Artikel

Penyakit

Cara Mengatasi Penyakit Pada Tanaman

Cara mengatasi penyakit pada tanaman memang sangat banyak. Namun tidak semua cara bisa di lakukan dengan baik, karena setiap jenis tanaman berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu mengetahui jenis tanaman tersebut agar bisa mengatasi penyakit tersebut. Melalui pelatihan dan pengetahuan tanaman pastinya kita bisa mengatasi penyakit pada tanaman. 

 

Kehadiran hama memang menjadi salah satu faktor tanaman terserang penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukannya pembasmian hama terlebih dahulu, agar penyakit pada tanaman tidak muncul. Kehadiran hama ini biasanya menyebabkan bintik-bintik putih pada daun, sehingga tumbuhan menjadi layu dan mati. Cara yang bisa dilakukan agar tanaman tidak terserang penyakit adalah melakukan perawatan. Dengan mengenal jenis-jenis penyakit tanaman terlebih dahulu, kita baru bisa merawat tanaman tersebut. 

 

 

Jenis – Jenis Penyakit Pada Tanaman! 

Sebelum kita bahas cara mengatasi penyakit pada tanaman, tentunya kita perlu mengetahui jenis penyakit tanaman terlebih dahulu. Berikut diantaranya.. 

 

1.Penyakit Embun Tepung: Oidium tabaci 

 

Penyakit_Embun_Tepung-e1610338313518.png

 

Penyakit embun tepung disebabkan oleh jamur Oidium tabaci. Jamur ini tidak dapat hidup pada sisa-sisa tanaman. Gejala yang ditimbulkan yaitu munculnya bercak putih keabu-abuan pada bagian permukaan daun. Kemudian bercak-bercak tersebut akan menyebar dan meluas ke seluruh bagian daun dengan warna putih seperti tepung. 

 

Cara Mengatasi dengan: 

 

Benlox 50 WP (Benomil 50%), 2 g/l 

 

Procure 20 WP (Simoksanil 20%), 2 g/l _ 

 

 

2. Penyakit Lanas: Phytophthora nicotianae 

 

Penyakit_Lanas_Tembakau-e1610338638473.png

 

Penyakit lanas muncul pada saat pembibitan dan juga penanaman. Gejala penyakit lanas adalah munculnya bercak daun yang cepat menyebar sehingga daun menjadi busuk layu. Selain itu pangkal batang bibit menjadi busuk dan berwarna coklat. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora nicotianae dan sangat rentan menyerang tanaman pada saat musim hujan 

 

Cara Mengatasi dengan: 

 

Cozeb 80 WP (Mancozeb 80%), 2 g/l 

 

Procure 20 WP (Simoksanil 20%), 2 g/l

 

 

3. Penyakit Patik Daun: Cercospora nicotianae

 

Penyakit_Patik_Daun_Tembakau-e1610338734931.png

 

Penyakit patik daun disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae. Penyakit ini dapat menyerang tanaman pada saat pembibitan dan juga penanaman. Gejala awal berupa munculnya bercak kecil berwarna coklat kemudian berubah menjadi kering berwarna putih dengan bintik hitam di tengahnya dan akhirnya bercak tersebut pecah sehingga terbentuk lubang gejala ini menyerupai atau sering disebut sebagai mata ikan

 

Cara Mengatasi dengan: 

 

Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l), 1-2 ml/l 

 

Corona 325 SC, 1-2 ml/l 

 

 

4. Penyakit Rebah Semai: Pythium aphanidermatum 

 

Penyakit_Rebah_Semai-e1610339685618.png

 

Penyakit rebah semai disebabkan oleh jamur Pythium aphanidermatum, gejala yang ditimbulkan yaitu bibit menjadi busuk berwarna kecoklatan dan akhirnya bibit menjadi rebah. Apabila bibit dicabut maka akar terlihat berwarna putih sehat. Sedangkan bibit yang telah pindah tanam akan terhambat pertumbuhannya, daun menguning, layu dan akhirnya mati.

 

Cara Mengatasi dengan: 

 

Benlox 50 WP (Benomil 50%), 2 g/l 

 

Procure 20 WP (Simoksanil 20%), 2 g/l_ 

 

 

Contoh Penyakit Tanaman Lainnya..

 

1. Penyakit Tungro 

Penyakit tungro merupakan style penyakit tanaman yang paling kerap terjadi, khususnya terhadap tanaman padi. Penyakit Tungro disebabkan oleh dua style virus yaitu, Rice Tungro Bacilliform Virus dan Rice Tungro Spherical Virus. Virus ini mampu menginfeksi tanaman secara seiring sebab tidak mempunyai kekerabatan serologi. Virus tungro juga mampu ditularkan oleh wereng. Penyakit ini membawa dampak mengolah padi nasional kehilangan hasil yang cukup tinggi. Kita bisa melihat sebagian gejala penyakit tungro dengan terdapatnya diskolorasi berwarna kuning, dan terdapatnya klorisi terhadap daun.

 

2. Penyakit Jamur 

Jamur terhitung mampu mnejadi sumber penyakit pada tanaman, dikarenakan mampu menyerang nyaris seluruh bagian tumbuhan, layaknya akar, batang, daun dan buah. Pembusukan pada leher akar tanaman yang baru tumbuh (sedang berkecambah). Akibatnya leher akar mengecil agar tidak mampu menopang batang tanaman. Batang menjadi busuk dan kering agar keadaan tanaman dapat rebah. 

 

3. Penyakit Mosaik 

Penyakit mosaik merupakan penyakit yang kerap menyerang tanaman tembakau. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama Tobacco Mosaic Virus atau kerap disingkat sebagai TMV. Adapun gejala tanaman yang terserang penyakit ini adalah pada daunnya terkandung bercak hijau muda atau kuning yang tersebar, andaikan semainya terinfeksi maka tidak lama sesudah itu semai berikut akan mati, ukuran buahnya jadi kecil, pada batangnya terkandung garis hitam yang pertanda bahwa terkandung jaringan yang mati. 

 

Bagaimana Cara Mengatasi Penyakit Tanaman? 

Setelah kita tahu jenis penyakit pada tanaman, tentunya kita harus mengatasi penyakit tersebut agar tidak menyebar. Caranya bisa bermacam-macam seperti hal berikut: 

 

4. Pengendalian Biologis 

Mengatasi penyakit tanaman secara biologis biasa di lakukan dengan mengunakan predator untuk memangsa para hama sebagai pembawa penyakit. Namun pengendalian secara biologis ini bisa dikatakan kurang cukup maksimal, karena susahnya menemukan hewan predator yang bisa digunakan untuk membasmi hama. 

 

5. Pengendalian Kimia 

Mengatasi penyakit tanaman secara kimia adalah menggunakan bahan kimia seperti pestisida, insektisisa, fungisida dan herbisida. Pengendalian ini sebenarnya terbilang gampang dan hasilnya maksimal. Namun memiliki efek negatif bagi lingkungan sekitar, salah satunya adalah mengundang polusi udara. 

 

6. Pengendalian Mekanis 

 

Mengatasi penyakit tanaman secara mekanis dikatakan sebagai cara tradisional. Hal ini karena tidak menggunakan zat kimia semacam insektisida, namun menggunakan alat-alat layaknya sabit, gunting tanaman, dan lain sebagainya. Cara ini memerlukan waktu yang lama, karena kurang efektif dan menyebar terlalu cepat.

 

Itulah cara mengatasi penyakit pada tanaman, sekiranya bisa membantu teman-teman dalam mebasmi penyakit pada tanaman. Meskipun hasilnya tidak cepat serta langsung terlihat seperti saat kita menggunakan pestisida, namun mengusir hama denga cara ini dapat menjadi pilihan terbaik untuk menjaga kelestarian lingkungan.

 

Kami juga mau mengingatkan kembali nih, gejala penyakit pada tanaman merupakan hasil dari infeksi atau serangan patogen (jamur, bakteri, virus) 1-2 minggu sebelumnya. Oleh karena itu harus terus melakukan proteksi terhadap tanaman agar tanaman tidak mati.

 

Demikian Cara Mengatasi Penyakit Pada Tanaman.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Nutrisi Tanaman Meningkatkan Hasil Panen

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk proses pertumbuhan. Nutrisi kerap kali di pakai untuk kebutuhan pangan seperti lahan pertanian. Dimana tumbuhan yang di tanam pada lahan pertanian harus bisa bertumbuh dengan cepat. Oleh karena itu, nutrisi tanaman dipilih untuk perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan. Karena dapat mengambil zat hara lebih cepat dari tanah, air, dan sinar matahari. 

 

Penggunaan nutrisi tanaman memang sangat penting, sebagai fungsi normal dari sistem pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Nutrisi tanaman membuat proses pertumbuhan lebih cepat, hasil panen meningkat, dan tumbuhan sehat. Tidak heran bila petani menggunakan nutrisi tanaman untuk memaksimalkan hasil panennya. 

 

7 Nutrisi Tanaman Dikenal Sebagai Pupuk 

 

Berikut bentuk nutrisi tanaman secara umum yang dikenal sebagai pupuk, diantaranya: 

 

- Pupuk Hijau (Nutrisi Alami)

 

Pupuk hijau merupakan nutrisi yang berasal dari tumbuhan yang memiliki kandungan Nitrogen tinggi. Biasanya tumbuhan yang memiliki Nitrogen tinggi merupakan tumbuhan yang berasal dari jenis kacang-kacangan. Pemberian pupuk hijau dilakukan dengan cara membenamkan bagian muda pada tumbuhan ke dalam tanah sehingga tanah mengalami penambahan bahan organik dan unsur hara khususnya Nitrogen. 

 

- Pupuk Kandang (Nutrisi Alami)

 

Pupuk kendang merupakan nutrisi yang berasal dari kotoran hewan baik padat maupun cair. Kotoran hewan yang biasa digunakan bisa berasal dari kotoran ayam, kambing, sapi, ataupun hewan ternak lainnya. Kotoran hewan ini perlu diolah melalui proses dekomposisi agar terhindar dari biji gulma atau penyakit yang terbawa oleh kotoran tersebut. 

 

- Pupuk Kompos (Nutrisi Alami)

 

Pupuk kompos merupakan nutrisi organik yang berasal dari campuran kotoran hewan, dedaunan dan juga sampah organik. Seperti halnya pupuk kandang pupuk kompos juga dibuat melalui proses dekomposisi yang cukup lama agar terhindar dari biji gulma atau penyakit yang terbawa. Pupuk ini memiliki memiliki fungsi yang cukup tinggi untuk setiap tanaman. 

 

- Pupuk Humus (Nutrisi Alami) 

 

Humus merupakan nutrisi alami yang berasal dari pelapukan sisa-sisa tanaman dan juga hewan. Humus ini bisa berasal dari bagian tumbuhan atau hewan yang terdekomposisi sebagian atau terdekomposisi secara keseluruhan. pupuk humus banyak ditemukan pada daerah-daerah dengan lahan kondisi lahan gambut, dimana pupuk ini sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.

 

- Pupuk Hayati (Nutrisi Buatan) 

 

Pupuk hayati merupakan nutrisi dengan kandungan mikroorganisme hidup yang dapat membantu meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman di dalam tanah. Mikroorganisme tersebut akan membantu dalam proses penyerapan unsur hara agar unsur hara tersedia bagi tanaman. Contoh pupuk hayati di antaranya adalah pupuk penambat nitrogen dan pelarut fosfat. 

 

- Pupuk Anorganik (Nutrisi Buatan) 

 

Pupuk anorganik merupakan nutrisi buatan yang memiliki kandungan unsur hara tertinggi. Pupuk anorganik terdiri dari pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Dalam pembuatannya pupuk ini harus di takar terlebih dahulu sebelum di aplikasikan pada setiap tanaman. Bisa menggunakan urea dan NPK dalam campuran yang dilakukan. 

 

Contoh pupuk tunggal : Urea, SP-36, KCL 

 

Contoh pupuk majemuk : NPK, KNO3 

 

  • Pupuk Biostimulan (Nutrisi Buatan)

 

Biostimulan merupakan nutrisi yang berasal dari senyawa organik alami atau buatan atau mikroorganisme yang diaplikasi untuk meningkatkan serapan hara dan nutrisi. Pupuk ini dapat merangsang pertumbuhan, dan meningkatkan toleransi terhadap cekaman baik biotik (serangan penyakit dan hama) ataupun anbiotik (stres akibat lingkungan seperti suhu, kemasaman tanah dll). 

