Artikel
Cara Mencampur Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi
Pestisida merupakan zat kimia beracun yang digunakan untuk membasmi hama, gulma dan penyakit tanaman. Dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), biasanya petani menggunakan pestisida sebagai pengaplikasiannya. Hal ini karena, pestisida lebih efektif untuk menjaga lahan pertanian ketimbang cara alami atau manual yang memakan waktu banyak.
Dalam penggunaan pestisida juga tidak boleh sembarangan, karena pestisida mememiliki formulasi yang berbeda-beda pada setiap campurannya. Pengetahuan tentang formulasi sebagai bahan aktif perlu diketahui, agar penggunannya tidak salah. Oleh karena itu, sebelum mengetahui cara mencampur pestisida ada baiknya kita mengenal formulasi pestisida tersebut.
7 Bentuk Formulasi Untuk Campuran Pestisida
Berikut 7 bentuk formulasi untuk campuran pestisida, diantaranya:
1. Granule (GR)
Formulasi GR merupakan formulasi berbentuk butiran padat dengan berbagai bentuk ukuran yang siap pakai. Formulasi ini tidak larut dalam air dan bisa diaplikasikan langsung tanpa perlu dicampur dengan air. Formulasi GR memiliki beberapa kelebihan seperti:
- Siap digunakan tanpa perlu pencampuran
- Bahaya bagi aplikator (orang yang mengaplikasian pestisida) tergolong rendah
- Dapat diaplikasikan dengan mudah dan dapat diaplikasikan bersamaan dengan pupuk
Namun formulasi GR juga memiliki kekurangan seperti:
- Butiran tidak menempel pada dedaunan atau permukaan tidak rata lainnya sehingga umumnya digunaan untuk pestisida yang bersifat sistemik
- Aplikasi secara seragam sulit dilakukan dan dibutuhkan kalibrasi yang cukup sering
2. Water Dispersible Granule (WG)
Formulasi WG merupakan formulasi berbentuk padatan yang dapat diencerkan dengan air dan dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Formulasi WG memiliki beberapa kelebihan seperti:
- Mudah dalam penyimpanan, dan pengaplikasikan - Resiko fitotoksik (gejala keracunan pada tanaman) rendah
- Tidak menimbulkan debu ketika dibuka Namun fomulasi WG memiliki kekurangan seperti: - Perlu pengadukan agak lama ketika diencerkan dengan air
- Harus digunakan secara cepat setelah dicampur air agar tidak terjadi penggumpalan. Salah satu pestisida dengan formulasi WG yaitu Trendy 20 WG (Metil Metsulfuron 20%).
3. Wettable Powder (WP)
Formulasi WP merupakan bentuk formulasi yang cukup populer dalam pestisida, baik insektisida, fungisida, herbisida maupun jenis pestisida lainnya. Formulasi WP biasanya berbentuk tepung yang dapat diaplikasikan dalam bentuk suspensi setelah dicampur dengan air. Formulasi WP memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
- Resiko fitotoksik atau gejala keracunan pada tanaman lebih rendah dibandungkan dengan bentuk formulasi lain
- Kurang diserap oleh air
Namun formulasi WP juga memiliki kelemahan seperti:
- Menimbulkan debu ketika dituangkan
- Bersifat abrasif
- Dapat meninggalkan residu yang tampak pada bidang sasaran
Petisida dalam bentuk formulasi WP diantaranya:
- Dangke 40 WP (Metomil 40%)
- Delouse 25 WP (Imidakloprid 25%)
- Dense 70 WP (Metil Tiofanat 70%)
- Benlox 50 WP (Benomil 50%)
- Cozeb 80 WP (Mankozeb 80%)
- Procure 20 WP (Simoksanil 20%)
- Ventra 75 WP (Klorotalonil 75%)
- Bestnoid 60 WP (Fentin Asetat 60%)
4. Soluble Powder (SP)
Formulasi SP merupakan formulasi yang dapat diaplikasikan dalam bentuk larutan setelah dicampur dengan air. Larutan yang terbentuk bisa dikatakan sebagai larutan bahan aktif ‘sejati’ namun biasanya ada bahan campuran yang tidak dapat larut dalam air. Dimana formulasi SP memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir sama dengan formulasi WP yaitu:
- Kurang diserap oleh air
- Bersifat abrasif
- Menimbulkan debu ketika dituangkan
- Resiko fitotoksik atau gejala keracunan pada tanaman lebih rendah
Pestisida yang menggunakan bentuk formulasi SP yaitu Manthene 75 SP (Asefat 75%).
5. Suspension Concentrate (SC)
Formulasi SC merupakan salah satu bentuk formulasi pestisida cair yang banyak digunakan oleh petani. Formulasi SC merupakan formulasi yang berbentuk suspensi bahan aktif yang stabil dengan air sebagai cairan. Formulasi SC harus diencerkan dengan air sebelum digunakan, lalu perlu dikocok terlebih dahulu sebelum ditakar dan dicampur dengan air.
Jenis pestisida yang menggunakan bentuk formulasi SC diantaranya:
- Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l)
- Provide-X 21/45 SC (Emamektin Benzoat 21 g/l + Beta Sipermetrin 45 g/l)
- Corona 325 SC (Azoksistrobin 200 g/l + Difenokonazol 125 g/l)
- Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l)
- Venator 550 SC (Mesotrion 50 g/l + Atrazin 500 g/l)
- Avatar 400 SC (Sodium Bispiribak 400 g/l)
6. Soluble Liquid (SL)
Formulasi SL merupakan formulasi yang berbentuk cairan yang dapat diaplikasikan dalam bentuk larutan bahan aktif setelah diencerkan dengan air. Cairan tersebut mungkin mengandung bahan formulasi yang tidak larut dalam air. Hal ini karena sifatnya yang terlalu padat.
Beberapa jenis pestisida yang menggunakan bentuk formulasi ini diantaranya:
- Supremo 480 SL (IPA Glifosat 480 g/l)
- Supretox 276 SL (Paraquat Diklorida 276 g/l)
- Abolisi 865 SL (2,4-D Dimetil Amina 865 g/l)
- Inteam 150 SL (Amonium Glufosinat 150 g/l)
7. Emulsifiable Concentrate (EC)
Formulasi EC merupakan bentuk formulasi yang paling banyak digunakan untuk insektisida. Formulasi EC berbentuk cairan homogen yang dapat diaplikasikan dalam bentuk emulsi, setelah dicampur dengan air. Formulasi EC memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
- Dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan, kocor, fogging, dan pencelupan
- Memerlukan sedikit pengadukan ketika akan diaplikasikan
- Tidak meninggalkan residu yang tampak pada bidang sasaran
Namun formulasi EC memiliki kelemahan seperti:
- Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan overdosis sehingga dapat menimbulkan gejara toksik (keracunan) pada tanaman
- Mudah diserap kulit manusia
- Dapat menyebabkan korosif pada tangki sprayer jika penggunaan kurang tepat
Pestisida yang menggunakan formulasi EC yaitu:
- Chlormite 400 EC (Klorpirifos 400 g/l)
- Demolish 18 EC (Abamektin 18 g/l)
- Klensect 200 EC (Permetrin 200 g/l)
- Rahwana 500 EC (BPMC 500 g/l)
- Capture 100 EC (Sipermetrin 100 g/l)
Cara Mencampur Pestisida Dengan Urutan WALES
Dalam mencampur pestisida, salah cara yang sering digunakan yaitu WALES. Urutan ini dipakai untuk mencampur pestisida dalam 1 kali aplikasi. Urutan ini sesuai dengan formulasi yang disebutkan di atas yaitu WP, Agitaion (aduk), (WG), SL / SC / EC, dan nutrisi atau perekat.
