJANYA RACUN KEONG !!!

Sumber:

CABI. 2014. Pomacea canaliculata (golden apple snail). [internet]. Diakses pada 2020 Juni 29. Tersedia pada: https://www.cabi.org/isc/datasheet/68490#toDistributionMaps. Dharmawati S, Widaningsih N, Firahmi N. Biologi keong rawa (Pomacea glauca dan Pomacea canaliculata) di perairan rawa Kalimantan Selatan. Media Sains. 9(1):105-109. Isnaningsih NR. Marwoto RM. 2011. Keong hama Pomacea di Indonesia: karakter morfologi dan sebarannya (Mollusca, Gastropoda: Ampullariidae). Berita Biologi. 10(4):441-447. Marwoto RM, Isnaningsih NR, Joshi RC. 2018. The invasive apple snail (Pomacea spp) in Indonesia. Agriculture for Development. 35 (5): 41-48. Saputra K, Sutriyono, Brata B. 2018. Populasi dan distribusi keong mas (Pomacea canaliculata L.) sebagai sumber pakan ternak pada ekosistem persawahan di Kota Bengkulu. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 13(2):189-201. doi: https://doi.org/10.31186/jspi.id.13.2.189-201.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

28 Juli, 2020