 

Pupuk biostimulan sangat terkenal dengan kemampuannya dalam meningkatkan kualitas tanaman agar cepat berakar dan berbuah. Bahan dari pupuk biostimulan terbuat dari mikroba, asam humat, asam fulfat, asam amino, ekstrak rumput laut, dan juga ekstrak tumbuhan. Dimana bahan ini sangat berkhasiat untuk tanaman buah-buahan ataupun sayur-sayuran.

 

Jika dilihat pupuk ini memiliki ukuran dan kemasan yang berbeda, Softguard 70ml, Leili 100ml, Root Most 150ml. Anda bisa menyesuaikan kebutuhan daripada penggunaan pupuk ini. Banyak petani juga menggunakan pupuk Biostimulan, karena dianggap bernutrisi, efektif, dan berkualitas.

 

Biostimulan keluaran dari PT Dharma Guna Wibawa, selaku agrochemicals pertanian khususnya pestisida, benih, dan pupuk. Anda bisa temukan pupuk ini di beberapa e-commerce. Tentunya sudah memiliki ijin edar resmi sebagai pupuk cair yang bermanfaat untuk aplikasi tanaman. 

 

Itulah nutrisi tanaman yang dapat meningkatkan hasil panen. Setiap nutrisi memiliki manfaat yang berbeda-beda, Oleh karenanya harus bisa disesuaikan dengan kebutuhan tanaman tersebut. Anda bisa menggunakan pupuk biostimulan sebagai nutrisi tanaman yang menyerap unsur hara dengan cepat. 

 

Demikian Nutrisi Tanaman Meningkatkan Hasil Panen. 

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Hama

Cara Mencampur Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi

Pestisida merupakan zat kimia beracun yang digunakan untuk membasmi hama, gulma dan penyakit tanaman. Dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), biasanya petani menggunakan pestisida sebagai pengaplikasiannya. Hal ini karena, pestisida lebih efektif untuk menjaga lahan pertanian ketimbang cara alami atau manual yang memakan waktu banyak. 

 

Dalam penggunaan pestisida juga tidak boleh sembarangan, karena pestisida mememiliki formulasi yang berbeda-beda pada setiap campurannya. Pengetahuan tentang formulasi sebagai bahan aktif perlu diketahui, agar penggunannya tidak salah. Oleh karena itu, sebelum mengetahui cara mencampur pestisida ada baiknya kita mengenal formulasi pestisida tersebut. 

 

7 Bentuk Formulasi Untuk Campuran Pestisida

Berikut 7 bentuk formulasi untuk campuran pestisida, diantaranya: 

 

1. Granule (GR) 

 

Formulasi GR merupakan formulasi berbentuk butiran padat dengan berbagai bentuk ukuran yang siap pakai. Formulasi ini tidak larut dalam air dan bisa diaplikasikan langsung tanpa perlu dicampur dengan air. Formulasi GR memiliki beberapa kelebihan seperti: 

 

- Siap digunakan tanpa perlu pencampuran 

 

- Bahaya bagi aplikator (orang yang mengaplikasian pestisida) tergolong rendah 

 

- Dapat diaplikasikan dengan mudah dan dapat diaplikasikan bersamaan dengan pupuk 

 

Namun formulasi GR juga memiliki kekurangan seperti: 

 

- Butiran tidak menempel pada dedaunan atau permukaan tidak rata lainnya sehingga umumnya digunaan untuk pestisida yang bersifat sistemik 

 

- Aplikasi secara seragam sulit dilakukan dan dibutuhkan kalibrasi yang cukup sering 

 

 

2. Water Dispersible Granule (WG) 

 

Formulasi WG merupakan formulasi berbentuk padatan yang dapat diencerkan dengan air dan dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Formulasi WG memiliki beberapa kelebihan seperti: 

 

- Mudah dalam penyimpanan, dan pengaplikasikan - Resiko fitotoksik (gejala keracunan pada tanaman) rendah 

 

- Tidak menimbulkan debu ketika dibuka Namun fomulasi WG memiliki kekurangan seperti: - Perlu pengadukan agak lama ketika diencerkan dengan air 

 

- Harus digunakan secara cepat setelah dicampur air agar tidak terjadi penggumpalan. Salah satu pestisida dengan formulasi WG yaitu Trendy 20 WG (Metil Metsulfuron 20%). 

 

 

3. Wettable Powder (WP) 

 

Formulasi WP merupakan bentuk formulasi yang cukup populer dalam pestisida, baik insektisida, fungisida, herbisida maupun jenis pestisida lainnya. Formulasi WP biasanya berbentuk tepung yang dapat diaplikasikan dalam bentuk suspensi setelah dicampur dengan air. Formulasi WP memiliki beberapa kelebihan diantaranya: 

 

- Resiko fitotoksik atau gejala keracunan pada tanaman lebih rendah dibandungkan dengan bentuk formulasi lain 

 

- Kurang diserap oleh air 

 

Namun formulasi WP juga memiliki kelemahan seperti: 

 

- Menimbulkan debu ketika dituangkan 

 

- Bersifat abrasif 

 

- Dapat meninggalkan residu yang tampak pada bidang sasaran 

 

Petisida dalam bentuk formulasi WP diantaranya: 

 

- Dangke 40 WP (Metomil 40%) 

 

- Delouse 25 WP (Imidakloprid 25%) 

 

- Dense 70 WP (Metil Tiofanat 70%) 

 

- Benlox 50 WP (Benomil 50%)

 

- Cozeb 80 WP (Mankozeb 80%) 

 

- Procure 20 WP (Simoksanil 20%) 

 

- Ventra 75 WP (Klorotalonil 75%) 

 

- Bestnoid 60 WP (Fentin Asetat 60%) 

 

 

4. Soluble Powder (SP) 

 

Formulasi SP merupakan formulasi yang dapat diaplikasikan dalam bentuk larutan setelah dicampur dengan air. Larutan yang terbentuk bisa dikatakan sebagai larutan bahan aktif ‘sejati’ namun biasanya ada bahan campuran yang tidak dapat larut dalam air. Dimana formulasi SP memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir sama dengan formulasi WP yaitu: 

 

- Kurang diserap oleh air 

 

- Bersifat abrasif 

 

- Menimbulkan debu ketika dituangkan 

 

- Resiko fitotoksik atau gejala keracunan pada tanaman lebih rendah 

 

Pestisida yang menggunakan bentuk formulasi SP yaitu Manthene 75 SP (Asefat 75%). 

 

5. Suspension Concentrate (SC) 

 

Formulasi SC merupakan salah satu bentuk formulasi pestisida cair yang banyak digunakan oleh petani. Formulasi SC merupakan formulasi yang berbentuk suspensi bahan aktif yang stabil dengan air sebagai cairan. Formulasi SC harus diencerkan dengan air sebelum digunakan, lalu perlu dikocok terlebih dahulu sebelum ditakar dan dicampur dengan air. 

 

Jenis pestisida yang menggunakan bentuk formulasi SC diantaranya: 

 

- Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

 

- Provide-X 21/45 SC (Emamektin Benzoat 21 g/l + Beta Sipermetrin 45 g/l) 

 

- Corona 325 SC (Azoksistrobin 200 g/l + Difenokonazol 125 g/l)

 

- Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l)

 

- Venator 550 SC (Mesotrion 50 g/l + Atrazin 500 g/l)

 

- Avatar 400 SC (Sodium Bispiribak 400 g/l)

 

 

6. Soluble Liquid (SL) 

 

Formulasi SL merupakan formulasi yang berbentuk cairan yang dapat diaplikasikan dalam bentuk larutan bahan aktif setelah diencerkan dengan air. Cairan tersebut mungkin mengandung bahan formulasi yang tidak larut dalam air. Hal ini karena sifatnya yang terlalu padat. 

 

Beberapa jenis pestisida yang menggunakan bentuk formulasi ini diantaranya: 

 

- Supremo 480 SL (IPA Glifosat 480 g/l)

 

- Supretox 276 SL (Paraquat Diklorida 276 g/l)

 

- Abolisi 865 SL (2,4-D Dimetil Amina 865 g/l)

 

- Inteam 150 SL (Amonium Glufosinat 150 g/l) 

 

 

7. Emulsifiable Concentrate (EC) 

 

Formulasi EC merupakan bentuk formulasi yang paling banyak digunakan untuk insektisida. Formulasi EC berbentuk cairan homogen yang dapat diaplikasikan dalam bentuk emulsi, setelah dicampur dengan air. Formulasi EC memiliki beberapa kelebihan diantaranya: 

 

- Dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan, kocor, fogging, dan pencelupan 

 

- Memerlukan sedikit pengadukan ketika akan diaplikasikan 

 

- Tidak meninggalkan residu yang tampak pada bidang sasaran 

 

Namun formulasi EC memiliki kelemahan seperti: 

 

- Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan overdosis sehingga dapat menimbulkan gejara toksik (keracunan) pada tanaman 

 

- Mudah diserap kulit manusia 

 

- Dapat menyebabkan korosif pada tangki sprayer jika penggunaan kurang tepat 

 

Pestisida yang menggunakan formulasi EC yaitu: 

- Chlormite 400 EC (Klorpirifos 400 g/l) 

 

- Demolish 18 EC (Abamektin 18 g/l) 

 

- Klensect 200 EC (Permetrin 200 g/l) 

 

- Rahwana 500 EC (BPMC 500 g/l) 

 

- Capture 100 EC (Sipermetrin 100 g/l)

 

Cara Mencampur Pestisida Dengan Urutan WALES 

 

Dalam mencampur pestisida, salah cara yang sering digunakan yaitu WALES. Urutan ini dipakai untuk mencampur pestisida dalam 1 kali aplikasi. Urutan ini sesuai dengan formulasi yang disebutkan di atas yaitu WP, Agitaion (aduk), (WG), SL / SC / EC, dan nutrisi atau perekat. 

 

W – pestisida berformula WP atau sejenisnya 

A – agitation (aduk-aduk rata) 

L – salah satu pestisida berformula seperti (WG) Water Dispersible Granule

E – salah satu pestisida berformula SL / SC / EC 

S – nutrisi atau perekat 

 

Campuran ini sebaiknya diurutkan dari bentuk formulasi yang paling susah larut seperti Water Dispersible Granule (WG), Wettable Powder (WP) / Soluble Powder (SP), Soluble Liquid (SL), Suspension Concentrate (SC), Emulsifiable Concentrate(EC), Nutrisi atau Perekat. Kemudian uji kompatibilitas terlebih dahulu dengan cara mencampurkan antara formulasi dengan masing-masing 2 – 5 ml dan 5 – 10 ml air. Apabila saat campuran pestisida tersebut tidak ada perubahan, maka formulasi tersebut sudah sempurna. 

 

Itulah cara mencampur pestisida. Perlu diperhatikan, jika Anda ingin menambahkan nutrisi serta perekat pada campuran pestisida tersebut, Anda bisa menambahkannya setelah semua pestisida tercampur dengan baik. Hal ini untuk mencegah berkurangnya kualitas daripada kandungan pestisida tersebut. Kemudian untuk hasilnya Anda bisa mencoba terlebih dahulu untuk beberapa jenis tanaman.

 

Demikian Cara Mencampur Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Cabai

Cara Membasmi Hama Dengan Demolish 18EC

Cara Membasmi Hama? Komoditas hortikultura seperti cabai, tomat, kentang, bawang merah, dan lain sebagainya adalah komoditas potensial yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Komoditas tersebut banyak ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia. Melihat potensi keuntungan yang tinggi akan hasil panen tersebut, tentunya dapat meningkatkan kapasitas petani dalam bercocok tanam. 

 

Namun banyak resiko yang harus dihadapi dalam melakukan hal tersebut, seperti hama yang sering berkunjung ke tanaman. Hama bisa merusak hasil panen pertanian, dengan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tentunya membuat petani merugi akan hasil panennya. 

 

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan manusia, dimana hama ini dapat memakan daun dari setiap tanaman. Beberapa hama penggangu tanaman diantaranya aphids, belalang, jangkrik, larva, trips, tungau dan Liriomyza  (pengorok daun). 