W – pestisida berformula WP atau sejenisnya
A – agitation (aduk-aduk rata)
L – salah satu pestisida berformula seperti (WG) Water Dispersible Granule
E – salah satu pestisida berformula SL / SC / EC
S – nutrisi atau perekat
Campuran ini sebaiknya diurutkan dari bentuk formulasi yang paling susah larut seperti Water Dispersible Granule (WG), Wettable Powder (WP) / Soluble Powder (SP), Soluble Liquid (SL), Suspension Concentrate (SC), Emulsifiable Concentrate(EC), Nutrisi atau Perekat. Kemudian uji kompatibilitas terlebih dahulu dengan cara mencampurkan antara formulasi dengan masing-masing 2 – 5 ml dan 5 – 10 ml air. Apabila saat campuran pestisida tersebut tidak ada perubahan, maka formulasi tersebut sudah sempurna.
Itulah cara mencampur pestisida. Perlu diperhatikan, jika Anda ingin menambahkan nutrisi serta perekat pada campuran pestisida tersebut, Anda bisa menambahkannya setelah semua pestisida tercampur dengan baik. Hal ini untuk mencegah berkurangnya kualitas daripada kandungan pestisida tersebut. Kemudian untuk hasilnya Anda bisa mencoba terlebih dahulu untuk beberapa jenis tanaman.
Demikian Cara Mencampur Pestisida Berdasarkan Bentuk Formulasi.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
25 Januari, 2021
Cara Mengendalikan Hama dan Penyakit pada Tanaman Mangga
Manggaa mangga..
Mangganya bu..
Mangganya pak..
Terdengar suara pedagang buah menawarkan dagangannya, yups buah mangga pasti ga asing lagi nih di kalangan masyarakat apa itu buah mangga. Buah mangga termasuk salah satu buah yang paling digemari rasanya. Buah mangga juga bisa dikelola untuk berbagai macam hal mulai dari jus, selai, es krim sirup atau pun makanan lainnya. Nah untuk mnedapatkan buah mangga yang maksimal dari pohonnya salah satu kendala yang mesti dihadapi petani yaitu hama dan penyakit. Oleh karena itu yuk simak cara mengendalikan hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman mangga.
HAMA
1. Wereng Mangga: Idiocerus niveosparsus Leth
Wereng merupakan hama pada tanaman mangga yang menyerang dengan menghisap cairan tanaman melalui bunga, daun, dan juga buah. Daun atau buah mangga yang terserang akan menjadi coklat dan mengering. Bunga muda akan gagal tumbuh sehingga mempengaruhi bentuk dan perkembangan buah. Wereng mangga juga meletakkan telurnya ke dalam daun dan batang pohon yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tanaman.
2. Penggerek Batang Mangga: Rhytidodera integra
Penggerek batang mangga memiliki gejala serangan sebagai berikut penggerek batang akan melubangi bagian cabang batang mangga dan mengeluarkan kotoran menyerupai serbuk gergaji, kemudian cabang yang menunjukkan gejala tadi akan mengering dan mati. Selanjutnya penggerek menuju kebagian tanaman yang masih hidup yaitu batang utama sehingga pada batang utama akan timbul lubang- lubang yang disertai dengan keluarnya kotoran dan pada serangan lanjut seluruh tanaman akan mati.
PENYAKIT
1. Penyakit Bercak Daun: Stigmina mangiferae
Penyakit bercak daun mangga memiliki gejala serangan berupa munculnya bercak-bercak kecil bulat atau bersudut berwarna hitam kecoklatan, dikelilingi warna kuning pudar yang terlihat jelas. Bercak-bercak tersebut dapat menyatu dan terlihat lebih besar. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Stigmina mangiferae.
Pengendalian : Procure 20 WP (Simoksanil 20%), 1.5 g/l *Registered
Explore 250 EC (Difenokonazol 250 g/l), 2 ml/l *Registered
Explore MAX 250 EC (Difenokonazol 250 g/l), 2 ml/l *Registered
Dense 70 WP (Metil Tiofanat 70%), 2 g/l *Registered
Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l), 2 ml/l *Registered
Ventra 75 WP (Klorotalonil 75%), 2 g/l *Registered
Cozeb 80 WP (Mancozeb 80%), 2 g/l *Registered **
2. Penyakit Antraknosa: Colletotrichum gloeosporioides
Penyakit antraknosa penyakit yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides dan dapat muncul di daun, tangkai daun dan juga buah pada tanaman mangga. Gejala pada daun berupa bintik-bintik berwarna abu-abu hingga coklat dengan pinggir lebih gelap dan lingkaran kuning di sekelilingnya. Sedangkan pada buah bintik kecil akan muncul pada bagian kulit buah dan membentuk luka bulat berwarna coklat gelap terlihat berair atau membengkak. Buah mangga juga cenderung jatuh sebelum waktunya.
Pengendalian : Corona 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l), 1-2 ml/l *Registered
Corona Prima 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l), 1-2 ml/l *Registered
Explore 250 EC (Difenokonazol 250 g/l), 2 ml/l *Registered
Explore MAX 250 EC (Difenokonazol 250 g/l), 2 ml/l *Registered
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
18 Januari, 2021
Mengenal Hama dan Penyakit pada Tanaman Kacang Hijau dan Cara Pengendaliannya
Salam sehat sobat tani, sobat tani tau kah kamu tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman yang banyak di tanam di Indonesia. Kacang hijau sering digunakan sebagai olahan makanan atau minuman loh. Oleh karena itu supaya sobat tani mampu menghasilkan kacang hijau yang berlimpah dan berkualitas sobat tani mesti mengenal cara pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang hijau loh, yuk simak hama dan penyakit apa saja yang menyerang.
HAMA
1. Lalat Bibit (Ophiomyia phaseoli)
Lalat bibit merupakan salah satu hama paling merusak tanaman kacang hijau, dalam beberapa kasus hama ini dapat menimbulkan kerugian 30-50%. Baik lalat dewasa maupun larva dapat menyebabkan kerusakan pada bibit. Lalat dewasa melubangi daun muda dan meletakkan telurnya di dekat tangkai daun. Sedangkan larva makan melalui batang dan tangkai daun yang kemudian menimbulkan kerusakan berupa bintik pada daun, garis-garis melengkung berwarna perak pada tangkai daun kemudian berubah menjadi gelap, dan daun kering dan rontok.
