Fakta - Fakta Keong Mas, Hama Tanaman Padi dan Cara Pengendaliannya
Posted On 28 Juli, 2020 by Product Development Team
Keong mas tentunya sudah sangat familiar di masyarakat Indonesia apalagi bagi petani padi. Keong mas atau dibeberapa daerah disebut keong murbei atau siput murbai merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada pertanaman padi. Hama ini banyak menyerang tanaman padi di Asia seperti Malaysia, Filipina, Jepang, Vietnam dan Indonesia. Di Indonesia sendiri hama keong mas sudah menyebar di banyak sentra produksi padi nasional. Kerugian yang dapat disebakan oleh keong mas bisa sangat tinggi. Terutama jika serangan terjadi pada tanaman muda. Jika tanaman padi terserang keong mas perlu dilakukan replanting (penanaman kembali). Tentunya hal tersebut akan sangat merugikan karena selain perlu biaya tambahan untuk penanaman kembali juga petani dirugikan dari segi waktu. Oleh karena itu perlu pemahaman lebih mengenai keong mas sehingga pengendalian yang dilakukan tepat dan kerugian dapat diminimalisir.
Peta persebaran keong mas di seluruh dunia (Sumber: CABI 2014)
Asal Muasal Keong Mas
Keong mas merupakan hewan asli Amerika Selatan yang pada awalnya didatangkan ke Indonesia secara sengaja. Keong mas memang didatangkan dengan sengaja namun tentunya bukan dengan niatan untuk merusak pertanian bangsa ini. Sekitar tahun 1984 - 1986 keong mas didatangkan dari Filipina, Cina, dan Singapura oleh penggemar ikan hias sebagai hiasan akuarium. Kemudian orang – orang tertarik untuk membudidayakan keong mas tanpa tahu potensinya sebagai hama. Telur dan keong mas yang menetas dapat terbawa aliran air atau menempel pada tumbuhan air dan terbawa ke daerah persawahan dan perairan tawar lainnya seperti sungai, rawa, dan danau. Kegiatan manusia yang memanfaatkan keong sebagai pakan ternak (lele, itik) dan sebagai penghias dalam akuarium, membuat keong mas diperdagangkan secara bebas dan berdampak pada sebarannya yang meluas. Sekarang setelah 34-36 tahun didatangan ke Indonesia, keong mas sudah tersebar secara meluas di berbagai habitat seperti rawa-rawa, kolam, saluran irigasi, danau dan sawah.
Sumber: Dokumentasi Tim Marketing DGW
Kemampuan Reprouksi (Berkembang Biak) Yang Tinggi
Keong mas memiliki kemampuan reproduksi yang sangat tinggi. Keong mas betina dapat meletakkan telur sehari setelah kawin. Biasanya keong mas kawin pada malam hari. Seekor keong mas betina dewasa dapat menghasilkan 200-300 butir telur per minggu dan dapat mencapai 8000 butir telur per tahun. Telur keong mas berwarna merah muda dan diletakkan secara berkelompok sekitar 20 cm di atas permukaan air pada batang padi, gulma, dinding beton saluran air atau benda- benda lain yang dapat ditemui di sekitar tempat keong mas berkembang biak. Satu kelompok telur biasanya berisi ratusan telur keong mas. Telur tersebut akan menetas setelah 12-18 hari tergantung kondisi cuaca tempat meletakkan telur. Persentase telur yang menetas juga cukup tinggi yaitu sekitar 80-95%. Siklus hidup dari telur diletakkan, menetas dan kemudian bertelur kembali berlangsung sekitar 60 hari. Selain itu keong mas juga memiliki masa hidup yag cukup lama yaitu dapat bertahan hidup hingga 3 tahun dan dapat melakukan dormansi ketika kondisi kurang menguntungkan.