 

Jika dilihat hama ini sering sekali hinggap ke bagian pucuk daun, mereka memakan bagian daun yang memiliki sumber unsur hara yang cukup tinggi. Keberadaan hama paling tidak disukai oleh para petani, karena penen yang harusnya meningkat dirasa berkurang akibat keberadaan hama tersebut. 

 

Bila dilihat serangan hama dapat mencapai 50% dari setiap tanaman yang ada. Angka ini didasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti petani Indonesia. Perlu penanganan khusus untuk membasmi hama tersebut agar tidak hinggap kembali di pucuk daun. 

 

 

Cara Membasmi Hama dan Penyakit Pada Tanaman 

 

Pembasmian hama dirasa cukup signifikan untuk mengatur makhluk-makhluk atau organisme pengganggu tanaman. Oleh karena itu, terdapat 3 cara membasmi hama tanaman dengan baik seperti:

 

1. Pembasmian Secara Mekanis

Membasmi hama dan penyakit tanaman secara mekanis merupakan tindakan yang sudah jarang sekali dilakukan. Cara ini dapat dikatakan sebagai cara tradisional, karena tidak menggunakan banahn berupa zat kimia seperti insektisida atau pestisida. Melainkan menggunakan alat-alat sabit, bajak sawah, dan lain sebagainya. Cara ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, hasilnya juga tidak terlalu maksimal. 

 

2. Pembasmian Secara Biologis 

Membasmi hama dan penyakit tanaman secara biologis merupakan cara opsional yang menggunakan predator untuk memangsa para hama tersebut. Cara ini juga bisa dibilang sangat jarang, karena Akan kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan hewan predator yang sekiranya sangat sulit sulit ditemukan, sehingga tidak bisa dilkukan secara terus-menerus. 

 

3. Pembasmian Secara Kimia 

Membasmi hama dan penyakit tanaman secara kimia merupakan cara cepat karena menggunakan zat beracun seperti insektisisa, fungisida dan herbisida. Cara pembasmian ini memang terbilang mudah dan maksimal, akan tetapi memiliki dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Salah satunya dapat menimbulkan polusi udara dan gatal-gatal jika terkena kulit manusia. 

 

DEMOLISH.png

 

Salah satu pestisida kimia yang dapat digunakan untuk membasmi hama tersebut seperti DEMOLISH 18EC. DEMOLISH 18EC merupakan insektisida berbahan aktif abamektin, dimana mampu membasmi berbagai macam hama pada tanaman. DEMOLISH 18 EC bersifat translaminar, artinya dapat menjangkau hama yang bersembunyi di balik daun seperti aphids, belalang, jangkrik, larva, trips, tungau dan Liriomyza.

 

DEMOLISH 18EC memang sudah banyak di gunakan oleh para petani untuk membasmi hama, dimana sudah teruji selama bertahun-tahun dan diakui keunggulanya oleh banyak petani Indonesia. Selama menggunakan DEMOLISH 18EC para petani menjadi lebih senang, karena hasil panen lebih meningkatkan dan hama takut untuk hinggap ke daun. Anda bisa mencoba sendiri jika tidak percaya akan khasiat dari DEMOLISH 18EC.

 

 

TESTIMONI DEMOLISH 18 EC SEBAGAI PEMBASMI HAMA

 

Capture-2.png

 

"Pak Anto, petani cabai asal Medan yang sudah menanam cabai selama bertahun-tahun dan sering mengalami kendala serangan hama seperti serangan aphids, belalang, jangkrik, larva, thrips, tungau dan Liriomyza. Pak Anto sudah berkali-kali menyemprot tanaman cabainya dengan berbagai jenis insektisida atau pstisida, namun cabainya tetap saja terserang oleh hama."

 

"Setelah direkomendasikan oleh temannya untuk menggunakan DEMOLISH 18EC, maka Pak Anto langsung beralih menggunakan DEMOLISH 18EC. Hasilnya dalam beberapa hari kedepan hama yang menyerang cabai Pak Anto dapat dikendalikan dengan baik. Dimana hama menjadi takut untuk hinggap ke pucuk daun, sehingga cabai tumbuh dengan baik setiap hari."

 

“Menurut beliau, DEMOLISH 18EC memang insektisida yang dapat diandalkan oleh para petani, karena mampu membasmi hama secara efektif. Berkat DEMOLISH 18EC tanaman cabai Pak Anton hingga kini tetap terjaga dan produksinya maksimal setiap kali panen. Pak Anto mendapatkan hasil panen yang berlimpah dan bisa menjadi raja cabai dari Medan. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi para petani untuk menggunakan DEMOLISH 18EC sebagai pengendali hama tanaman Anda.”

 

Capture.png

 

“Pak Sodikin, petani cabai asal Pengalengan berusaha untuk bisa membasmi hama. Sudah hampir setahun Pak Sodikin menjaga kebun cabainya agar tidak di hinggapi hama. Namun setelah disarankan oleh temanannya menggunakan DEMOLISH 18EC, Pak Sodikin tidak perlu lagi memantau kebun cabainya.”

 

“Pak Sodikin jutsru mendapatkan hasil panen cabai yang segar dan aman. DEMOLISH 18EC memiliki fitotonic effect pada tanaman, sehingga dapat terlihat sekitar 1 sampai 2 hari setelah pemakaian. Awalnya daun yang semula agak kekuningan berubah menjadi lebih hijau setelah pemakaian DEMOLISH 18EC.”

 

Testimoni lainnya.. juga dialami oleh Pak Teguh Haryono, petani kentang dari daerah Jambi. Pak Teguh Haryono sudah bertani kentang dari tahun 2000. Selama bertani kentang beliau mengalami banyak kendala seperti adanya serangan hama Liriomyza (pengorok daun). Berdasarkan pengalaman beliau, tanaman yang terserang Liriomyza tidak akan subur walaupun sudah banyak diberikan pupuk. Hal ini dikarenakan daun berfungsi sebagai tempat fotosintesis tanaman, jadi jika di rusak oleh hama Liriomyza akan menjadi tidak berkualitas daun tersebut..

 

Sebelumnya Pak Teguh Haryono sudah berkali-kali mencoba banyak jenis insektisida untuk membasmi hama Liriomyza, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Sampai suatu ketika beliau bertemu dengan petugas lapangan DGW dan diperkenalkan dengan produk DEMOLISH 18EC. Lalu beliau menggunakannya, hasilnya tanaman kentang beliau menjadi lebih sehat, dimana hama Liriomyza tidak menyerang kembali daun tanaman.

 

Tanaman yang telah disemprotkan DEMOLISH 18EC juga menjadi subur dan pertumbuhannya lebih bagus. Biasanya Pak Teguh mendapatkan hasil panen maksimal 20 – 21 ton/ ha. Setelah menggunakan DEMOLISH 18EC hasil panen yang beliau dapatkan mencapai 23 – 25 ton/ ha. Tentunya sangat memuaskan, hasil panen beliau bisa meningkat hingga 25%. Beliau berharap seluruh petani kentang di Indonesia menggunakan DEMOLISH 18EC, karena sudah terbukti membantu.

 

Dengan memadukan pembasmian hama secara preventif (pencegahan) dan pembasmian kuratif (akurat), tentunya hama akan bisa di kendalikan dengan baik. Anda dapat mengatur jarak tanam supaya tidak terlalu rapat untuk mencegah hama hinggap di tanaman. dapat juga menggunakan penghalang di sisi luar area tanaman untuk meminimalisir serangan hama.

 

Pembasmian hama ini perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan tanaman. Anda dapat menggunakan DEMOLISH 18EC sebagai insektisida kimia pencegah hama. Insektisida ini hanya bisa Anda dapatkan dari DWG selaku produsen pertanian Indonesia.

 

Demikian Cara Membasmi Hama Dengan Demolish 18EC.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

 

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Padi

Budidaya Tanaman Padi Dengan Perlakuan Benih

Budidaya tanaman merupakan cara paling tepat untuk mensejahterahkan pertanian. Salah satunya padi, komoditas pangan utama bagi masyarakat untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Padi harus terus di budidayakan, karena mengandung banyak karbohidrat. Kebutuhan kandungan seperti tanah, curah hujan, serta sinar matahari menjadi faktor pendukung dalam budidaya tanaman padi. 

 

Di Indonesia, padi banyak ditanam di Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan. Beberapa daerah tersebut menjadi sentra produksi padi nasional, seperti halnya Karawang, Subang, dan Indramayu (Jawa Barat), Ngawi dan Bojonegoro (Jawa Timur), Lampung dan Sumatera Selatan. Padi juga mulai banyak di tanam di luar daerah, karena sudah adanya program pemerataan produksi padi dari pemerintah. Hingga hasilnya kini, budidaya tanaman padi sudah sampai ke pulau Maluku dan Papua. 

 

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman padi, seperti halnya melakukan seleksi benih, perlakukan benih, dan perawatan benih. Ketiga hal ini sangat penting untuk di terapkan, karena sebagai proses pertumbuhan pada tanaman tersebut. Kita bisa melakukan pemilihan benih yang tepat seperti varietas (menentukan hasil panen dari tanaman padi). 

 

Berikut Tahapan Budidaya Tanaman Padi!

 

Terdapat 3 tahapan penting dalam melakukan budidaya tanaman padi, yaitu: 

 

  • Seleksi Benih 

 

Pemilihan benih yang tepat merupakan langkah awal yang sangat menentukan dalam sukses tidaknya budidaya tanaman padi. Langkah pertama yaitu dengan memilih jenis varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Varietas yang tepat jika ditanam ditempat yang sesuai akan menjadikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi lebih baik. Langkah selanjutnya yaitu pemilihan benih bermutu. Benih bermutu adalah benih yang memiliki daya tumbuh baik, potensi hasil tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan cekaman lingkungan serta kualitas hasil yang terjamin. 

 

Salah satu cara memilih benih dengan mutu terbaik adalah membeli benih yang bersertifikat resmi. Jika benih yang dipilih adalah benih lokal atau benih hasil panen sebelumya, dapat dilakukan seleksi benih dengan metode yang disarankan. Dalam melakukan seleksi benih dengan mutu terbaik, dapat dilakukan sendiri. 

 

Langkah pertama menyiapkan wadah yang diisi dengan air secukupnya. Selanjutnya masukkan benih padi pada wadah tersebut, kemudian aduk benih dalam wadah tersebut sampai ada benih yang tenggelam dan mengambang. Selanjutnya buang benih yang mengambang tersebut, karena benih yang mengambang adalah benih yang kualitasnya kurang baik. Anda bisa memilih benih yang tenggelam, karena benih ini memiliki kualitas terbaik.

 

Seleksi-Benih-Padi.jpg

 

  • Perlakuan Benih 

 

Perlakuan benih merupakan faktor penting untuk budidaya tanaman padi. Biasanya setelah mendapatkan benih terbaik, petani merendam benih kedalam air. Perendaman ini memakan waktu sekitar satu malam atau bisa sampai dua malam, tergangung jenis benih yang di dapatkan. Hal tersebut dilakukan untuk memecah dormansi benih padi, sehingga benih padi lebih mudah berkecambah. Dalam melakukan perendaman benih padi, kita juga dapat menambahkan beberapa nutrisi tanaman berupa pupuk kandang, pupuk kompos, dan pupuk hayati. Hal ini untuk mengurangi stres tanaman, serta meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan hama dan penyakit.

 

Penambahan fungisida atau insektisida juga dapat dilakukan agar menghindari hama dan penyakit tanaman, caranya bisa menggunakan Dense 520 SC. Hal ini dilakukan untuk melancarkan persemaian benih padi agar tumbuh dengan cepat, serta mencegah penyakit terbawa oleh benih. Produk lain yang bisa digunakan untuk perlakuan benih yaitu Leili 2000. Leili 2000 adalah produk biostimulan yang terbuat dari ekstrak rumput laut. Leili 2000 meningkatkan daya berkecambah dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

 

Langkah – langkah perlakuan benih yang dilakukan sebagai berikut: 

 

1. Siapkan wadah yang telah berisi air bersih 

 

2. Masukkan Balistic 50 SC / Penalty 50 SC dengan konsentrasi 2 ml/l dan aduk sampai rata. Jika diperlukan bisa ditambahkan Dense 520 SC dengan konsentrasi 2 ml/l dan aduk sampai rata 

 

3. Masukkan Leili 2000 dengan konsentrasi 1 ml/l dan aduk sampai rata 

 

4. Masukkan benih padi yang telah diseleksi kedalam campuran tersebut selama 24-48 jam 

 

5. Keringkan benih yang telah direndam selama 3 jam dibawah sinar matahari 

 

6. Masukkan benih yang telah dikeringkan ke dalam karung dan tambahkan Leili 2000 sebanyak 1 ml/l dan kemudian diperam selama 24-48 jam.