Pengendalian : Dangke 40 WP (Metomil 40%)
Delouse 25 WP (Imidacloprid 25%)
Manthene 75 SP (Asefat 75%)
Foltus 400 SC (Dimehipo 400 g/l)
2. Thrips (Thrips sp.)
Thrips merupakan hama yang menyerang tanaman dengan cara menghisap tanaman dan menghasilkan bercak-bercak perak kecil di sisi atas daun. Thrips banyak ditemukan secara berkelompok pada bagian bawah daun. Daun tanaman yang terserang berwarna kuning, layu, cacat dan mengerut. Selain itu thrips juga sebagai vektor untuk berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus.
Pengendalian : Dangke 40 WP (Metomil 40%)
Penalty 50 SC (Fipronil 50 g/l)
Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l)
Demolish 18 EC (Abamectin 18 g/l)
3. Penghisap Polong Kacang Hijau (Riptortus linearis)
Hama penghisap polong kacang hijau dengan nama latin Riptortus linearis merupakan hama yang perlu diwaspadai karena mampu menyebabkan kehilangan hasil hingga 79%. Kerusakan yang disebabkan hama ini yaitu menyebabkan polong kempis, kriput, dan meninggalkan lubang pada polong sehinnga menyebabkan menurunkan hasil panen.
Pengendalian : Dangke 40 WP (Metomil 40%)
Penalty 50 SC (Fipronil 50 g/l)
Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l)
4. Penghisap Daun (Empoasca)
Hama penghisap daun biasa disebut juga sebagai wereng. Hama ini dapat menurunkan hasil 30-40% bagi tanaman kacang hijau. Hama ini akan menghisap bagian bawah daun tanaman sehingga menimbulkan gejala kerusakan berupa daun menjadi kuning, menyebabkan daun melengkung ke bawah dan akhirnya menjadi gugur. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan menyebabkan kehilangan hasil.
Pengendalian : Dangke 40 WP (Metomil 40%)
Delouse 200 SL (Imidacloprid 200 g/l)
Penalty 50 SC (Fipronil 50 g/l)
Balistic 50 SC (Fipronil 50 g/l)
PENYAKIT
1. Bercak Daun (Cercospora canescens)
Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora canescens. Jamur ini dapat terbawa oleh benih dan dapat bertahan hidup selama lebih dari 2 tahun pada sisa-sisa tanaman. Gejala serangan terdapat bercak-bercak coklat dengan warna putih di tengah bentuk menyerupai mata ikan. Jamur ini pun dapat mengakibatkan kerugian hingga 100%
Pengendalian : Explore 250 EC (Difenokonazol 250 g/l)
Explore MAX 250 EC (Difenokonazol 250 g/l)
Corona 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l)
Corona Prima 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l)
2. Karat Daun (Phakopsora phachyrhizi)
Karat daun merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Phakopsora phachyrhizi. Infeksi berawal dari bagian bawah tanaman dan selanjutnya menyebar ke atas terutama daun muda. Gejala awal muncul di sekitar tahap pembungaan dalam bentuk bintik-bintik kecil merah bata pada bagian bawah daun dan akhirnya menyebar lebih banyak dengan bintik-bintik coklat dikelilingi kekuningan
Pengendalian : Corona 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l)
Corona Prima 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l)
Dense 520 SC (Metil Tiofanat 520 g/l)
3. Busuk Pangkal Batang (Sclerotium rolfsii)
Busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur yang ditularkan melalui tanah. Jamur ini dapat bertahan dalam waktu lama pada sisa-sisa tanaman. Gejala yang ditimbulkan karena jamur ini yaitu munculnya bercak-bercak basah pada daun, buah dan tangkai daun. Ketika membesar, daerah yang terserang akan tertutupi oleh hifa jamur (seperti kapas putih) pada tahap selanjutnya menyebar dan muncul struktur yang menyerupai kutil berwarna abu-abu kehitaman. Kemudian jamur akan mengelilingi batang dan bagian atas tanaman sehingga tanaman menjadi layu dan mati.
Pengendalian : Corona 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l)
Corona Prima 325 SC (Difenokonazol 125 g/l + Azoxistrobin 200 g/l)
Benlox 50 WP (Benomil 50%)
Setelah mengetahui hama dan penyakit tanaman kacang hijau ini semoga sobat tani yang menanam kacang hijau menjadi lebih tau yaa dan untuk mendapatkan arahan pengendalian hama dan penyakit tersebut bisa langsung hubungi petugas DGW setempat yaa sobat tani.
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
04 Januari, 2021
6 Tepat Penggunaan Pestisida Pertanian
Pestisida pertanian? Pada umumnya, dalam pemakaian pestisida haruslah berdasarkan prinsip pengendalian hama terpadu. Pengaplikasian pestisida ini dilakukan dengan teknik 6 yang dirasa tepat dalam penggunaan pestisida pertanian. Hal ini bertujuan agar, terhindar dari kerugian ekonomi maupun kerusakan ekosistem.
Dalam penerapannya, harus di dasarkan dengan pengalaman yang baik akan terhadap pertanian. Bisa dengan belajar dari ahlinya atau melihat tutorial yang diberikan oleh komunitas petani Indonesia. Oleh karena itu, pahami cara penggunaan pestisida pertanian tersebut.
6 Tepat Penggunaan Pestisida Pertanian
1. Tepat Sasaran
Sebelum sobat tani membeli pestisida, terlebih dahulu kita harus mengenal sasaran yang akan kita kendalikan. Caranya amati gejala dan tanda serangan yang ada pada tanaman. Kemudian tentukan sasaran yang akan sobat tani kendalikan. Sasaran yang akan dikendalikan bisa berupa serangga, akarina, jamur, bakteri, gulma dan lain-lain. Selain dari tepat OPT nya tepat sasaran juga diacukan pada jenis tanaman, tanaman tahunan, tanaman sayuran, tanaman pangan, tanaman semusim dan jenis tanaman lainnya.