Habitat Dan Pola Distribusi Keong Mas
Keberadaan keong mas di suatu daerah sangat dipengaruhi karakter habitatnya seperti faktor fisik, kimia, dan ketersediaan makanan bagi keong mas di tempat tersebut. Keong mas biasanya ditemukan di lapangan secara berkelompok. Keong mas menyukai tempat yang berlumpur dengan suhu perairan sekitar 24oC sampai 27oC dan pH air sekitar 6.0 – 6.8. Keong mas juga banyak ditemukan di daerah perairan yang didominasi tumbuhan seperti teratai, telepok, eceng gondok dan kangkung air karena keong mas menyukai tempat teduh dengan banyak naungan.
Kemampuan Makan Keong Mas
Keong mas merupakan hewan yang sangat polifag atau menyerang banyak jenis tanaman. Keong mas lebih menyukai tumbuhan yang masih muda karena memiliki tekstur yang lebih lunak. Kemampuan makan keong mas juga sangat tinggi. Satu individu keong emas dewasa dapat menghabiskan bibit padi (1 HST) dalam 3-5 menit. Bibit padi yang baru berusia 2 minggu merupakan bibit yang rentan terhadap serangan keong emas dengan kerugian bisa mencapai 73% dalam waktu 48 jam.
Pengendalian Keong Mas
Pengendalian keong mas dapat dilakukan dengan memadukan beberapa teknik pengendalian yang biasanya disebut pengendalian hama terpadu. Berikut pengendalian yang keong mas yang dapat diterapkan di lapangan:
- Pengendalian manual dengan cara mengumpulkan keong satu persatuan
- Pengendalian dengan menggunakan daun sebagai atraktan keong mas seperti daun pepaya. Ketika keong sudah terkumpul pengendalian secara manual akan lebih mudah dilakukan
- Pemasangan batang/ ajir bambu di daerah persawahan dengan tujuan untuk menarik keong meletakkan telur di bambu tersebut. Telur yang diletakkan di ajir bambu tersebut akan lebih mudah dikendalikan
- Menjaga kedalaman air (2-3 cm) setelah tanam untuk mencegah/ mengurangi pergerakan keong mas - Melepasan itik / bebek ke sawah karena merupakan musuh alami bsgi keong mas
- Pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan moluskisida cenderung banyak dilakukan karena lebih efektif dan efeknya akan lebih cepat terlihat sehingga dapat mencegah kerugian yang semakin besar.
Bahan aktif yang dapat dilakukan untuk mengendalikan keong mas yaitu fentin asetat, niklosamida, metaldehida dan saponin. Moluskisida yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan keong mas dilapangan memiliki bahan aktif fentin asetat. Salah satu moluskisida tersebut yaitu BESTNOID 60 WP / ANILO 60 WP dari DGW.
BESTNOID 60 WP / ANILO 60 WP RAJANYA RACUN KEONG !!!
Sumber:
CABI. 2014. Pomacea canaliculata (golden apple snail). [internet]. Diakses pada 2020 Juni 29. Tersedia pada: https://www.cabi.org/isc/datasheet/68490#toDistributionMaps. Dharmawati S, Widaningsih N, Firahmi N. Biologi keong rawa (Pomacea glauca dan Pomacea canaliculata) di perairan rawa Kalimantan Selatan. Media Sains. 9(1):105-109. Isnaningsih NR. Marwoto RM. 2011. Keong hama Pomacea di Indonesia: karakter morfologi dan sebarannya (Mollusca, Gastropoda: Ampullariidae). Berita Biologi. 10(4):441-447. Marwoto RM, Isnaningsih NR, Joshi RC. 2018. The invasive apple snail (Pomacea spp) in Indonesia. Agriculture for Development. 35 (5): 41-48. Saputra K, Sutriyono, Brata B. 2018. Populasi dan distribusi keong mas (Pomacea canaliculata L.) sebagai sumber pakan ternak pada ekosistem persawahan di Kota Bengkulu. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 13(2):189-201. doi: https://doi.org/10.31186/jspi.id.13.2.189-201.
Artikel Terbaru
DGW ROADSHOW ON JAVA
2024-09-18DGW 21th ANNIVERSARY GOES TO THAILAND
2022-11-14