 

Perendaman-Benih-1.jpg

 

Perendaman-Benih-2.jpg

 

 

  • Perawatan Benih 

 

Jika semua cara sudah dilakukan dari seleksi benih hingga perlakuan benih, maka langkah selanjutnya yaitu perawatan benih. Benih yang sudah direndam beberapa hari harus segera di semai kedalam media tanam. Hal ini untuk mencegah pembusukan benih yang sudah terlalu lama di air. Benih-benih yang sudah bersemai akan di pindahkan ke dalam media tanah, biasanya petani memindahkannya ke sawah untuk proses yang lebih cepat. Dengan nutrisi tanaman, tentunya padi harus terus diperhatikan agar proses pertumbuhan berlajan lancar. 

 

Terdapat juga produk yang bisa dipakai dalam perawatan padi, diantaranya Balistic 50 SC / Penalty 50 SC konsentrasi 2 ml/l dan Leili 2000 konsentrasi 1 ml/l. Produk – produk tersebut dapat dicampurkan untuk perawatan benih, sehingga hasil yang didapatkan bisa lebih optimal. Benih yang telah diberi Leili 2000 dan Balistic50 SC / Penalty 50 SC memiliki daya kecambah yang lebih baik dan merata, serta akar yang lebih panjang. Nantinya benih tersebut sudah dapat disemai atau pindah tanam langsung jika sudah besar seperti biasa. 

 

balistic klensect leili.jpg

 

Dengan melakukan budidaya tanaman, tentunya proses pertumbuhan tanaman akan berlajan dengan baik. Mulai dari seleksi benih, perlakuan benih, hingga perawatan benih. Pastinya juga memerlukan nutrisi tambahan untuk mencegah hama dan penyakit berkumpul. Hal ini bisa anda lakukan dengan menggunakan produk seperti Balistic 50 SC / Penalty 50 SC dan Leili 2000. 

 

Anda bisa mengikuti tahapan yang dilakukan di atas, lalu praktikan sendiri dirumah. Jika berhasil, maka lakukan budidaya tanaman lainnya. Hal ini untuk melihat apakah budidaya tanaman padi juga bisa diterapkan pada jenis tanaman lainnya, sehingga hasilnya bisa merata. 

 

Demikian Budidaya Tanaman Padi Dengan Perlakuan Benih. 

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Hama

4 Cara Memilih Pestisida Pertanian yang Tepat

Pestisida adalah zat kimia berbahaya yang digunakan untuk membasmi hama. Maksud hama disini yaitu tungau, jamur, bakteria, virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan pertanian. 

 

Dalam pengertiannya, pestisida ini sudah tertuang dalam peraturan pemerintah tahun 1973 yaitu: 

 

  • Mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman. 

 

  • Memberantas semua jenis rerumputan liar. 

 

  • Mematikan daun atau bagia-bagian tanaman lain yang tidak termasuk pupuk. 

 

  • Memberantas dan mencegah hama penggangu yang berbahaya. 

 

  • Mencegah binatang penggangu bahkan binatang yang dilindungi sekalipun. 

 

Pestisida sering sekali digunakan pada bidang pertanian (crop protection products). Pestisida pertanian dipilih untuk mencegah binatang-binatang penganggu yang dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Caranya dengan melakukan pengelolaan pestisida seperti pembuatan zat kimia, pengangkutan hama, penyimpanan tanaman, peragaan tanaman, penggunaan atau pemusnahan pestisida. 

 

Cara Memilih Pestisida Pertanian yang Tepat

Berikut cara memilih pestisida pertanian yang tepat, diantaranya: 

 

1. MENGENAL JENIS SASARAN 

 

Sebelum sobat tani membeli pestisida, terlebih dahulu kita harus mengenal sasaran yang akan sobat tani kendalikan. Caranya amati gejala dan tanda serangan yang ada pada tanaman. Kemudian tentukan sasaran yang akan sobat tani kendalikan. Sasaran yang akan dikendalikan bisa berupa gulma, serangga, akarina atau tungau, dan juga penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus, jamur, nematoda ataupun bakteri. Sobat tani bisa mengamati gejala dan tanda serangan di pagi ataupun sore hari agar terhindar dari panasnya trik matahari. 

 

2. MENENTUKAN JENIS PESTISIDA

 

Setelah mengetahui gejala dan tanda serangan kita bisa menentukan sasaran apa yang akan kita kendalikan. Setelah itu hal yang harus kita lakukan yaitu menentukan jenis pestisida yang akan kita gunakan sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Berikut 10 jenis pestisida umum berdasarkan sasarannya: 

 

JENIS PESTISIDA

TARGET SASARAN

NAMA PESTISIDA

BAKTERISIDA

Mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BENLOX 50 WP

AKARISIDA

Mengendalikan Akarina

DEMOLISH 18 EC

FUNGISIDA

Mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh cendawan/jamur

CORONA 325 EC, DENSE 520 SC

HERBISIDA

Mengendalikan Gulma

SUPREMO 480 SL, SUPRETOX 276 SL

INSEKTISIDA

Mengendalikan Serangga

CHLORMITE 400 EC, BALISTIC 50 SC

MOLUSKISIDA

Mengendalikan keong / siput

BESTNOID 60 WP, ANILO 60 WP

ANTRAKTAN

Mengundang / Menarik Hama

METIL EUGENOL

REPELENT

Menolak / mengusir hama

KLENSECT 200 EC

RODENTISIDA

Mengendalikan tikus    

XILAW RMB

TERMITISIDA

Mengendalikan Rayap

CHLORMITE 400 EC, PENALTY 50 SC

 

 

3. MEMAHAMI CARA KERJA PESTISIDA 

 

Selanjutnya sobat tani juga harus memahami cara kerja dari pestisida tersebut. Jika lihat memang pestisida pertanian memiliki beberapa sifat yang sangat mematikan, contohnya: 

 

  • Racun Kontak, jenis pestisida yang bekerja dengan cara masuk ke dalam tubuh serangga dengan sasaran kulit (kutikula) dan ke bagian tubuh secara aktif. 

 

  • Racun Pernafasan, jenis pestisida yang dapat membunuh serangga dengan cepat lewat sistem pernapasan serangga tersebut.

 

  • Racun Lambung, jenis pestisida yang membunuh serangga lewat organ pencernaan. Dapat membunuh serangga dengan cepat. 

 

  • Racun Metabolisme, jenis pestisida yang dapat membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.

 

  • Racun Protoplasma, jenis pestisida yang akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak. 

 

  • Racun Sistemik, jenis pestisida yang disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman melalui akar dan daun. Pestisida ini dapat membunuh hama seperti jamur dan bakteri. 

 

 

4. KUALITAS PESTISIDA 

 

Setelah mengetahui cara kerja pestisida pada tanaman sobat tani sudah punya bekal 75% untuk memilih pestisida yang tepat untuk tanaman sobat tani. Selanjutnya hal yang terpenting dalam menentukan suatu pestisida yaitu kualitas pestisida itu sendiri loh. Terkadang kita sering menemukan suatu pestisida yang memiliki bahan aktif yang sama tetapi memiliki kemampuan yang berbeda. Nah berikut ciri-ciri pestisida yang memiliki kualitas baik di antaranya 

 

1. Terdapat nomor pendaftaran pestisida yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian 

 

2. Terdapat tanggal produksi dan juga kadaluwarsa pestisida yang tercantum dalam kemasan 

 

3. Terdapat label petunjuk penggunaan pada kemasan 

 

4. Terdapat petugas lapangan yang akan membina dan juga bertanggung jawab terhadap produk tersebut

 

Dampak dan Fungsi Penggunaan Pestisida Pertanian 

 

Berikut adalah dampak positif dari penggunaan pestisida, yaitu: 

 

  • Bisa diaplikasikan secara mudah. 

 

  • Bisa digunakan dalam area yang luas dalam waktu singkat. 

 

  • Memberikan keuntungan ekonomi secara jangka pendek. 

 

  • Efektif hampir di setiap waktu dan setiap tempat. 

 

  • Menghasilkan dampak yang baik terhadap pembasmi hama. 

 

Berikut adalah dampak negatif dari penggunaan pestisida, yaitu: 

 

  • Kematian alami organisme pengganggu. 

 

  • Menyebabkan timbulnya resistensi. 

 

  • Keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan. 

 

  • Keracunan terhadap makanan dan manusia. 

 

  • Terjadinya residu atau pencemaran lingkungan sekitar. 

 

Berdasarkan fungsinya, pestisida menurut Diding Rachmawati dan Eli Karlina (2009): 

 

1. Menolak kehadiran serangga kembali. 

 

2. Mencegah serangga memakan tanaman kembali. 

 

3. Merusak perkembangan hama seperti telur, larva, dan pupa. 

 

4. Menghambat reproduksi hama. 

 

5. Mengacaukan sistem hormon pada hama. 

 

6. Sebagai racun syaraf terhadap hama dan gulma. 

 

7. Mengendalikan pertumbuhan jamur atau bakteri. 

 

Pestisida memang sangat diperlukan sebagai bahan aktif pertanian, karena membantu petani dalam mengendalikan hama. Oleh karena itu, berdasarkan bahan aktifnya pestisida dapat digolongkan menjadi 4 yaitu: 

Sintetik Anorganik : Merkuri, flourida, dan tembaga sulfat. 

 

  • Organik Organo Khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin. 

 

  • Heterosiklik : Kepone dan mirex. 

 

  • Organofosfat : klorpirifos dan prefonofos. 

 

  • Karbamat : Karbofuran dan SPMC. 

 

  • Dinitrofenol : Dinex dan lainnya. 

 

Berdasarkan contohnya, jenis pestisida tanaman sebagai berikut: 

 

Tanaman : Berenuk 

Kandungan : Buah mengandung alkoloid 

Cara kerja : Bersifat pengusir hama serangga 

Sasaran : Tikus, Kutu daun dan Wereng 

 

Tanaman : Brotowali 

Kandungan : Buah mengandung alkaloid 

Cara kerja : Sebagai pengusir dan penghambat perkembangan serangga 

Sasaran : Hama gudang, Walang sangit, Ulat daun dan Wereng 

 

Tanaman : Kunyit 

Kandungan : Umbi mengandung racun dioskorin dan diosconin 

Cara kerja : Mempengaruhi system syaraf anti reproduksi 

Sasaran : Kutu daun, Nyamuk, Wereng, Tikus. 

 

Tanaman : Mindi 

Kandungan : Mengandung margosin, glikosdida flafonoid 

Cara kerja : Menolak, menghambat pertumbuhan, dan mempengaruhi system syaraf 

Sasaran : Ulat grayak, Kutu daun, Anjing tanah, Belalang, Wereng, dan Gudang 

 

Tanaman : Srikaya 

Kandungan : Daun dan buah mengandung minyak anonain dan resin 

Cara kerja : Sebagai racun perut dan racun kontak untuk menolak pekembangan telur 

Sasaran : Kumbang, Kutu daun, Nyamuk Rorongo, Wereng coklat dan Walang sangit 

 

Tanaman : Surian 

Kandungan : Daun dan kulit batang mengandung surenon, surenin dan surenolakton 

Cara kerja : Penghambat pertumbuhan dan menolak perkembangan hama 

Sasaran : Tungau, Walang sangit, Kutu kebul, dan Ulat Daun 

 

Tanaman : Sembung 

Kandungan : Mengandung borneol, sineol, limonene dan dimetil etrer floroasetofenon. 