2. Tepat Jenis
Setelah mengetahui jenis sasaran, hal yang harus kita lakukan yaitu menentukan jenis pestisida yang akan kita gunakan sesuai dengan sasaran. Berikut 10 jenis pestisida yang umum beredar berdasarkan sasarannya:
PESTISIDA | TARGET SASARAN | CONTOH |
BAKTERISIDA | Mengendalikan Bakteri | BENLOX 50 WP |
AKARISIDA | Mengendalikan Akarina | DEMOLISH 18 EC |
FUNGISIDA | Mengendalikan Cendawan/Jamur | CORONA 325 EC |
HERBISIDA | Mengendalikan Gulma | SUPREMO 480 SL |
INSEKTISIDA | Mengendalikan Serangga | CHLORMITE 400 EC |
MOLUSKISIDA | Mengendalikan Keong/Siput | BESTNOID 60 WP |
ATRAKTAN | Menarik Hama | Metil Eugenol |
REPELLENT | Menolak/Mengusir Hama | KLENSECT 200 EC |
RODENTISIDA | Mengendalikan Tikus | XILAW RMB |
TERMITISIDA | Mengendalikan Rayap | PENALTY 50 SC |
Nah selain itu, semua jenis pestisida tidak selalu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar tepat jenis pestisida yang digunakan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman dianjurkan membaca Informasi tersebut pada label atau kemasan pestisida.
3. Tepat Kualitas
Hal yang terpenting dalam menentukan suatu pestisida yaitu kualitas pestisida itu sendiri. Terkadang kita sering menemukan suatu pestisida yang memiliki bahan aktif yang sama tetapi kualitas berbeda. Pestisida yang memiliki kualitas baik di antaranya
1. Terdapat no pendaftaran pestisida
2. Terdapat tanggal produksi dan juga kadaluarsa pestisida
3. Terdapat label petunjuk penggunaan
4. Terdapat petugas lapangan yang akan membina dan juga bertanggung jawab terhadap produk tersebut
Kualitas pestisida yang kurang baik dapat menyebabkan kekebalan atau resistensi suatu organisme pengganggu tanaman. Oleh karena itu PT. Dharma Guna Wibawa menjamin kualitas semua produk pestisida yang akan digunakan petani untuk kesejahteraan petani Indonesia.
4. Tepat Waktu
Waktu penggunaan pestisida harus dilakukan secara tepat. Pengaplikasian pestisida umumnya baik dilakukan ketika suhu lingkungan tidak begitu panas, angin tidak begitu besar dan pengaplikasian dapat dilakukan dengan perkiraan tidak turun hujan 2 jam setelah aplikasi. Hal ini bertujuan untuk mengefisienkan penggunaan pestisida ini agar tidak banyak terbuang.
5. Tepat Takaran
Baik dosis atau pun konsentrasi penggunaan pestisida harus dilakukan secara tepat sesuai dengan rekomendasi anjuran yang ada pada label kemasan. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida. Dosis yang berlebihan dapat meninggalkan residu pada hasil panen dan membahayakan bagi konsumen. Sedangkan dosis yang rendah akan mengurangi hasil efikasi dan menyebabkan terjadinya resistensi pada sasaran.
6. Tepat Cara Aplikasi
Pada umumnya pengaplikasian pestisida dilakukan dengan cara disemprot. Namun diketahui bahwa tidak semua jenis organisme pengganggu tanaman dapat dikendalikan dengan cara disemprot, untuk beberapa jenis organisme tanaman tertentu aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan cara dikocor, seed treatment, fogging, pengolesan, penaburan, umpan dan lainnya.
Kesimpulan
Itulah 6 hal tepat dalam penggunaan pestisida pertanian, sekiranya dapat membantu Anda dalam melakukan pengendalian hama terhadap tanaman. Hal ini dapat mencegah hama hinggap di tanaman, sehingga hasil panen menjadi lebih meningkat.
Selain cara pengaplikasian pestisida, Anda haru tahu urutan campuran pestisida yang sukar larut hingga bahan pembawa yang mudah larut. Urutan ini bisa dimulai dari pestisida berbentuk granul, tepung, formulasi SC, formulasi SL, formulasi EC, nutrisi dan perekat.
Demikian 6 Tepat Penggunaan Pestisida Pertanian.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
11 November, 2020
Mengenal Berbagai Varietas Unggul Tanaman Padi
Hallo Sobat Tani, kali ini kita akan membahas berbagai jenis varietas unggul tanaman padi. Mungkin Sobat Tani sudah cukup familiar dengan beberapa jenis varietas yang akan kita bahas kali ini dan menjadi salah satu yang menananmnya. Mungkin salah satu varietas yang akan kita bahas merupakan sumber dari nasi yang setiap hari ada di meja makan Sobat Tani.
Bagi petani, mengenal berbagai jenis varietas tanaman merupakan salah satu keharusan jika ingin sukses dalam melakukan budidaya. Mengapa demikian? Dengan mengenal berbagai jenis varietas kita dapat menentukan varietas mana yang akan kita tanam yang tentunya sesuai dengan kondisi lahan, lingkungan dan tentunya hasil panen yang sesuai harapan serta dapat diterima pasar.
Setiap jenis tanaman pada dasarnya memiliki beragam jenis varietas karena keberagaman genetik yang terbentuk secara alami dan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, para ahli berhasil menciptakan varietas baru yang unggul dan sesuai dengan kebutuhan. Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama, tahan terhadap penyakit, toleran terhadap cekaman lingkugan, mutu produksi baik, dan atau sifat – sifat lainnya serta telah dilepas oleh pemerintah.
Oke langsung saja kita bahas beberapa jenis varietas unggul yang sering dibudidayakan oleh petani padi di Indonesia.
1. IR-64
Varietas IR-64 merupakan yang dilepas pada tahun 1986 dan menjadi salah satu varietas tanaman padi yang paling populer dan banyak dibudidayakan secara luas oleh petani padi Indonesia serta digemari oleh konsumen. Varietas IR-64 memiliki umur tanaman 110 – 120 hari dan tahan terhadap wereng batang coklat (WBC) biotipe 1, biotipe 2 dan agak tahan terhadap WBC biotipe 3. Varietas ini memiliki produktivitas sekitar 5 – 6 ton/ ha gabah kering giling (GKG) serta memiliki tekstur nasi pulen. Apakah Sobat Tani merupakan salah satu petani yang menanam varietas IR-64?
Sumber: litbang.pertanian.go.id
2. Ciherang
Varietas Ciherang juga merupakan salah satu jenis varietas tanaman padi yang cukup populer di Indonesia. Varietas Ciherang memiliki umur tanaman 116 – 125 hari dan tahan terhadap WBC biotipe 2, agak tahan terhadap WBC biotipe 3 dan tahan terhadap hawar daun bakteri (HDB) atau biasa disebut penyakit kresek. Varietas Ciherang memiliki produktivitas sekitar 6 – 8,5 ton/ ha GKG serta memiliki tekstur nasi pulen.
Sumber: republika.co.id
3. Mekongga
Varietas Mekongga merupakan salah satu varietas yang cukup banyak dikenal dan menjadi salah satu varietas yang direkomendasikan oleh pemerintah. Varietas Mekongga memiliki umur tanaman 116 – 125 hari dan agak tahan terhadap WBC biotipe 2 dan biotipe 3, agak tahan terhadap HDB strain IV. Varietas Mekongga memiliki produktivitas sekitar 6 – 8,4 ton/ ha GKG serta memiliki tekstur nasi pulen.
4. Ciliwung
Varietas Ciliwung merupakan varietas yang tahan terhadap beberapa jenis organisme pengganggu tanaman (OPT). Varietas Ciliwung memiliki umur tanaman 117 – 125 hari dan tahan terhadap WBC biotipe 1, biotipe 2, tahan terhadap wereng hijau (WH), tahan ganjur serta tahan terhadap tungro dan HDB. Varietas Ciliwung memiliki produktivitas sekitar 5 – 6,5 ton/ ha GKG serta memiliki tekstur nasi pulen.
5. Cibogo
Varietas Cibogo memiliki umur tanaman 107 – 125 hari dan agak tahan terhadap WBC biotipe 1, agak peka terhadap WBC biotipe 2, dan biotipe 3. Varietas Cibogo memiliki produktivitas sekitar 7 – 8 ton/ ha GKG dan memiliki tekstur nasi pulen.
6. Cigeulis
Varietas Cigeulis memiliki umur tanaman 115 – 125 hari dan tahan terhadap WBC biotipe 2, biotipe 3 dan tahan terhadap HDB strain IV. Varietas Cigeulis memiliki produktivitas sekitar 5 – 8 ton/ ha GKG dan memiliki tekstur nasi pulen.
7. Bundoyudo
Varietas Bundoyudo memiliki umur tanaman 110 – 120 hari dan tahan terhadap WBC dan tungro. Varietas Bundoyudo memiliki produktivitas sekitar 6 – 8,4 ton/ ha GKG dan memiliki tekstur nasi pulen.
8. Batang Gadis
Varietas Batang Gadis memiliki umur tanaman 97 – 120 hari dan tahan terhadap penyakit blas daun dan blas leher malai. Varietas Batang Gadis memiliki produktivitas sekitar 6 – 7,6 ton/ ha GKG dan memiliki tekstur nasi pera.
Sumber: berassawahlega.blogspot.com
9. Inpari 31
Varietas Inpari 31 merupakan varietas yang dilepas pada tahun 2013 dan dianjurkan untuk lahan dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 mdpl. Varietas Inpari 31 memiliki umur tanaman 112 hari dan tahan terhadap WBC biotipe 1, biotipe 2, biotipe 3, tahan HDB strain III, agak tahan HDB strain IV dan VIII, tahan penyakit blas dan tahan tungro ras Lanrang.
Sumber: republikpadi.blogspot.com
10. Inpari 32
Varietas Inpari 32 merupakan varietas yang mirip dengan Inpari 31 yang juga dilepas pada tahun 2013 serta dianjurkan untuk lahan dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 mdpl. Varietas Inpari 32 memiliki umur tanaman 120 hari dan tahan terhadap HDB strain III, agak tahan HDB strain IV dan VIII, tahan penyakit blas dan agak tahan tungro ras Lanrang.
Gimana Sobat Tani? Apakah Sobat Tani sudah mengenal semua jenis varietas tersebut? Varietas mana yang sudah pernah Sobat Tani tanam? Silahkan bagikan pengalaman Sobat Tani di kolom komentar dibawah. Jangan lupa untuk terus belajar dan berbagi pengalaman.
Demikian Mengenal Berbagai Varietas Unggul Tanaman Padi.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.
Salam DGW (Sukses Bersama Petani)
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
04 Oktober, 2020
Ulat Grayak Jagung, Mengancam Produksi Jagung Nasional
Jagung merupakan komoditas yang sangat populer dan hampir seluruh masyarakat mengenal tanaman jagung. Jagung adalah salah satu tanaman pangan terpenting di dunia setelah padi dan gandum. Berbagai negara di dunia menjadikan jagung sebagai sumber karbodidrat utama seperti di Amerika Tengah dan Selatan. Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif. Begitu juga di Indonesia, jagung menjadi salah satu alternatif sumber pangan dalam upaya mendorong diversifikasi pangan serta sebagai bahan baku pakan ternak.
Di Indonesia, jagung menjadi salah satu komoditas yang cukup strategis. Jagung banyak digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dipenuhi dari produksi nasional dan impor jagung karena kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi jagung nasional (Kementan 2016).
Peningkatan produksi jagung nasional terus diupayakan oleh pemerintah tiap tahunnya. Namun, upaya peningkatan produksi jagung nasional tersebut bukan tanpa hambatan. Banyak hambatan dalam upaya meningkatkan produksi jagung nasional. Selain keterabatasan dalam peningkatan luas lahan dan peningkatan produktivitas jagung. Salah satu hal yang dapat menurunkan produktivitas tanaman jagung yaiitu adanya kendala dalam budidaya tanaman seperti adanya serangan hama dan penyakit yang setiap tahun selalu menjadi kekhawatiran petani. Bahkan pada tahun 2019 ditemukan hama baru di Indonesia yang sangat berpotensi dalam menurunkan produksi padi nasional.
Hama Baru Tanaman Jagung di Indonesia
Awal tahun 2019, beberapa peneliti melaporkan ditemukannya hama baru tanaman jagung di daerah Pasaman Barat, Sumatera Barat. Hama baru tersebut adalah ulat grayak jagung Spodoptera frugiperda atau biasa disebut dengan Fall Army Worm (FAW). Hama FAW bisa dikategorikan sebagai invasive alien spesies karena merupakan spesies baru yang berasal dari luar Indonesia dan menyebar dengan cepat dan luas sehingga menimbulkan kerugian yang cukup serius.
FAW merupakan hama yang diduga berasal dari daerah Amerika Selatan dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia. FAW kemudian ditemukan menginvasi daerah Afrika pada tahun 2016 dan outbreak di daerah India pada tahun 2018. Tahun 2019 FAW ditemukan di Bangladesh, China, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Hama ini pertama kali dilaporkan menyerang tanaman jagung di Indonesia pada bulan Maret 2019 di daerah Pasaman Barat, Sumatera Barat. Tidak lama setelah hama ini pertama kali dilaporkan, FAW sudah banyak menginvasi sentra produksi jagung di Indonesia dan pada tahun 2020 sudah ditemukan di hampir seluruh sentra produksi jagung nasional.
Morfologi dan Siklus Hidup
FAW adalah serangga yang termasuk golongan Lepidoptera atau ngengat yang memiliki beberapa ciri khusus yang membedakan dari golongan Lepidoptera lainnya. FAW memiliki morfologi yang hampir menyerupai Spodoptera litura tetapi memiliki beberapa perbedaan seperti:
1. Huruf “Y” terbalik di bagian kepala.
2. Memiliki empat titik membentuk segiempat dibagian ekor.
3. Garis tebal seperti pita dibagian samping tubuh.
4. Garis berwarna pucat di bagian badan atas.
Ulat grayak jagung,
Spodoptera frigiperda (Fall Army Worm)
Siklus Hidup
FAW merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna (holometabola) yang terdiri dari telur, larva, pupa dan imago. Imago FAW berupa ngengat yang memiliki bagian depan sayap berwarna coklat atau keperakan dan sayap belakang berwarna keputihan. Ngengat biasanya aktif terbang pada sore – malam hari. Telur FAW diletakkan secara berkelompok dan diselimuti rambut- rambut halus. Telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah kurang lebih 3 hari. Larva yang baru menetas akan bersembunyi di pucuk tanaman dan sangat aktif makan. Stadia larva berlangsung kurang lebih 14 hari dan setelah itu larva akan menjadi pupa. Stadia pupa berlangsung selama kurang lebih 10 hari dan kemudian akan kembali menjadi imago. Seluruh siklus hidup FAW berlangsung kurang lebih selama 30 hari.