Cara kerja : Mempengaruhi metabolisme syaraf 

Sasaran : Keong mas dan Limus sakeureut 

 

Tanaman : Picung 

Kandungan : Buah dan daun mengandung alkaloid dan asam biru (HCN) 

Cara kerja : Racun kontak yang mempengaruhi system syaraf 

Sasaran : Wereng coklat, Lembing batu, Belalang, Walang sangit, Kutu daun, Ulat grayak 

 

Tanaman : Selasih 

Kandungan : Daun dan bunga mengandung minyak atsiri metilegenol, eugenol, geraniol, sineol. 

Cara kerja : Membasmi pernapasan pada hama Hama 

Sasaran : Lalat buah/Entod longong jantan dari golongan Bactrocera sp 

 

Itulah cara memilih pestisida pertanian yang tepat. Perlu diingat, bahwa dalam penggunaan pestisida harus memperhatikan batas ambang populasi sekitar. Hal ini dilakukan agar tidak menyebar kepada orang-orang sekitar. PT. Dharma Guna Wibawa sebagai perusahaan Agrochemical di Indonesia, menjamin kualitas produk pestisida yang akan digunakan oleh petani di Indonesia. Anda bisa menggunakan BENLOX 50 WP, DEMOLISH 18 EC, CORONA 325 EC, SUPREMO 480 SL, CHLORMITE 400 EC, BESTNOID 60 WP, KLENSECT 200 EC, PENALTY 50 SC. 

 

Demikian 4 Cara Memilih Pestisida Pertanian yang Tepat.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

25 Januari, 2021

Penyakit

Cara Mengendalikan Hama dan Penyakit pada Tanaman Mangga

Manggaa mangga.. 

 

Mangganya bu.. 

 

Mangganya pak.. 

 

Terdengar suara pedagang buah menawarkan dagangannya, yups buah mangga pasti ga asing lagi nih di kalangan masyarakat apa itu buah mangga. Buah mangga termasuk salah satu buah yang paling digemari rasanya. Buah mangga juga bisa dikelola untuk berbagai macam hal mulai dari jus, selai, es krim sirup atau pun makanan lainnya. Nah untuk mnedapatkan buah mangga yang maksimal dari pohonnya salah satu kendala yang mesti dihadapi petani yaitu hama dan penyakit. Oleh karena itu yuk simak cara mengendalikan hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman mangga.

 

HAMA 

1. Wereng Mangga: Idiocerus niveosparsus Leth 

 

Wereng_Mangga-e1610956681486.png

 

Wereng merupakan hama pada tanaman mangga yang menyerang dengan menghisap cairan tanaman melalui bunga, daun, dan juga buah. Daun atau buah mangga yang terserang akan menjadi coklat dan mengering. Bunga muda akan gagal tumbuh sehingga mempengaruhi bentuk dan perkembangan buah. Wereng mangga juga meletakkan telurnya ke dalam daun dan batang pohon yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tanaman. 

 

 

2. Penggerek Batang Mangga: Rhytidodera integra

 

penggerek batang mangga Rhytidodera integra.jpg

 

Penggerek batang mangga memiliki gejala serangan sebagai berikut penggerek batang akan melubangi bagian cabang batang mangga dan mengeluarkan kotoran menyerupai serbuk gergaji, kemudian cabang yang menunjukkan gejala tadi akan mengering dan mati. Selanjutnya penggerek menuju kebagian tanaman yang masih hidup yaitu batang utama sehingga pada batang utama akan timbul lubang- lubang yang disertai dengan keluarnya kotoran dan pada serangan lanjut seluruh tanaman akan mati.

 

 

PENYAKIT

 

1. Penyakit Bercak Daun: Stigmina mangiferae

 

bercak daun mangga.jpg

 

Penyakit bercak daun mangga memiliki gejala serangan berupa munculnya bercak-bercak kecil bulat atau bersudut berwarna hitam kecoklatan, dikelilingi warna kuning pudar yang terlihat jelas. Bercak-bercak tersebut dapat menyatu dan terlihat lebih besar. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Stigmina mangiferae.

 

Pengendalian : Procure 20 WP (Simoksanil 20%), 1.5 g/l *Registered

 

Explore 250 EC (Difenokonazol 250 g/l), 2 ml/l *Registered 

 

Explore MAX 250 EC (Difenokonazol 250 g/l), 2 ml/l *Registered 

 

Dense 70 WP (Metil Tiofanat 70%), 2 g/l *Registered 

 

Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l), 2 ml/l *Registered 

 

Ventra 75 WP (Klorotalonil 75%), 2 g/l *Registered 

 

Cozeb 80 WP (Mancozeb 80%), 2 g/l *Registered **

 

 

2. Penyakit Antraknosa: Colletotrichum gloeosporioides 

 

Penyakit_Antraknosa_Mangga-e1610959259684.png

Penyakit antraknosa penyakit yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides dan dapat muncul di daun, tangkai daun dan juga buah pada tanaman mangga. Gejala pada daun berupa bintik-bintik berwarna abu-abu hingga coklat dengan pinggir lebih gelap dan lingkaran kuning di sekelilingnya. Sedangkan pada buah bintik kecil akan muncul pada bagian kulit buah dan membentuk luka bulat berwarna coklat gelap terlihat berair atau membengkak. Buah mangga juga cenderung jatuh sebelum waktunya.

 

Pengendalian : Corona 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l), 1-2 ml/l *Registered 

 

Corona Prima 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l), 1-2 ml/l *Registered 

 

Explore 250 EC (Difenokonazol 250 g/l), 2 ml/l *Registered 

 

Explore MAX 250 EC (Difenokonazol 250 g/l), 2 ml/l *Registered

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

18 Januari, 2021

Kacang Hijau

Mengenal Hama dan Penyakit pada Tanaman Kacang Hijau dan Cara Pengendaliannya

Salam sehat sobat tani, sobat tani tau kah kamu tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman yang banyak di tanam di Indonesia. Kacang hijau sering digunakan sebagai olahan makanan atau minuman loh. Oleh karena itu supaya sobat tani mampu menghasilkan kacang hijau yang berlimpah dan berkualitas sobat tani mesti mengenal cara pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang hijau loh, yuk simak hama dan penyakit apa saja yang menyerang. 

 

HAMA

 

1. Lalat Bibit (Ophiomyia phaseoli)

 

Lalat_Bibit_-e1609734063362.png

 

Lalat bibit merupakan salah satu hama paling merusak tanaman kacang hijau, dalam beberapa kasus hama ini dapat menimbulkan kerugian 30-50%. Baik lalat dewasa maupun larva dapat menyebabkan kerusakan pada bibit. Lalat dewasa melubangi daun muda dan meletakkan telurnya di dekat tangkai daun. Sedangkan larva makan melalui batang dan tangkai daun yang kemudian menimbulkan kerusakan berupa bintik pada daun, garis-garis melengkung berwarna perak pada tangkai daun kemudian berubah menjadi gelap, dan daun kering dan rontok.

Pengendalian : Dangke 40 WP (Metomil 40%) 

Delouse 25 WP (Imidacloprid 25%) 

Manthene 75 SP (Asefat 75%) 

Foltus 400 SC (Dimehipo 400 g/l) 

 

2. Thrips (Thrips sp.)  

 

Thrips_-e1609734162399.png

 

Thrips merupakan hama yang menyerang tanaman dengan cara menghisap tanaman dan menghasilkan bercak-bercak perak kecil di sisi atas daun. Thrips banyak ditemukan secara berkelompok pada bagian bawah daun. Daun tanaman yang terserang berwarna kuning, layu, cacat dan mengerut. Selain itu thrips juga sebagai vektor untuk berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus.

Pengendalian : Dangke 40 WP (Metomil 40%) 

Penalty 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

Demolish 18 EC (Abamectin 18 g/l) 

 

3. Penghisap Polong Kacang Hijau (Riptortus linearis) 

 

penghisap polong kacang ijo Riptortus linearis.jpg

 

Hama penghisap polong kacang hijau dengan nama latin Riptortus linearis merupakan hama yang perlu diwaspadai karena mampu menyebabkan kehilangan hasil hingga 79%. Kerusakan yang disebabkan hama ini yaitu menyebabkan polong kempis, kriput, dan meninggalkan lubang pada polong sehinnga menyebabkan menurunkan hasil panen. 

Pengendalian : Dangke 40 WP (Metomil 40%) 

Penalty 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

 

4. Penghisap Daun (Empoasca) 

 

Penghisap_Daun-e1609741247255.png

 

Hama penghisap daun biasa disebut juga sebagai wereng. Hama ini dapat menurunkan hasil 30-40% bagi tanaman kacang hijau. Hama ini akan menghisap bagian bawah daun tanaman sehingga menimbulkan gejala kerusakan berupa daun menjadi kuning, menyebabkan daun melengkung ke bawah dan akhirnya menjadi gugur. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan menyebabkan kehilangan hasil.

 

Pengendalian : Dangke 40 WP (Metomil 40%) 

Delouse 200 SL (Imidacloprid 200 g/l) 

Penalty 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l) 

 

 

PENYAKIT 

 

1. Bercak Daun (Cercospora canescens)

 

Bercak_Daun_Kacang_Hijau-e1609741504226.png

 

Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora canescens. Jamur ini dapat terbawa oleh benih dan dapat bertahan hidup selama lebih dari 2 tahun pada sisa-sisa tanaman. Gejala serangan terdapat bercak-bercak coklat dengan warna putih di tengah bentuk menyerupai mata ikan. Jamur ini pun dapat mengakibatkan kerugian hingga 100% 

Pengendalian : Explore 250 EC (Difenokonazol 250 g/l) 

Explore MAX 250 EC (Difenokonazol 250 g/l) 

Corona 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l) 

Corona Prima 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l) 

 

2. Karat Daun (Phakopsora phachyrhizi) 

 

Karat_Daun_Kacang_Hijau-e1609741619635.png

 

Karat daun merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Phakopsora phachyrhizi. Infeksi berawal dari bagian bawah tanaman dan selanjutnya menyebar ke atas terutama daun muda. Gejala awal muncul di sekitar tahap pembungaan dalam bentuk bintik-bintik kecil merah bata pada bagian bawah daun dan akhirnya menyebar lebih banyak dengan bintik-bintik coklat dikelilingi kekuningan

Pengendalian : Corona 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l) 

Corona Prima 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l) 

Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l) 

 

3. Busuk Pangkal Batang (Sclerotium rolfsii) 

 

Busuk_Pangkal_Batang_Kacang_Hijau-e1609742014155.png

 

Busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur yang ditularkan melalui tanah. Jamur ini dapat bertahan dalam waktu lama pada sisa-sisa tanaman. Gejala yang ditimbulkan karena jamur ini yaitu munculnya bercak-bercak basah pada daun, buah dan tangkai daun. Ketika membesar, daerah yang terserang akan tertutupi oleh hifa jamur (seperti kapas putih) pada tahap selanjutnya menyebar dan muncul struktur yang menyerupai kutil berwarna abu-abu kehitaman. Kemudian jamur akan mengelilingi batang dan bagian atas tanaman sehingga tanaman menjadi layu dan mati.

Pengendalian : Corona 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l) 

Corona Prima 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l) 

Benlox 50 WP (Benomil 50%) 

 

Setelah mengetahui hama dan penyakit tanaman kacang hijau ini semoga sobat tani yang menanam kacang hijau menjadi lebih tau yaa dan untuk mendapatkan arahan pengendalian hama dan penyakit tersebut bisa langsung hubungi petugas DGW setempat yaa sobat tani.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

04 Januari, 2021

Tips Petani Sukses

6 Tepat Penggunaan Pestisida Pertanian

Pestisida pertanian? Pada umumnya, dalam pemakaian pestisida haruslah berdasarkan prinsip pengendalian hama terpadu. Pengaplikasian pestisida ini dilakukan dengan teknik 6 yang dirasa tepat dalam penggunaan pestisida pertanian. Hal ini bertujuan agar, terhindar dari kerugian ekonomi maupun kerusakan ekosistem.

 

Dalam penerapannya, harus di dasarkan dengan pengalaman yang baik akan terhadap pertanian. Bisa dengan belajar dari ahlinya atau melihat tutorial yang diberikan oleh komunitas petani Indonesia. Oleh karena itu, pahami cara penggunaan pestisida pertanian tersebut.