Gejala Serangan dan Kerugian
FAW merupakan hama yang sangat merugikan bagi tanaman jagung karena dapat menyerang pucuk, daun dan tongkol. Larva instar 1-4 akan menyerang titik tumbuh tanaman dan akan menyebabkan pucuk tanaman terpotong dan daun berlubang. Larva instar 5-6 dapat menyerang tongkol jagung karena memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Serangan FAW dapat menyebabkan penurunan produksi jagung 21-51% dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen.
Daun berlubang terserang FAW
Pengendalian
Ulat grayak jagung dapat dikendalikan dengan memadukan beberapa pengendalian seperti pengendalian secara kultur teknis, fisik-mekanis, biologis dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pergiliran tanam, penggunaan tanaman penghalang, sanitasi lahan dan tanaman terserang. Pengendalian secara fisik-mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap cahaya. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami yang ada di lapangan. Beberapa musuh alami yang ditemukan di lapangan dan dapat mengendalikan FAW yaitu parasitoid telur Telenomus sp. dan Trichogramma sp., serta parasitoid larva Glyptapanteles creatonoti dan Campoletis chlorideae.
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan memanfaatkan insektisida Provide-X 21/45 SC yang berbahan aktif Emmamektin Benzoat + Beta Sipermetrin dengan konsentrasi 1 ml/l. Pengendalian FAW akan lebih efektif jika aplikasi insektisida dilakukan di pucuk tanaman jagung dengan butiran semprot yang kecil dan berkabut karena akan lebih mudah menjangkau hama yang bersembunyi di dalam pucuk tanaman jagung.
Provide-X 21/45 SC
(Emamektin Benzoat 21 g/l + Beta Sipermetrin 45 g/l)
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung. Jakarta (ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian.
De Groote H, Kimenju SC, Munyua B, Palmas S, Kassie M, Bruce A. 2020. Spread and impact of fall armyworm (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) in maize production areas of Kenya. Agriculture, Ecosystems and Environment. 292(2020):1-10. doi:10.1016/j.agee.2019.106804.
Shylesha AN, Jalali SK, Gupta A, Varshney R, Venkatesan T, Shetty P, Ojha R, Ganiger PC, Navik O, Subaharan K, Bakthavatsalam N, Ballal CR. 2018. Studies on new invasive pest Spodoptera frugiperda (Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) and its natural enemies. Journal of Biological Control. 32(3). doi:10.18311/jbc/2018/21707.
Demikian Ulat Grayak Jagung, Mengancam Produksi Jagung Nasional.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.
Salam DGW (Sukses Bersama Petani)
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
17 September, 2020
Petani Kentang Tanah Karo Akui Keungggulan Nutrisi Tanaman
Kabupaten Tanah Karo, Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah sentra penghasil kentang di Sumatera. Komoditi kentang banya ditanami di daerah ini karena produksi yang tinggi di bawah kondisi iklim daerah tersebut. Hasil produksi kentang Tanah Karo sudah dipasarkan di dalam negeri sampai ke luar negeri yaitu Malaysia dan Singapura (karokab.go.id).
Pak Alektra, seorang petani kentang di Kabupaten Tanah Karo bercerita pengalamannya sejak menggunakan paket nutrisi tanaman DGW pada acara Farmers Field Day yang diadakan PT DGW di areal lahan kentang miliknya di Desa Ujung Bandar, Barus Jahe. Beliau bercerita sejak menggunakan nutrisi tanaman DGW dimana produk pertama yang digunakan adalah LEILI 2000 dan ROOTMOST. Kedua produk ini digunakan ketika kentang mulai tumbuh dan keluar tunas (masa vegetatif). Hasil yang didapatkan setelah menggunakan produk tersebut tunas jadi lebih sehat dan akarnya kuat. Ketika memasuki umur 60 hari (masa generatif) nutrisi yang digunakan adalah ASTONISH. ASTONISH digunakan beliau dengan tujuan untuk membesarkan umbi dan menambah bobot umbi kentang tersebut. Beliau menambahkan hasil panen dari kentang yang menggunakan ASTONISH merupakan kentang super karena ukurannya umbinya yang besar dan berat. Kentang super ini akan dapat nilai jual lebih dikarenakan masuk komditas ekspor.
Farmers Field Day merupakan kegiatan lapangan rutin yang diadakan dan difasilitasi oleh PT DGW sebagai bentuk pendampingan petani. Kegiatan lapangan ini merupakan kegiatan mengumpulkan petani di suatu lahan dengan tujuan berbagi pengalaman dan transfer teknologi antar petani dan dari ahli-ahli terkait. Acara FFD ini dihadiri oleh lebih dari 50 petani yang datang dari berbagai daerah di tanah Karo. Hadir pula di acara tersebut perangkat desa, tetua adat, dan petugas penyuluh lapangan (PPL) dari beberapa desa sekitar. PPL yang hadir sangat mengapresiasi kegiatan ini karena dapat memberikan ilmu tambahan kepada petani sehingga petani dapat melakukan praktek budidaya yang lebih baik kedepannya.
PT DGW yang diwakili oleh Pak Cristian sebagai sales supervisor wilayah Tanah Karo dan sekitarnya menjelaskan secara lengkap mengenai fungsi dan cara penggunaan paket nutrisi tanaman tersebut. Beliau menyampaikan PT DGW mempunyai paket nutrisi lengkap untuk tanaman kentang mulai dari sebelum tanam sampai menjelang panen. Di samping itu PT DGW juga siap untuk mendampingi petani pengguna produk DGW dalam berbudidaya kentang ataupun tanaman-tanaman yang lain. Dengan adanya 3 orang petugas lapangan di Kabupaten Tanah Karo diharapkan pendampingan yang dilakukan ke petani menjadi maksimal.
Berikut cara aplikasi paket lengkap nutrisi tanaman untuk tanaman kentang:
1. ROOTMOST dan LEILI 2000
- Fungsi: memacu pertumbuhan akar dan tunas serta menjaga tanaman tetap sehat.
- Waktu aplikasi pada tanaman kentang umur 7, 14, 21, dan 30 hari (vegetatif).
- Konsentrasi ROOTMOST 1 ml/L dan LEILI 2000 2 ml/L
2. ASTONISH
- Fungsi: memjadikan umbi lebih besar dan berbobot.
- Waktu aplikasi pada tanaman kentang umur 60, 65, 70, 75 hari (generatif)
- Konsentrasi 2 ml/L
Sebelum acara FFD usai, Pak Alektra menyampaikan harapannya sebagai petani kentang di Tanah Karo. Beliau menginginkan petani-petani kentang di Tanah Karo ini lebih maju ke depan dan dapat bersaing dari segi hasil dan teknologi dengan petani kentang di daerah lain.
Demikian Petani Kentang Tanah Karo Akui Keungggulan Nutrisi Tanaman.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh Sobat Tani dimanapun berada.
Salam DGW (Sukses Bersama Petani)
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
14 September, 2020
Mengenal 4 Penyebab Hampa Gabah dan Cara Pengendaliannya Pada Tanaman Padi
Halo Sobat Tani, pada kesempatan kali ini kita bakal ngebahas 4 penyebab kenapa tanaman padi kita bisa menghasilkan gabah yang hampa atau kosong. Selain itu tentunya kita bakal memberikan solusi untuk menangani hampa gabah tersebut agar tanaman padi Sobat Tani tetap sehat dan tidak lagi menghasilkan gabah hampa. Yuk cek apa saja penyebabnya!
1. ULAT PENGGEREK BATANG
Wah mungkin sobat tani sudah kenal banget sama hama ulat penggerek batang ini. Keberadaan ulat penggerek batang pada tanaman padi dapat menurunkan hasil panen hingga 60% loh. Hal ini dikarenakan ulat penggerek batang akan melubangi bagian pelepah daun dan juga batang padi sehingga tidak adanya aliran nutrisi ke daun dan juga malai padi. Gejala yang ditimbulkan pada fase vegetative berupa sundep sedangkan pada fase generative berupa beluk atau hampa gabah. Gejala hampa gabah ini dicirikan dengan malai padi yang mudah tercabut.
Hama penggerek batang ini memiliki siklus hidup yang sempurna, mulai dari telur, ulat, kepompong dan juga ngengat. Nah oleh karena itu pengendalian ulat penggerek batang, Sobat Tani perlu memperhatikan sasaran yang mau dikendalikan.
Kunci sukses dalam mengatasi hama ulat penggerek batang yaitu dengan melakukan pencegahan munculnya ulat penggerek batang. Sobat tani bisa mengendalikan ngengat dan juga telur hama penggerek batang dengan menggunakan KLENSECT untuk mengendalikan ngengatnya dan DANGKE untuk mengendalikan telur. Nah untuk mengendalikan ulatnya Sobat Tani bisa menggunakan BALISTIC/PENALTY sebagai racun sistemik yang mampu mengendalikan ulat penggerek batang yang bersembunyi di dalam tanaman.
2. WALANGSANGIT
Selain penggerek batang walang sangit pun dapat menyebabkan hampa gabah. Walang sangit akan menghisap isi bulir padi yang sedang mengalami proses pengisian malai, mulai dari tahap pra pembungaan hingga tahap gabah setengah matang sehingga bulir padi menjadi tidak terisi dan hampa. Sehingga hama walang sangit merupakan hama yang menyebabkan kerusakan paling parah selama tahap pengisian bulir.
Walang sangit memiliki bentuk tubuh ramping dan bau yang tidak enak. Biasanya penanaman padi yang tidak serempak dapat mendukung tingginya tingkat populasi walang sangit.
Untuk melakukan mencegah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan oleh walang sangit maka Sobat Tani perlu mengendalikannya nih. Berikut cara pengendaliannya:
1. Melakukan penanaman secara serempak
2. Kendalikan gulma yang dapat dijadikan inang alternatif oleh walang sangit
3. Gunakan jaring untuk menangkap walang sangit
4. Gunakan Insektisida DANGKE secara tepat dan bijak
3. PATAH LEHER
Patah leher merupakan penyakit tanaman padi yang disebabkan oleh berkembangnya jamur Pyricularia grisea. Jamur Pyricularia grisea menyerang keseluruhan fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari pesemaian hingga menjelang panen. Pada saat fase vegetatif jamur ini mengakibatkan serangan Blas Daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna kekuningan yang berbentuk belah ketupat . Semakin lama bercak semakin membesar dan berubah warna menjadi kecoklatan. Sedangkan pada fase generatif itu jamur ini menyebabkan patah leher sehingga menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher/patah leher). Cara membedakan antara patah leher dengan beluk yaitu dengan mencabut bagian malai, apabila malai mudah tercabut hampa gabah tersebut disebabkan oleh hama penggerek batang dan apabila tidak mudah dicabut maka disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea.
Beberapa rekomendasi pengendalian di antaranya:
1. Menggunakan benih sehat atau bersertifikat
2. Menyingkirkan sisa tanaman padi dari lahan
3. Mengendalikan gulma-gulma pada lahan
4. Cegah dan kendalikan serangan dengan menggunakan fungisida EXPLORE
4. BUSUK PELEPAH
Busuk pelepah merupakan penyakit tanaman padi yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Jamur ini mampu bertahan pada sisa-sisa tanaman padi yang mampu menyebabkan serangan pada penanaman berikutnya.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur ini yaitu munculnya bercak-bercak berwarna abu dengan tepi coklat. Pelepah daun yang terserang memperlihatkan pertumbuhan jamur seperti tepung berwarna keputihan pada bagian yang terserang. Kemudian pada saat padi mulai melakukan pengisian malai, jamur ini akan menyebabkan malai padi tidak terisi (hampa) dan menyebabkan perubahan warna pada malai menjadi merah kecoklatan.
Beberapa rekomendasi pengendalian di antaranya:
1. Menggunakan benih sehat atau bersertifikat
2. Menyingkirkan sisa tanaman padi dari lahan
3. Mengendalikan gulma-gulma pada lahan
4. Cegah dan kendalikan serangan dengan menggunakan fungisida EXPLORE
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
15 Agustus, 2020
Fakta - Fakta Keong Mas, Hama Tanaman Padi dan Cara Pengendaliannya
Keong mas tentunya sudah sangat familiar di masyarakat Indonesia apalagi bagi petani padi. Keong mas atau dibeberapa daerah disebut keong murbei atau siput murbai merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada pertanaman padi. Hama ini banyak menyerang tanaman padi di Asia seperti Malaysia, Filipina, Jepang, Vietnam dan Indonesia. Di Indonesia sendiri hama keong mas sudah menyebar di banyak sentra produksi padi nasional. Kerugian yang dapat disebakan oleh keong mas bisa sangat tinggi. Terutama jika serangan terjadi pada tanaman muda. Jika tanaman padi terserang keong mas perlu dilakukan replanting (penanaman kembali). Tentunya hal tersebut akan sangat merugikan karena selain perlu biaya tambahan untuk penanaman kembali juga petani dirugikan dari segi waktu. Oleh karena itu perlu pemahaman lebih mengenai keong mas sehingga pengendalian yang dilakukan tepat dan kerugian dapat diminimalisir.