 

6 Tepat Penggunaan Pestisida Pertanian

 

1. Tepat Sasaran

Sebelum sobat tani membeli pestisida, terlebih dahulu kita harus mengenal sasaran yang akan kita kendalikan. Caranya amati gejala dan tanda serangan yang ada pada tanaman. Kemudian tentukan sasaran yang akan sobat tani kendalikan. Sasaran yang akan dikendalikan bisa berupa serangga, akarina, jamur, bakteri, gulma dan lain-lain. Selain dari tepat OPT nya tepat sasaran juga diacukan pada jenis tanaman, tanaman tahunan, tanaman sayuran, tanaman pangan, tanaman semusim dan jenis tanaman lainnya.

 

Slide2 (1).jpg

 

2. Tepat Jenis

Setelah mengetahui jenis sasaran, hal yang harus kita lakukan yaitu menentukan jenis pestisida yang akan kita gunakan sesuai dengan sasaran. Berikut 10 jenis pestisida yang umum beredar berdasarkan sasarannya:

 

PESTISIDA

TARGET SASARAN

CONTOH

BAKTERISIDA

Mengendalikan Bakteri

BENLOX 50 WP

AKARISIDA

Mengendalikan Akarina

DEMOLISH 18 EC

FUNGISIDA

Mengendalikan Cendawan/Jamur

CORONA 325 EC

HERBISIDA

Mengendalikan Gulma

SUPREMO 480 SL

INSEKTISIDA

Mengendalikan Serangga

CHLORMITE 400 EC

MOLUSKISIDA

Mengendalikan Keong/Siput

BESTNOID 60 WP

ATRAKTAN

Menarik Hama

Metil Eugenol

REPELLENT

Menolak/Mengusir Hama

KLENSECT 200 EC

RODENTISIDA

Mengendalikan Tikus

XILAW RMB

TERMITISIDA

Mengendalikan Rayap

PENALTY 50 SC

 

 

Nah selain itu, semua jenis pestisida tidak selalu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar tepat jenis pestisida yang digunakan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman dianjurkan membaca Informasi tersebut pada label atau kemasan pestisida. 

 

Slide3 (1).jpg

 

3. Tepat Kualitas

Hal yang terpenting dalam menentukan suatu pestisida yaitu kualitas pestisida itu sendiri. Terkadang kita sering menemukan suatu pestisida yang memiliki bahan aktif yang sama tetapi kualitas berbeda. Pestisida yang memiliki kualitas baik di antaranya

1. Terdapat no pendaftaran pestisida

2. Terdapat tanggal produksi dan juga kadaluarsa pestisida

3. Terdapat label petunjuk penggunaan

4. Terdapat petugas lapangan yang akan membina dan juga bertanggung jawab terhadap produk tersebut 

 

Kualitas pestisida yang kurang baik dapat menyebabkan kekebalan atau resistensi suatu organisme pengganggu tanaman. Oleh karena itu PT. Dharma Guna Wibawa menjamin kualitas semua produk pestisida yang akan digunakan petani untuk kesejahteraan petani Indonesia.

 

Slide4 (1).jpg

 

4. Tepat Waktu 

Waktu penggunaan pestisida harus dilakukan secara tepat. Pengaplikasian pestisida umumnya baik dilakukan ketika suhu lingkungan tidak begitu panas, angin tidak begitu besar dan pengaplikasian dapat dilakukan dengan perkiraan tidak turun hujan 2 jam setelah aplikasi. Hal ini bertujuan untuk mengefisienkan penggunaan pestisida ini agar tidak banyak terbuang. 

 

Slide6.jpg

 

5. Tepat Takaran

Baik dosis atau pun konsentrasi penggunaan pestisida harus dilakukan secara tepat sesuai dengan rekomendasi anjuran yang ada pada label kemasan. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida. Dosis yang berlebihan dapat meninggalkan residu pada hasil panen dan membahayakan bagi konsumen. Sedangkan dosis yang rendah akan mengurangi hasil efikasi dan menyebabkan terjadinya resistensi pada sasaran. 

 

Slide7.jpg

 

6. Tepat Cara Aplikasi

Pada umumnya pengaplikasian pestisida dilakukan dengan cara disemprot. Namun diketahui bahwa tidak semua jenis organisme pengganggu tanaman dapat dikendalikan dengan cara disemprot, untuk beberapa jenis organisme tanaman tertentu aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan cara dikocor, seed treatment, fogging, pengolesan, penaburan, umpan dan lainnya.

 

Slide5 (1).jpg

 

Kesimpulan

Itulah 6 hal tepat dalam penggunaan pestisida pertanian, sekiranya dapat membantu Anda dalam melakukan pengendalian hama terhadap tanaman. Hal ini dapat mencegah hama hinggap di tanaman, sehingga hasil panen menjadi lebih meningkat.

 

Selain cara pengaplikasian pestisida, Anda haru tahu urutan campuran pestisida yang sukar larut hingga bahan pembawa yang mudah larut. Urutan ini bisa dimulai dari pestisida berbentuk granul, tepung, formulasi SC, formulasi SL, formulasi EC, nutrisi dan perekat.

 

Demikian 6 Tepat Penggunaan Pestisida Pertanian.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

11 November, 2020

Padi

Mengenal Berbagai Varietas Unggul Tanaman Padi

Hallo Sobat Tani, kali ini kita akan membahas berbagai jenis varietas unggul tanaman padi. Mungkin Sobat Tani sudah cukup familiar dengan beberapa jenis varietas yang akan kita bahas kali ini dan menjadi salah satu yang menananmnya. Mungkin salah satu varietas yang akan kita bahas merupakan sumber dari nasi yang setiap hari ada di meja makan Sobat Tani.

 

Bagi petani, mengenal berbagai jenis varietas tanaman merupakan salah satu keharusan jika ingin sukses dalam melakukan budidaya. Mengapa demikian? Dengan mengenal berbagai jenis varietas kita dapat menentukan varietas mana yang akan kita tanam yang tentunya sesuai dengan kondisi lahan, lingkungan dan tentunya hasil panen yang sesuai harapan serta dapat diterima pasar.

 

Setiap jenis tanaman pada dasarnya memiliki beragam jenis varietas karena keberagaman genetik yang terbentuk secara alami dan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, para ahli berhasil menciptakan varietas baru yang unggul dan sesuai dengan kebutuhan. Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama, tahan terhadap penyakit, toleran terhadap cekaman lingkugan, mutu produksi baik, dan atau sifat – sifat lainnya serta telah dilepas oleh pemerintah.

 

Oke langsung saja kita bahas beberapa jenis varietas unggul yang sering dibudidayakan oleh petani padi di Indonesia.

 

1. IR-64

Varietas IR-64 merupakan yang dilepas pada tahun 1986 dan menjadi salah satu varietas tanaman padi yang paling populer dan banyak dibudidayakan secara luas oleh petani padi Indonesia serta digemari oleh konsumen. Varietas IR-64 memiliki umur tanaman 110 – 120 hari dan tahan terhadap wereng batang coklat (WBC) biotipe 1, biotipe 2 dan agak tahan terhadap WBC biotipe 3. Varietas ini memiliki produktivitas sekitar 5 – 6 ton/ ha gabah kering giling (GKG) serta memiliki tekstur nasi pulen. Apakah Sobat Tani merupakan salah satu petani yang menanam varietas IR-64?

 

IR64-litbang.pertanian.go_.id_.jpg

Sumber: litbang.pertanian.go.id

 

2. Ciherang

Varietas Ciherang juga merupakan salah satu jenis varietas tanaman padi yang cukup populer di Indonesia. Varietas Ciherang memiliki umur tanaman 116 – 125 hari dan tahan terhadap WBC biotipe 2, agak tahan terhadap WBC biotipe 3 dan tahan terhadap hawar daun bakteri (HDB) atau biasa disebut penyakit kresek. Varietas Ciherang memiliki produktivitas sekitar 6 – 8,5 ton/ ha GKG serta memiliki tekstur nasi pulen. 

 

Ciherang-republika.co_.id_.jpg

Sumber: republika.co.id

 

3. Mekongga

Varietas Mekongga merupakan salah satu varietas yang cukup banyak dikenal dan menjadi salah satu varietas yang direkomendasikan oleh pemerintah. Varietas Mekongga memiliki umur tanaman 116 – 125 hari dan agak tahan terhadap WBC biotipe 2 dan biotipe 3, agak tahan terhadap HDB strain IV. Varietas Mekongga memiliki produktivitas sekitar 6 – 8,4 ton/ ha GKG serta memiliki tekstur nasi pulen.

 

4. Ciliwung

Varietas Ciliwung merupakan varietas yang tahan terhadap beberapa jenis organisme pengganggu tanaman (OPT). Varietas Ciliwung memiliki umur tanaman 117 – 125 hari dan tahan terhadap WBC biotipe 1, biotipe 2, tahan terhadap wereng hijau (WH), tahan ganjur serta tahan terhadap tungro dan HDB. Varietas Ciliwung memiliki produktivitas sekitar 5 – 6,5 ton/ ha GKG serta memiliki tekstur nasi pulen. 

 

5. Cibogo

Varietas Cibogo memiliki umur tanaman 107 – 125 hari dan agak tahan terhadap WBC biotipe 1, agak peka terhadap WBC biotipe 2, dan biotipe 3. Varietas Cibogo memiliki produktivitas sekitar 7 – 8 ton/ ha GKG dan memiliki tekstur nasi pulen. 

 

6. Cigeulis 

Varietas Cigeulis memiliki umur tanaman 115 – 125 hari dan tahan terhadap WBC biotipe 2, biotipe 3 dan tahan terhadap HDB strain IV. Varietas Cigeulis memiliki produktivitas sekitar 5 – 8 ton/ ha GKG dan memiliki tekstur nasi pulen. 

 

7. Bundoyudo 

Varietas Bundoyudo memiliki umur tanaman 110 – 120 hari dan tahan terhadap WBC dan tungro. Varietas Bundoyudo memiliki produktivitas sekitar 6 – 8,4 ton/ ha GKG dan memiliki tekstur nasi pulen. 

 

8. Batang Gadis 

Varietas Batang Gadis memiliki umur tanaman 97 – 120 hari dan tahan terhadap penyakit blas daun dan blas leher malai. Varietas Batang Gadis memiliki produktivitas sekitar 6 – 7,6 ton/ ha GKG dan memiliki tekstur nasi pera. 

 

Batang-Gadis-berassawahlega.blogspot.com_.jpg

Sumber: berassawahlega.blogspot.com

 

9. Inpari 31 

Varietas Inpari 31 merupakan varietas yang dilepas pada tahun 2013 dan dianjurkan untuk lahan dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 mdpl. Varietas Inpari 31 memiliki umur tanaman 112 hari dan tahan terhadap WBC biotipe 1, biotipe 2, biotipe 3, tahan HDB strain III, agak tahan HDB strain IV dan VIII, tahan penyakit blas dan tahan tungro ras Lanrang. 

 

Inpari-31-republikpadi.blogspot.com_.jpg

Sumber: republikpadi.blogspot.com

 

10. Inpari 32 

Varietas Inpari 32 merupakan varietas yang mirip dengan Inpari 31 yang juga dilepas pada tahun 2013 serta dianjurkan untuk lahan dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 mdpl. Varietas Inpari 32 memiliki umur tanaman 120 hari dan tahan terhadap HDB strain III, agak tahan HDB strain IV dan VIII, tahan penyakit blas dan agak tahan tungro ras Lanrang.

 

Inpari-32-kliktani.com_.png

 

Gimana Sobat Tani? Apakah Sobat Tani sudah mengenal semua jenis varietas tersebut? Varietas mana yang sudah pernah Sobat Tani tanam? Silahkan bagikan pengalaman Sobat Tani di kolom komentar dibawah. Jangan lupa untuk terus belajar dan berbagi pengalaman. 

 

Demikian Mengenal Berbagai Varietas Unggul Tanaman Padi. 

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

 

 Salam DGW (Sukses Bersama Petani)

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

04 Oktober, 2020

Hama

Ulat Grayak Jagung, Mengancam Produksi Jagung Nasional

Jagung merupakan komoditas yang sangat populer dan hampir seluruh masyarakat mengenal tanaman jagung. Jagung adalah salah satu tanaman pangan terpenting di dunia setelah padi dan gandum. Berbagai negara di dunia menjadikan jagung sebagai sumber karbodidrat utama seperti di Amerika Tengah dan Selatan. Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif. Begitu juga di Indonesia, jagung menjadi salah satu alternatif sumber pangan dalam upaya mendorong diversifikasi pangan serta sebagai bahan baku pakan ternak.