Peta persebaran keong mas di seluruh dunia (Sumber: CABI 2014)
Asal Muasal Keong Mas
Keong mas merupakan hewan asli Amerika Selatan yang pada awalnya didatangkan ke Indonesia secara sengaja. Keong mas memang didatangkan dengan sengaja namun tentunya bukan dengan niatan untuk merusak pertanian bangsa ini. Sekitar tahun 1984 - 1986 keong mas didatangkan dari Filipina, Cina, dan Singapura oleh penggemar ikan hias sebagai hiasan akuarium. Kemudian orang – orang tertarik untuk membudidayakan keong mas tanpa tahu potensinya sebagai hama. Telur dan keong mas yang menetas dapat terbawa aliran air atau menempel pada tumbuhan air dan terbawa ke daerah persawahan dan perairan tawar lainnya seperti sungai, rawa, dan danau. Kegiatan manusia yang memanfaatkan keong sebagai pakan ternak (lele, itik) dan sebagai penghias dalam akuarium, membuat keong mas diperdagangkan secara bebas dan berdampak pada sebarannya yang meluas. Sekarang setelah 34-36 tahun didatangan ke Indonesia, keong mas sudah tersebar secara meluas di berbagai habitat seperti rawa-rawa, kolam, saluran irigasi, danau dan sawah.
Sumber: Dokumentasi Tim Marketing DGW
Kemampuan Reprouksi (Berkembang Biak) Yang Tinggi
Keong mas memiliki kemampuan reproduksi yang sangat tinggi. Keong mas betina dapat meletakkan telur sehari setelah kawin. Biasanya keong mas kawin pada malam hari. Seekor keong mas betina dewasa dapat menghasilkan 200-300 butir telur per minggu dan dapat mencapai 8000 butir telur per tahun. Telur keong mas berwarna merah muda dan diletakkan secara berkelompok sekitar 20 cm di atas permukaan air pada batang padi, gulma, dinding beton saluran air atau benda- benda lain yang dapat ditemui di sekitar tempat keong mas berkembang biak. Satu kelompok telur biasanya berisi ratusan telur keong mas. Telur tersebut akan menetas setelah 12-18 hari tergantung kondisi cuaca tempat meletakkan telur. Persentase telur yang menetas juga cukup tinggi yaitu sekitar 80-95%. Siklus hidup dari telur diletakkan, menetas dan kemudian bertelur kembali berlangsung sekitar 60 hari. Selain itu keong mas juga memiliki masa hidup yag cukup lama yaitu dapat bertahan hidup hingga 3 tahun dan dapat melakukan dormansi ketika kondisi kurang menguntungkan.
Habitat Dan Pola Distribusi Keong Mas
Keberadaan keong mas di suatu daerah sangat dipengaruhi karakter habitatnya seperti faktor fisik, kimia, dan ketersediaan makanan bagi keong mas di tempat tersebut. Keong mas biasanya ditemukan di lapangan secara berkelompok. Keong mas menyukai tempat yang berlumpur dengan suhu perairan sekitar 24oC sampai 27oC dan pH air sekitar 6.0 – 6.8. Keong mas juga banyak ditemukan di daerah perairan yang didominasi tumbuhan seperti teratai, telepok, eceng gondok dan kangkung air karena keong mas menyukai tempat teduh dengan banyak naungan.
Kemampuan Makan Keong Mas
Keong mas merupakan hewan yang sangat polifag atau menyerang banyak jenis tanaman. Keong mas lebih menyukai tumbuhan yang masih muda karena memiliki tekstur yang lebih lunak. Kemampuan makan keong mas juga sangat tinggi. Satu individu keong emas dewasa dapat menghabiskan bibit padi (1 HST) dalam 3-5 menit. Bibit padi yang baru berusia 2 minggu merupakan bibit yang rentan terhadap serangan keong emas dengan kerugian bisa mencapai 73% dalam waktu 48 jam.
Pengendalian Keong Mas
Pengendalian keong mas dapat dilakukan dengan memadukan beberapa teknik pengendalian yang biasanya disebut pengendalian hama terpadu. Berikut pengendalian yang keong mas yang dapat diterapkan di lapangan:
- Pengendalian manual dengan cara mengumpulkan keong satu persatuan
- Pengendalian dengan menggunakan daun sebagai atraktan keong mas seperti daun pepaya. Ketika keong sudah terkumpul pengendalian secara manual akan lebih mudah dilakukan
- Pemasangan batang/ ajir bambu di daerah persawahan dengan tujuan untuk menarik keong meletakkan telur di bambu tersebut. Telur yang diletakkan di ajir bambu tersebut akan lebih mudah dikendalikan
- Menjaga kedalaman air (2-3 cm) setelah tanam untuk mencegah/ mengurangi pergerakan keong mas - Melepasan itik / bebek ke sawah karena merupakan musuh alami bsgi keong mas
- Pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia. Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan moluskisida cenderung banyak dilakukan karena lebih efektif dan efeknya akan lebih cepat terlihat sehingga dapat mencegah kerugian yang semakin besar.
Bahan aktif yang dapat dilakukan untuk mengendalikan keong mas yaitu fentin asetat, niklosamida, metaldehida dan saponin. Moluskisida yang paling banyak digunakan untuk mengendalikan keong mas dilapangan memiliki bahan aktif fentin asetat. Salah satu moluskisida tersebut yaitu BESTNOID 60 WP / ANILO 60 WP dari DGW.
BESTNOID 60 WP / ANILO 60 WP RAJANYA RACUN KEONG !!!
Sumber:
CABI. 2014. Pomacea canaliculata (golden apple snail). [internet]. Diakses pada 2020 Juni 29. Tersedia pada: https://www.cabi.org/isc/datasheet/68490#toDistributionMaps. Dharmawati S, Widaningsih N, Firahmi N. Biologi keong rawa (Pomacea glauca dan Pomacea canaliculata) di perairan rawa Kalimantan Selatan. Media Sains. 9(1):105-109. Isnaningsih NR. Marwoto RM. 2011. Keong hama Pomacea di Indonesia: karakter morfologi dan sebarannya (Mollusca, Gastropoda: Ampullariidae). Berita Biologi. 10(4):441-447. Marwoto RM, Isnaningsih NR, Joshi RC. 2018. The invasive apple snail (Pomacea spp) in Indonesia. Agriculture for Development. 35 (5): 41-48. Saputra K, Sutriyono, Brata B. 2018. Populasi dan distribusi keong mas (Pomacea canaliculata L.) sebagai sumber pakan ternak pada ekosistem persawahan di Kota Bengkulu. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 13(2):189-201. doi: https://doi.org/10.31186/jspi.id.13.2.189-201.
PRODUCT DEVELOPMENT TEAM -
28 Juli, 2020