 

Di Indonesia, jagung menjadi salah satu komoditas yang cukup strategis. Jagung banyak digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dipenuhi dari produksi nasional dan impor jagung karena kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi jagung nasional (Kementan 2016).

 

Peningkatan produksi jagung nasional terus diupayakan oleh pemerintah tiap tahunnya. Namun, upaya peningkatan produksi jagung nasional tersebut bukan tanpa hambatan. Banyak hambatan dalam upaya meningkatkan produksi jagung nasional. Selain keterabatasan dalam peningkatan luas lahan dan peningkatan produktivitas jagung. Salah satu hal yang dapat menurunkan produktivitas tanaman jagung yaiitu adanya kendala dalam budidaya tanaman seperti adanya serangan hama dan penyakit yang setiap tahun selalu menjadi kekhawatiran petani. Bahkan pada tahun 2019 ditemukan hama baru di Indonesia yang sangat berpotensi dalam menurunkan produksi padi nasional.

 

jagung.jpg

 

Hama Baru Tanaman Jagung di Indonesia

Awal tahun 2019, beberapa peneliti melaporkan ditemukannya hama baru tanaman jagung di daerah Pasaman Barat, Sumatera Barat. Hama baru tersebut adalah ulat grayak jagung Spodoptera frugiperda atau biasa disebut dengan Fall Army Worm (FAW). Hama FAW bisa dikategorikan sebagai invasive alien spesies karena merupakan spesies baru yang berasal dari luar Indonesia dan menyebar dengan cepat dan luas sehingga menimbulkan kerugian yang cukup serius.

 

FAW merupakan hama yang diduga berasal dari daerah Amerika Selatan dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia. FAW kemudian ditemukan menginvasi daerah Afrika pada tahun 2016 dan outbreak di daerah India pada tahun 2018. Tahun 2019 FAW ditemukan di Bangladesh, China, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Hama ini pertama kali dilaporkan menyerang tanaman jagung di Indonesia pada bulan Maret 2019 di daerah Pasaman Barat, Sumatera Barat. Tidak lama setelah hama ini pertama kali dilaporkan, FAW sudah banyak menginvasi sentra produksi jagung di Indonesia dan pada tahun 2020 sudah ditemukan di hampir seluruh sentra produksi jagung nasional.

 

Morfologi dan Siklus Hidup

FAW adalah serangga yang termasuk golongan Lepidoptera atau ngengat yang memiliki beberapa ciri khusus yang membedakan dari golongan Lepidoptera lainnya. FAW memiliki morfologi yang hampir menyerupai Spodoptera litura tetapi memiliki beberapa perbedaan seperti:

1. Huruf “Y” terbalik di bagian kepala.

2. Memiliki empat titik membentuk segiempat dibagian ekor.

3. Garis tebal seperti pita dibagian samping tubuh.

4. Garis berwarna pucat di bagian badan atas.

 

armyworm-1-650x488-1.jpg

Ulat grayak jagung,

Spodoptera frigiperda (Fall Army Worm)

 

Siklus Hidup

FAW merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna (holometabola) yang terdiri dari telur, larva, pupa dan imago. Imago FAW berupa ngengat yang memiliki bagian depan sayap berwarna coklat atau keperakan dan sayap belakang berwarna keputihan. Ngengat biasanya aktif terbang pada sore – malam hari. Telur FAW diletakkan secara berkelompok dan diselimuti rambut- rambut halus. Telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah kurang lebih 3 hari. Larva yang baru menetas akan bersembunyi di pucuk tanaman dan sangat aktif makan. Stadia larva berlangsung kurang lebih 14 hari dan setelah itu larva akan menjadi pupa. Stadia pupa berlangsung selama kurang lebih 10 hari dan kemudian akan kembali menjadi imago. Seluruh siklus hidup FAW berlangsung kurang lebih selama 30 hari. 

 

Gejala Serangan dan Kerugian

FAW merupakan hama yang sangat merugikan bagi tanaman jagung karena dapat menyerang pucuk, daun dan tongkol. Larva instar 1-4 akan menyerang titik tumbuh tanaman dan akan menyebabkan pucuk tanaman terpotong dan daun berlubang. Larva instar 5-6 dapat menyerang tongkol jagung karena memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Serangan FAW dapat menyebabkan penurunan produksi jagung 21-51% dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen.

 

penggorok jagung.jpg

Daun berlubang terserang FAW

 

Pengendalian

Ulat grayak jagung dapat dikendalikan dengan memadukan beberapa pengendalian seperti pengendalian secara kultur teknis, fisik-mekanis, biologis dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pergiliran tanam, penggunaan tanaman penghalang, sanitasi lahan dan tanaman terserang. Pengendalian secara fisik-mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap cahaya. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yang ada di lapangan. Beberapa musuh alami yang ditemukan di lapangan dan dapat mengendalikan FAW yaitu parasitoid telur Telenomus sp. dan Trichogramma sp., serta parasitoid larva Glyptapanteles creatonoti dan Campoletis chlorideae.

 

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan memanfaatkan insektisida Provide-X 21/45 SC yang berbahan aktif Emmamektin Benzoat + Beta Sipermetrin dengan konsentrasi 1 ml/l. Pengendalian FAW akan lebih efektif jika aplikasi insektisida dilakukan di pucuk tanaman jagung dengan butiran semprot yang kecil dan berkabut karena akan lebih mudah menjangkau hama yang bersembunyi di dalam pucuk tanaman jagung.

 

Provide-X-21-45-SC-100-ml (1).png

Provide-X 21/45 SC

(Emamektin Benzoat 21 g/l + Beta Sipermetrin 45 g/l)

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung. Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian.

 

De Groote H, Kimenju SC, Munyua B, Palmas S, Kassie M, Bruce A. 2020. Spread and impact of fall armyworm (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) in maize production areas of Kenya. Agriculture, Ecosystems and Environment. 292(2020):1-10. doi:10.1016/j.agee.2019.106804.

 

Shylesha AN, Jalali SK, Gupta A, Varshney R, Venkatesan T, Shetty P, Ojha R, Ganiger PC, Navik O, Subaharan K, Bakthavatsalam N, Ballal CR. 2018. Studies on new invasive pest Spodoptera frugiperda (Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) and its natural enemies. Journal of Biological Control. 32(3). doi:10.18311/jbc/2018/21707.

 

Demikian Ulat Grayak Jagung, Mengancam Produksi Jagung Nasional. 

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.

 

 Salam DGW (Sukses Bersama Petani)

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

17 September, 2020

Kentang

Petani Kentang Tanah Karo Akui Keungggulan Nutrisi Tanaman

Kabupaten Tanah Karo, Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah sentra penghasil kentang di Sumatera. Komoditi kentang banya ditanami di daerah ini karena produksi yang tinggi di bawah kondisi iklim daerah tersebut. Hasil produksi kentang Tanah Karo sudah dipasarkan di dalam negeri sampai ke luar negeri yaitu Malaysia dan Singapura (karokab.go.id).

 

Pak Alektra, seorang petani kentang di Kabupaten Tanah Karo bercerita pengalamannya sejak menggunakan paket nutrisi tanaman DGW pada acara Farmers Field Day yang diadakan PT DGW di areal lahan kentang miliknya di Desa Ujung Bandar, Barus Jahe. Beliau bercerita sejak menggunakan nutrisi tanaman DGW dimana produk pertama yang digunakan adalah LEILI 2000 dan ROOTMOST. Kedua produk ini digunakan ketika kentang mulai tumbuh dan keluar tunas (masa vegetatif). Hasil yang didapatkan setelah menggunakan produk tersebut tunas jadi lebih sehat dan akarnya kuat. Ketika memasuki umur 60 hari (masa generatif) nutrisi yang digunakan adalah ASTONISH. ASTONISH digunakan beliau dengan tujuan untuk membesarkan umbi dan menambah bobot umbi kentang tersebut. Beliau menambahkan hasil panen dari kentang yang menggunakan ASTONISH merupakan kentang super karena ukurannya umbinya yang besar dan berat. Kentang super ini akan dapat nilai jual lebih dikarenakan masuk komditas ekspor.

 

Farmers Field Day merupakan kegiatan lapangan rutin yang diadakan dan difasilitasi oleh PT DGW sebagai bentuk pendampingan petani. Kegiatan lapangan ini merupakan kegiatan mengumpulkan petani di suatu lahan dengan tujuan berbagi pengalaman dan transfer teknologi antar petani dan dari ahli-ahli terkait. Acara FFD ini dihadiri oleh lebih dari 50 petani yang datang dari berbagai daerah di tanah Karo. Hadir pula di acara tersebut perangkat desa, tetua adat, dan petugas penyuluh lapangan (PPL) dari beberapa desa sekitar. PPL yang hadir sangat mengapresiasi kegiatan ini karena dapat memberikan ilmu tambahan kepada petani sehingga petani dapat melakukan praktek budidaya yang lebih baik kedepannya.

 

PT DGW yang diwakili oleh Pak Cristian sebagai sales supervisor wilayah Tanah Karo dan sekitarnya menjelaskan secara lengkap mengenai fungsi dan cara penggunaan paket nutrisi tanaman tersebut. Beliau menyampaikan PT DGW mempunyai paket nutrisi lengkap untuk tanaman kentang mulai dari sebelum tanam sampai menjelang panen. Di samping itu PT DGW juga siap untuk mendampingi petani pengguna produk DGW dalam berbudidaya kentang ataupun tanaman-tanaman yang lain. Dengan adanya 3 orang petugas lapangan di Kabupaten Tanah Karo diharapkan pendampingan yang dilakukan ke petani menjadi maksimal.

Berikut cara aplikasi paket lengkap nutrisi tanaman untuk tanaman kentang:

 

1. ROOTMOST dan LEILI 2000

  • Fungsi: memacu pertumbuhan akar dan tunas serta menjaga tanaman tetap sehat.
  • Waktu aplikasi pada tanaman kentang umur 7, 14, 21, dan 30 hari (vegetatif).
  • Konsentrasi ROOTMOST 1 ml/L dan LEILI 2000 2 ml/L

 

rootmost.png

 

leili-2000 (1).png

 

2. ASTONISH

  • Fungsi: memjadikan umbi lebih besar dan berbobot. 
  • Waktu aplikasi pada tanaman kentang umur 60, 65, 70, 75 hari (generatif)
  • Konsentrasi 2 ml/L 

 

ASTONISH 250ml.png

 

Sebelum acara FFD usai, Pak Alektra menyampaikan harapannya sebagai petani kentang di Tanah Karo. Beliau menginginkan petani-petani kentang di Tanah Karo ini lebih maju ke depan dan dapat bersaing dari segi hasil dan teknologi dengan petani kentang di daerah lain. 

 

Demikian Petani Kentang Tanah Karo Akui Keungggulan Nutrisi Tanaman.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada. 

Salam DGW (Sukses Bersama Petani)

 

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

14 September, 2020

Padi

Mengenal 4 Penyebab Hampa Gabah dan Cara Pengendaliannya Pada Tanaman Padi

Halo Sobat Tani, pada kesempatan kali ini kita bakal ngebahas 4 penyebab kenapa tanaman padi kita bisa menghasilkan gabah yang hampa atau kosong. Selain itu tentunya kita bakal memberikan solusi untuk menangani hampa gabah tersebut agar tanaman padi Sobat Tani tetap sehat dan tidak lagi menghasilkan gabah hampa. Yuk cek apa saja penyebabnya!

1. ULAT PENGGEREK BATANG

 

Beluk-scaled.jpg

 

Wah mungkin sobat tani sudah kenal banget sama hama ulat penggerek batang ini. Keberadaan ulat penggerek batang pada tanaman padi dapat menurunkan hasil panen hingga 60% loh. Hal ini dikarenakan ulat penggerek batang akan melubangi bagian pelepah daun dan juga batang padi sehingga tidak adanya aliran nutrisi ke daun dan juga malai padi. Gejala yang ditimbulkan pada fase vegetative berupa sundep sedangkan pada fase generative berupa beluk atau hampa gabah. Gejala hampa gabah ini dicirikan dengan malai padi yang mudah tercabut.

Hama penggerek batang ini memiliki siklus hidup yang sempurna, mulai dari telur, ulat, kepompong dan juga ngengat. Nah oleh karena itu pengendalian ulat penggerek batang, Sobat Tani perlu memperhatikan sasaran yang mau dikendalikan.

Kunci sukses dalam mengatasi hama ulat penggerek batang yaitu dengan melakukan pencegahan munculnya ulat penggerek batang. Sobat tani bisa mengendalikan ngengat dan juga telur hama penggerek batang dengan menggunakan KLENSECT untuk mengendalikan ngengatnya dan DANGKE untuk mengendalikan telur. Nah untuk mengendalikan ulatnya Sobat Tani bisa menggunakan BALISTIC/PENALTY sebagai racun sistemik yang mampu mengendalikan ulat penggerek batang yang bersembunyi di dalam tanaman.

 

2. WALANGSANGIT

 

Leptocorisa-oratorius-Walang-Sangit-scaled.jpg

 

Selain penggerek batang walang sangit pun dapat menyebabkan hampa gabah. Walang sangit akan menghisap isi bulir padi yang sedang mengalami proses pengisian malai, mulai dari tahap pra pembungaan hingga tahap gabah setengah matang sehingga bulir padi menjadi tidak terisi dan hampa. Sehingga hama walang sangit merupakan hama yang menyebabkan kerusakan paling parah selama tahap pengisian bulir.

Walang sangit memiliki bentuk tubuh ramping dan bau yang tidak enak. Biasanya penanaman padi yang tidak serempak dapat mendukung tingginya tingkat populasi walang sangit.

Untuk melakukan mencegah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan oleh walang sangit maka Sobat Tani perlu mengendalikannya nih. Berikut cara pengendaliannya:

1. Melakukan penanaman secara serempak

2. Kendalikan gulma yang dapat dijadikan inang alternatif oleh walang sangit

3. Gunakan jaring untuk menangkap walang sangit

4. Gunakan Insektisida DANGKE secara tepat dan bijak

 

 

3. PATAH LEHER

 

IMG_8495-scaled.jpg

 

Patah leher merupakan penyakit tanaman padi yang disebabkan oleh berkembangnya jamur Pyricularia grisea. Jamur Pyricularia grisea menyerang keseluruhan fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari pesemaian hingga menjelang panen. Pada saat fase vegetatif jamur ini mengakibatkan serangan Blas Daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna kekuningan yang berbentuk belah ketupat . Semakin lama bercak semakin membesar dan berubah warna menjadi kecoklatan. Sedangkan pada fase generatif itu jamur ini menyebabkan patah leher sehingga menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher/patah leher). Cara membedakan antara patah leher dengan beluk yaitu dengan mencabut bagian malai, apabila malai mudah tercabut hampa gabah tersebut disebabkan oleh hama penggerek batang dan apabila tidak mudah dicabut maka disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea.

Beberapa rekomendasi pengendalian di antaranya:

1. Menggunakan benih sehat atau bersertifikat

2. Menyingkirkan sisa tanaman padi dari lahan

3. Mengendalikan gulma-gulma pada lahan

4. Cegah dan kendalikan serangan dengan menggunakan fungisida EXPLORE

 

 

4. BUSUK PELEPAH

 

Rhizoctonia-solani-hawar-pelepah-scaled.jpg

 

Busuk pelepah merupakan penyakit tanaman padi yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Jamur ini mampu bertahan pada sisa-sisa tanaman padi yang mampu menyebabkan serangan pada penanaman berikutnya.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur ini yaitu munculnya bercak-bercak berwarna abu dengan tepi coklat. Pelepah daun yang terserang memperlihatkan pertumbuhan jamur seperti tepung berwarna keputihan pada bagian yang terserang. Kemudian pada saat padi mulai melakukan pengisian malai, jamur ini akan menyebabkan malai padi tidak terisi (hampa) dan menyebabkan perubahan warna pada malai menjadi merah kecoklatan.

Beberapa rekomendasi pengendalian di antaranya:

1. Menggunakan benih sehat atau bersertifikat

2. Menyingkirkan sisa tanaman padi dari lahan

3. Mengendalikan gulma-gulma pada lahan

4. Cegah dan kendalikan serangan dengan menggunakan fungisida EXPLORE

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

15 Agustus, 2020

Hama

Fakta - Fakta Keong Mas, Hama Tanaman Padi dan Cara Pengendaliannya

Keong mas tentunya sudah sangat familiar di masyarakat Indonesia apalagi bagi petani padi. Keong mas atau dibeberapa daerah disebut keong murbei atau siput murbai merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada pertanaman padi. Hama ini banyak menyerang tanaman padi di Asia seperti Malaysia, Filipina, Jepang, Vietnam dan Indonesia. Di Indonesia sendiri hama keong mas sudah menyebar di banyak sentra produksi padi nasional. Kerugian yang dapat disebakan oleh keong mas bisa sangat tinggi. Terutama jika serangan terjadi pada tanaman muda. Jika tanaman padi terserang keong mas perlu dilakukan replanting (penanaman kembali). Tentunya hal tersebut akan sangat merugikan karena selain perlu biaya tambahan untuk penanaman kembali juga petani dirugikan dari segi waktu. Oleh karena itu perlu pemahaman lebih mengenai keong mas sehingga pengendalian yang dilakukan tepat dan kerugian dapat diminimalisir. 

 

map keong

Peta persebaran keong mas di seluruh dunia (Sumber: CABI 2014)

 

Asal Muasal Keong Mas

Keong mas merupakan hewan asli Amerika Selatan yang pada awalnya didatangkan ke Indonesia secara sengaja. Keong mas memang didatangkan dengan sengaja namun tentunya bukan dengan niatan untuk merusak pertanian bangsa ini. Sekitar tahun 1984 - 1986 keong mas didatangkan dari Filipina, Cina, dan Singapura oleh penggemar ikan hias sebagai hiasan akuarium. Kemudian orang – orang tertarik untuk membudidayakan keong mas tanpa tahu potensinya sebagai hama. Telur dan keong mas yang menetas dapat terbawa aliran air atau menempel pada tumbuhan air dan terbawa ke daerah persawahan dan perairan tawar lainnya seperti sungai, rawa, dan danau. Kegiatan manusia yang memanfaatkan keong sebagai pakan ternak (lele, itik) dan sebagai penghias dalam akuarium, membuat keong mas diperdagangkan secara bebas dan berdampak pada sebarannya yang meluas. Sekarang setelah 34-36 tahun didatangan ke Indonesia, keong mas sudah tersebar secara meluas di berbagai habitat seperti rawa-rawa, kolam, saluran irigasi, danau dan sawah. 

 

IMG_6512-1.jpg

Sumber: Dokumentasi Tim Marketing DGW

 

Kemampuan Reprouksi (Berkembang Biak) Yang Tinggi

Keong mas memiliki kemampuan reproduksi yang sangat tinggi. Keong mas betina dapat meletakkan telur sehari setelah kawin. Biasanya keong mas kawin pada malam hari. Seekor keong mas betina dewasa dapat menghasilkan 200-300 butir telur per minggu dan dapat mencapai 8000 butir telur per tahun. Telur keong mas berwarna merah muda dan diletakkan secara berkelompok sekitar 20 cm di atas permukaan air pada batang padi, gulma, dinding beton saluran air atau benda- benda lain yang dapat ditemui di sekitar tempat keong mas berkembang biak. Satu kelompok telur biasanya berisi ratusan telur keong mas. Telur tersebut akan menetas setelah 12-18 hari tergantung kondisi cuaca tempat meletakkan telur. Persentase telur yang menetas juga cukup tinggi yaitu sekitar 80-95%. Siklus hidup dari telur diletakkan, menetas dan kemudian bertelur kembali berlangsung sekitar 60 hari. Selain itu keong mas juga memiliki masa hidup yag cukup lama yaitu dapat bertahan hidup hingga 3 tahun dan dapat melakukan dormansi ketika kondisi kurang menguntungkan.

 

Habitat Dan Pola Distribusi Keong Mas

Keberadaan keong mas di suatu daerah sangat dipengaruhi karakter habitatnya seperti faktor fisik, kimia, dan ketersediaan makanan bagi keong mas di tempat tersebut. Keong mas biasanya ditemukan di lapangan secara berkelompok. Keong mas menyukai tempat yang berlumpur dengan suhu perairan sekitar 24oC sampai 27oC dan pH air sekitar 6.0 – 6.8. Keong mas juga banyak ditemukan di daerah perairan yang didominasi tumbuhan seperti teratai, telepok, eceng gondok dan kangkung air karena keong mas menyukai tempat teduh dengan banyak naungan.

 

Kemampuan Makan Keong Mas

Keong mas merupakan hewan yang sangat polifag atau menyerang banyak jenis tanaman. Keong mas lebih menyukai tumbuhan yang masih muda karena memiliki tekstur yang lebih lunak. Kemampuan makan keong mas juga sangat tinggi. Satu individu keong emas dewasa dapat menghabiskan bibit padi (1 HST) dalam 3-5 menit. Bibit padi yang baru berusia 2 minggu merupakan bibit yang rentan terhadap serangan keong emas dengan kerugian bisa mencapai 73% dalam waktu 48 jam.

 

Pengendalian Keong Mas

Pengendalian keong mas dapat dilakukan dengan memadukan beberapa teknik pengendalian yang biasanya disebut pengendalian hama terpadu. Berikut pengendalian yang keong mas yang dapat diterapkan di lapangan: 

- Pengendalian manual dengan cara mengumpulkan keong satu persatuan

- Pengendalian dengan menggunakan daun sebagai atraktan keong mas seperti daun pepaya. Ketika keong sudah terkumpul pengendalian secara manual akan lebih mudah dilakukan

- Pemasangan batang/ ajir bambu di daerah persawahan dengan tujuan untuk menarik keong meletakkan telur di bambu tersebut. Telur yang diletakkan di ajir bambu tersebut akan lebih mudah dikendalikan

- Menjaga kedalaman air (2-3 cm) setelah tanam untuk mencegah/ mengurangi pergerakan keong mas - Melepasan itik / bebek ke sawah karena merupakan musuh alami bsgi keong mas

- Pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan moluskisida cenderung banyak dilakukan karena lebih efektif dan efeknya akan lebih cepat terlihat sehingga dapat mencegah kerugian yang semakin besar.

 

Anilo-Bestnoid.png

 

Bahan aktif yang dapat dilakukan untuk mengendalikan keong mas yaitu fentin asetat, niklosamida, metaldehida dan saponin. Moluskisida yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan keong mas dilapangan memiliki bahan aktif fentin asetat. Salah satu moluskisida tersebut yaitu BESTNOID 60 WP / ANILO 60 WP dari DGW. 

BESTNOID 60 WP / ANILO 60 WP RAJANYA RACUN KEONG !!!

Sumber:

CABI. 2014. Pomacea canaliculata (golden apple snail). [internet]. Diakses pada 2020 Juni 29. Tersedia pada: https://www.cabi.org/isc/datasheet/68490#toDistributionMaps. Dharmawati S, Widaningsih N, Firahmi N. Biologi keong rawa (Pomacea glauca dan Pomacea canaliculata) di perairan rawa Kalimantan Selatan. Media Sains. 9(1):105-109. Isnaningsih NR. Marwoto RM. 2011. Keong hama Pomacea di Indonesia: karakter morfologi dan sebarannya (Mollusca, Gastropoda: Ampullariidae). Berita Biologi. 10(4):441-447. Marwoto RM, Isnaningsih NR, Joshi RC. 2018. The invasive apple snail (Pomacea spp) in Indonesia. Agriculture for Development. 35 (5): 41-48. Saputra K, Sutriyono, Brata B. 2018. Populasi dan distribusi keong mas (Pomacea canaliculata L.) sebagai sumber pakan ternak pada ekosistem persawahan di Kota Bengkulu. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 13(2):189-201. doi: https://doi.org/10.31186/jspi.id.13.2.189-201.

PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -

28 Juli, 2020